Strategi Metaverse Uni Eropa (EU) yang seharusnya dirilis minggu depan dikabarkan mengalami penundaan. Strategi ini diharapkan dapat mengatasi berbagai isu kebijakan yang terkait dengan dunia virtual, seperti hak atas properti, standar teknologi, dan privasi.
Meski Komisi Eropa menegaskan bahwa proposal ini tidak akan bersifat legislatif, namun dianggap sebagai titik awal yang dapat membawa ke tindakan yang lebih kuat di masa depan.
Rencana rilis strategi Metaverse Uni Eropa (EU) dikabarkan mengalami penundaan. Awalnya, strategi tersebut dijadwalkan untuk dirilis minggu ini, namun kini ditunda hingga minggu depan. Penundaan ini dilakukan untuk menghindari gangguan terhadap persiapan pidato tentang Kondisi Uni Eropa. Meski demikian, penundaan ini tidak mengurangi pentingnya strategi Metaverse yang sedang dikembangkan oleh EU.
Baca juga: MLB Luncurkan Stadion Virtual Pertama di Metaverse dengan Pertandingan Selebriti All-Star!
Komisi Eropa telah menunjukkan bahwa proposal strategi Metaverse ini akan berfokus pada isu-isu kebijakan daripada mengusulkan undang-undang formal. Ini berarti bahwa strategi yang akan dirilis tidak akan langsung menghasilkan perubahan hukum atau regulasi, tetapi lebih kepada memberikan panduan dan rekomendasi tentang bagaimana EU harus menangani isu-isu yang berkaitan dengan Metaverse.
Strategi Metaverse EU ini dapat dilihat sebagai langkah awal dalam upaya Uni Eropa untuk mengatur dan membentuk pengembangan dan penggunaan Metaverse. Dalam hal ini, Uni Eropa dapat belajar dari pengalamannya dalam mengatur teknologi lain, seperti Kecerdasan Buatan AI" class="news-token" style="display:inline-block" href="/market/ai">(AI).
Pada tahun 2018, Komisi Eropa merilis strategi AI yang kemudian mendahului pengenalan RUU AI pada tahun 2021. Ini menunjukkan bahwa kerangka kebijakan awal dapat membuka jalan untuk peraturan di masa depan.
Namun, pengalaman Uni Eropa dalam mengatur AI juga menunjukkan bahwa peraturan semacam itu bisa dipenuhi dengan kontroversi dan konsekuensi yang tidak disengaja. Misalnya, Data Act baru-baru ini yang dirancang untuk mengatur penggunaan data di Uni Eropa telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap inovasi dan persaingan. Ini menunjukkan bahwa Uni Eropa harus berhati-hati dalam merancang dan menerapkan peraturan untuk Metaverse.
Baca juga: Memperingati Sang Legenda, BYTE CITY Bawa Bruce Lee ke Metaverse
Meski demikian, strategi Metaverse EU ini menunjukkan bahwa Uni Eropa mengambil langkah proaktif untuk mengatasi tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh Metaverse. Dengan merumuskan strategi ini, Uni Eropa menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa pengembangan dan penggunaan Metaverse sesuai dengan nilai-nilai dan standar Uni Eropa.
Komisi Eropa menekankan perlunya memasukkan “nilai-nilai Eropa” ke dalam Metaverse, khususnya mengenai diskriminasi, keamanan, dan kontrol data. Selain itu, EU khawatir tentang dominasi pemain besar di ruang Metaverse, seperti Meta (dahulu Facebook) dan Apple, yang bisa meredupkan persaingan. Komisi berupaya menghindari Metaverse yang terfragmentasi dan mempromosikan kerja sama melalui standar internasional yang umum.
Pada akhirnya, strategi Metaverse EU bertujuan untuk mengatasi isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan dunia virtual, privasi, persaingan, dan hak-hak dasar. Meski strategi ini tidak akan memiliki kekuatan legislatif segera, namun menetapkan agenda untuk tindakan regulasi di masa depan.
Seiring berkembangnya Metaverse, pertimbangan yang cermat terhadap nilai-nilai Eropa, persaingan, dan hak individu akan sangat penting untuk memastikan lingkungan virtual yang seimbang dan inklusif.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: