Tether , stablecoin terbesar di ekosistem mata uang digital, telah mencapai puncak baru dalam kapitalisasi pasar, melebihi rekor sebelumnya sebesar $83,2 miliar atau setara dengan Rp1,2 kuadriliun.
Ledakan ini terjadi di tengah-tengah penurunan pangsa pasar stablecoin lainnya seperti Binance USD (BUSD) dan USD Coin yang berjuang untuk bertahan di tengah tekanan regulasi.
Per 1 Juni 2023, USDT telah mencapai kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang masa sebesar lebih dari $83 miliar atau setara dengan Rp1,2 kuadriliun, selagi stablecoin saingannya seperti BUSD dan USDC berjuang untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.
Menurut data CoinMarketCap, USDT saat ini merupakan mata uang crypto terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar. Menurut Chief Technology Officer (CTO) Tether, Paolo Ardoino, lonjakan kapitalisasi pasar yang luar biasa ini merupakan indikasi yang jelas bahwa orang-orang tertarik untuk memiliki akses ke kebebasan finansial.
Ketika mereka akhirnya mendapatkan akses ini, mereka akan memanfaatkannya, jelas Paolo. Menurutnya, token Tether adalah alternatif yang stabil untuk individu yang tidak memiliki rekening bank, pada saat yang sama, ini juga membantu orang-orang dari pasar negara berkembang untuk mempertahankan daya beli mereka bahkan dalam menghadapi devaluasi mata uang nasional mereka.
Baca juga: Tahan Banting, Tether USDT Mendominasi Pangsa Pasar Saat Stablecoin Lain Menurun
āDi antara ketahanan kami yang telah teruji dalam menghadapi volatilitas pasar dan praktik transparansi terdepan di industri ini, Tether telah membuktikan bahwa Tether dapat dipercaya, dan para pelanggan memberikan respon yang baik. Kami sangat ingin terus mempertahankan fokus kami pada pasar negara berkembang dan tidak akan mengesampingkan upaya kami untuk memperluas akses terhadap kebebasan finansial secara global,ā tambah Paolo.
Pasar bearish yang berkepanjangan pada tahun 2022 telah berdampak pada stablecoin, dengan penurunan kapitalisasi pasar mereka setelah mencapai puncak pada Juni 2022.
Namun, USDT telah berhasil bangkit kembali dengan dominasi pasar yang lebih tinggi, sementara kapitalisasi pasar salah satu saingannya, USDC, hampir terpotong setengah. Alasan utama penurunan pangsa pasar stablecoin lainnya dapat diatribusikan pada pengawasan regulasi oleh regulator Amerika Serikat dan krisis perbankan Amerika Serikat.
Sebagai stablecoin terbesar kedua, kapitalisasi pasar USDC mencapai $28,8 miliar atau Rp429 triliun, selisih lebih dari $50 miliar atau Rp745 miliar dengan USDT.
Sebagai konteks, pada satu titik, dominasi pasar USDC mendekati USDT, dengan kapitalisasi pasarnya mencapai ATH $55,8 miliar atau Rp831 triliun pada Juni 2022.
Belakangan ini, USDT telah menjadi stablecoin yang paling banyak diperdagangkan, terutama setelah USD Coin (USDC) mengalami depeg atau nilai stablecoin menyimpang secara signifikan dari nilai yang dipatok, pada awal tahun 2023 ini.
Stablecoin yang dipatok oleh dolar Amerika Serikat ini berjalan di lebih dari 10 blockchain termasuk Ethereum , Binance Smart Chain (BSC), Solana , Polygon (MATIC), dan Tron (TRX).
Dibandingkan dengan cryptocurrency terkemuka Bitcoin yang memiliki volume perdagangan harian sekitar $16,5 miliar atau Rp245.899 triliun, Tether memiliki lebih dari $25,57 miliar atau Rp381 triliun.
Dengan mencapai puncak baru dalam kapitalisasi pasar, Tether telah mengambil alih seluruh pasar stablecoin dan telah memperoleh lebih banyak pengguna sambil tetap dipegging ke dolar Amerika Serikat.
Baca juga: USDT vs USDC: Manakah Raja Stablecoin di 2023?
Di tengah tantangan yang dihadapi oleh stablecoin lainnya, Tether telah membuktikan bahwa aset crypto ini dapat dipercaya, dan pelanggan merespons dengan baik.
Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: