Telegram Diselidiki di India: Dugaan Pemerasan dan Judi Menguak Sisi Gelap Aplikasi Pesan!

Updated
August 27, 2024
Gambar Telegram Diselidiki di India: Dugaan Pemerasan dan Judi Menguak Sisi Gelap Aplikasi Pesan!

Jakarta, Pintu News – Telegram, aplikasi pesan populer, sedang berada di bawah pengawasan ketat di India karena diduga menjadi sarang berbagai aktivitas kriminal. Dari distribusi materi ilegal hingga manipulasi harga saham, aplikasi ini disebut-sebut menjadi jalur utama bagi operasi ilegal yang sulit dilacak.

Situasi semakin memanas setelah CEO Telegram, Pavel Durov, ditangkap di Prancis atas tuduhan kurangnya upaya dalam menanggulangi kejahatan di platformnya.

Pemerintah India, melalui Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi, sedang menyelidiki aplikasi ini terkait dugaan aktivitas ilegal seperti perjudian dan pemerasan. Jika terbukti bersalah, Telegram bisa menghadapi potensi pelarangan di India, negara yang memiliki sekitar 104 juta pengguna aplikasi ini.

Masalah yang Mengintai Telegram di India

Telegram telah menjadi pusat perhatian di India setelah serangkaian insiden kriminal yang melibatkan platform ini. Pada 2023, dua pria dari Bhopal ditangkap karena menipu seorang dokter lokal sebesar ₹38 lakh dengan menyamar sebagai petugas polisi dan menggunakan Telegram untuk melakukan interogasi palsu.

Insiden lainnya melibatkan kebocoran soal ujian UGC-NET, yang mempengaruhi sekitar 900.000 peserta, setelah soal tersebut bocor di Telegram.

Tak hanya itu, Telegram juga digunakan untuk manipulasi harga saham, di mana sebuah kelompok di aplikasi ini terlibat dalam penipuan harga saham yang menguntungkan individu tertentu. Penggunaan Telegram dalam aktivitas semacam ini menjadi tantangan besar bagi penegak hukum karena fitur anonimitas yang ditawarkan aplikasi ini membuat pelaku kejahatan sulit dilacak.

Baca Juga: 3 Meme Coin yang Diprediksi Meledak 200% di Bulan September 2024!

Tantangan Penegakan Hukum dan Ketidakpatuhan Telegram

Penegak hukum di India menghadapi tantangan besar dalam menangani kejahatan yang terjadi melalui Telegram. Anonimitas yang ditawarkan oleh Telegram membuat identifikasi pelaku kejahatan menjadi sangat sulit.

Seringkali, ketika polisi meminta bantuan dari Telegram, mereka hanya menerima alamat IP terakhir yang tidak memberikan banyak petunjuk. Selain itu, hanya sekitar 20% kasus di mana Telegram benar-benar bekerja sama dengan otoritas India.

Pihak berwenang juga mengkritik Telegram karena kurangnya moderasi konten dan transparansi. Meskipun diwajibkan oleh Peraturan IT 2021 untuk menerbitkan laporan transparansi bulanan, Telegram tidak mematuhi aturan ini. Hal ini menambah kekhawatiran tentang bagaimana platform ini dapat terus digunakan untuk aktivitas ilegal tanpa pengawasan yang memadai.

Baca Juga: Rocky Rabbit: Game Telegram yang Menghasilkan Kripto dengan Cara Seru!

Kritik Terhadap Kebijakan Keamanan Telegram

Para ahli keamanan siber juga mengkritik kebijakan keamanan Telegram yang dianggap tidak cukup kuat. Meski Telegram mengklaim menyediakan enkripsi end-to-end untuk “Secret Chats”, sebagian besar komunikasi di platform ini hanya menggunakan enkripsi “client-server”, yang artinya Telegram masih memiliki akses ke konten tersebut.

Hal ini menempatkan Telegram dalam posisi di mana mereka tidak bisa mengklaim tidak mampu memoderasi konten yang ada di platform mereka.

Selain itu, Telegram dianggap lebih berbahaya karena fitur bot dan akses API yang dimilikinya, yang memungkinkan penjahat siber untuk mengotomatisasi kejahatan seperti penipuan dan pencurian data. Misalnya, bot Telegram pernah digunakan untuk mengungkapkan rincian pribadi penerima vaksin Covid-19 di India, menunjukkan potensi pelanggaran privasi yang serius.

Kesimpulan

Investigasi yang sedang berlangsung terhadap Telegram di India menyoroti risiko dan tantangan yang ditimbulkan oleh aplikasi pesan yang populer ini. Dengan berbagai tuduhan serius mulai dari pemerasan hingga penyebaran materi ilegal, masa depan Telegram di India tampak suram.

Ini juga menjadi peringatan bagi pengguna tentang pentingnya memahami risiko keamanan saat menggunakan platform digital yang menawarkan anonimitas dan enkripsi yang mungkin tidak sekuat yang diklaim.

Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.

*DISCLAIMER
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi:

Bagikan

Berita Terbaru

Lihat Semua Berita ->