Hingga saat ini, dunia blockchain dan mata uang crypto telah memiliki beberapa tokoh yang luar biasa. Namun, hanya beberapa tokoh yang berhasil menarik perhatian publik, seperti Vitalik Buterin.
Nama Vitalik Buterin bukanlah hal yang asing bagi seorang investor berpengalaman, penggemar teknologi, atau pun sekadar ingin tahu dunia crypto. Dari seorang mahasiswa Ilmu Komputer hingga posisinya saat ini yang menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia blockchain, perjalanan Vitalik Buterin cukup menarik untuk diulas.
Penasaran? Simak kisah menarik dari Vitalik Buterin, penemu Ethereum, di bawah ini, yuk!
Vitalik Buterin lahir pada tanggal 31 Januari 1994 di Kolomna, Rusia. Menurut laporan, ia memang telah dibesarkan dalam keluarga yang ahli matematika dan ilmuwan komputer, yang membantu menumbuhkan minatnya pada teknologi sejak usia muda.
Diperkenalkan dengan Bitcoin pertama kali oleh sang ayah, saat itu ayahnya memiliki perusahaan software dan kerap meyakinkan Vitalik bahwa Bitcoin akan sangat berharga di masa depan. Sejak saat itu, Buterin aktif mengeksplorasi segala hal tentang Bitcoin.
Pada awalnya atau saat ayahnya mengatakan bahwa Bitcoin akan sangat bernilai di masa depan, Buterin sempat ragu terhadap Bitcoin karena dia tidak dapat melihat bagaimana koin tersebut bisa sangat berharga jika tidak memiliki dukungan fisik. Namun seiring berjalannya waktu, ia mempelajari banyak hal, yang akhirnya membuatnya semakin terpesona dengan Bitcoin.
Merasa sangat tertarik, Buterin berkeinginan bergabung secara resmi dalam sebuah ekonomi baru dan eksperimental yang menggunakan token sebagai bentuk mata uang atau pertukaran nilai, tetapi saat itu, ia tidak memiliki daya komputasi untuk menambang atau pun uang tunai untuk membeli Bitcoin. Oleh karenanya, ia mencari pekerjaan terkait Bitcoin di berbagai forum dan akhirnya mulai menulis artikel untuk sebuah blog, yang menghasilkan sekitar 5 Bitcoin per artikel, yang pada saat itu, harga Bitcoin hanya berkisar $4,25 (Rp63.705), atau setara dengan 1 gelas kopi susu Starbucks.
Dibandingkan dengan hari ini, awal tahun 2023, harga 5 BTC telah meroket menjadi Rp2 miliar, atau setara dengan 1 mobil mewah BMW.
Baca juga: Harge ETH Pertama Kali Dijual Lebih Murah dari Daging Sapi! Nyesel Gak Beli dari Dulu?
Aktif bekerja sebagai seorang penulis terkait Bitcoin, pada saat yang sama, Buterin juga meneliti berbagai aspek ekonomi, teknologi, dan politik dari mata uang crypto. Artikel-artikel yang ditulis Buterin berhasil menarik perhatian Mihai Alisie, seorang penggemar Bitcoin yang berbasis di Rumania, yang kemudian mendirikan Bitcoin Magazine pada akhir tahun 2011. Saat Bitcoin Magazine didirkan, majalah ini dengan cepat menjadi sumber populer untuk berita dan informasi tentang dunia mata uang crypto.
Satu tahun setelahnya, yakni tahun 2012, Vitalik mendaftarkan diri di University of Waterloo, Kanada, untuk mempelajari Ilmu Komputer. Masih dengan pekerjaannya, Buterin menghabiskan nyaris seluruh waktunya untuk menulis, bepergian, dan mengerjakan proyek crypto selama lebih dari 30 jam sehari, sehingga ia memutuskan untuk keluar atau drop out dari kampusnya pada tahun 2013.
Tidak bisa dipungkiri, ketertarikannya pada Bitcoin dan teknologi blockchain telah mendasarinya untuk mengeksplorasi kasus-kasus penggunaan potensial blockchain dan mata uang digital, yang secara pasti membawanya mendirikan Ethereum.
Di akhir tahun 2013, saat ia berusia 19 tahun, Vitalik Buterin mencoba menjelaskan idenya dalam sebuah white paper, yang ia kirimkan ke beberapa temannya. Hasilnya, terdapat sekitar 30 orang yang menghubunginya untuk mendiskusikan konsep tersebut.
Awalnya, ide di balik Ethereum masih sangat berkaitan dengan mata uang digital. Seiring berjalannya waktu, visi tersebut berubah, dan tim menyadari cukup mudah untuk membuat penyimpanan file yang terdesentralisasi. Tidak hanya itu, konsep-konsep seperti pendaftaran nama juga dapat diwujudkan hanya dengan beberapa baris kode.
Baca juga: Vitalik Buterin Bagikan Pengalaman dan Saran untuk Jaringan Ethereum
Di saat yang bersamaan ketika tim mendapatkan pencerahan untuk visi Ethereum ke depannya, tim Ethereum pada saat itu memutuskan untuk menyewa sebuah rumah di Miami, membeli tiket pesawat, dan mengemasi komputer laptop mereka. Tim inti yang dimaksud ini terdiri dari Anthony Di Lorio, seorang organisator komunitas Bitcoin yang berbasis di Toronto, Mihai Alisie dari Bitcoin Magazine; Amir Chetrit, yang pernah bekerja sama dengan Vitalik dalam sebuah proyek Bitcoin di Israel, dan Charles Hoskinson, seorang ahli matematika dari Amerika.
Pada tanggal 26 Januari 2014 di Miami, tepatnya di atas panggung konferensi Bitcoin, Vitalik membuat pengumuman yang lebih formal tentang Ethereum, yang mana menandakan lahirnya Ethereum. Dalam pidato selama 25 menit, Vitalik menggambarkan komputer global serba guna yang berjalan pada jaringan tanpa izin yang terdesentralisasi. Dia menyimpulkan dengan menguraikan beberapa aplikasi yang memungkinkan untuk Ethereum, seperti asuransi tanaman, bursa terdesentralisasi, dan DAO.
Beberapa bulan kemudian, tim memutuskan untuk mengadakan initial coin offering (ICO) atau penawaran koin perdana Ether, token asli jaringan Ethereum, untuk mendanai pengembangan.
Pada saat yang sama, Vitalik telah menerima bantuan pendanaan dari Thiel Fellowship, sebuah program yang mendukung wirausahawan muda, sebesar $100.000 atau sekitar Rp1,4 miliar ($1 = Rp14.973) selama 2 tahun untuk mengerjakan proyek mereka.
Berdasarkan catatan Cointelegraph, tim Ethereum berhasil mengumpulkan lebih dari 31.000 BTC sekitar $18 juta atau Rp269 miliar dari penjualan ETH pasa saat itu. Tak lama kemudian, tim Ethereum mendirikan Ethereum Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Swiss, yang ditugaskan untuk mengawasi pengembangan perangkat lunak sumber terbuka Ethereum.
Meskipun mengalami beberapa gejolak, kampanye crowdfunding Ethereum ternyata berhasil. Secara keseluruhan, desain Ethereum bertujuan untuk mematuhi beberapa prinsip termasuk kesederhanaan, universalitas, modularitas, kelincahan, non-diskriminasi, dan non-sensor.
Setelah dianugerahi Thiel Fellowship Award pada tahun 2014 untuk mewujudkan proyek-proyek ilmiah dan teknisnya yang inovatif. Vitalik Buterin juga memenangkan penghargaan World Technology Network (WTN) untuk perangkat lunak TI pada tahun 2014, mengalahkan Mark Zuckerberg dari Facebook.
Pada tahun 2018, Universitas Basel menganugerahi Vitalik Buterin dengan gelar kehormatan. Vitalik mendapatkan penghargaan dari Fakultas Bisnis dan Ekonomi untuk inovasinya dalam pengembangan blockchain.
Tidak hanya itu, di tahun 2018, Vitalik Buterin masuk ke dalam daftar Fortune 40 di bawah 40 dan Forbes 30 di bawah 30, sejak nilai mata uang crypto Ether, meroket pada tahun 2017, dengan kapitalisasi pasar Ethereum yang hampir mencapai $30 miliar atau setara dengan Rp449 triliun.
Pada 12 Mei 2021, Vitalik Buterin dipuji komunitas karena telah menyumbangkan $1,2 miliar untuk dana bantuan COVID-19 India. Lebih lanjut, ia juga melakukan pembayaran yang paling signifikan, yakni dengan total 13.292 ETH, yang dikirim ke Givewell, sebuah layanan evaluasi amal nirlaba.
Ia juga memberikan Methuselah Foundation, yang berfokus untuk membuat orang hidup lebih lama, 1.000 ETH dan 430 miliar token ELON. Tak berhenti sampai di sana, Buterin juga menyumbangkan 1.050 ETH ke Machine Intelligence Research Institute, yang didedikasikan untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan AI" class="news-token" style="display:inline-block" href="/market/ai">(AI) memiliki pengaruh yang baik bagi masyarakat.
Baca juga: USDC Sempat Bermasalah, Vitalik Buterin Malah Borong USDC Senilai Rp13,4 Miliar! Kenapa Ya?
Setelah mengetahui perjalanan Vitalik Buterin, kamu pasti bertanya-tanya berapa total kekayaan Vitalik Buterin saat ini. Mau tau?
Dilansir dar Data Wallet, perkiraan kekayaan bersih Vitalik Buterin pada tahun 2023 adalah mencapai $540 juta atau setara dengan Rp8 triliun.
Mengutip laporan Data Wallet, perhitungan ini didasarkan pada asetnya yang disimpan di tiga dompet crypto (0xab58, 0xD0 & 0x22), yang dia verifikasi dalam sebuah tweet, dengan total $500 juta atau setara dengan Rp7,4 triliun.
Tidak hanya itu, dia juga memiliki kekayaan tambahan sekitar $40 juta yang setara dengan Rp599 miliar dalam aset pribadinya (off-chain).
Lebih lanjut, apakah kamu penasaran dengan masa depan Ethereum di tahun 2030? Simak komentar Vitalik Buterin melalui video YouTube Pintu di bawah ini!
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: