Menggemparkan jagat politik Amerika, Ron DeSantis mengundurkan diri dari persaingan menuju Gedung Putih. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena DeSantis dikenal sebagai tokoh yang keras menentang keberadaan mata uang digital pemerintah atau CBDC. Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar kampanye presiden AS ini?
Ron DeSantis, yang juga menjabat sebagai Gubernur Florida, secara resmi mengakhiri perjuangannya dalam pemilihan presiden AS. Dalam pengumumannya di X, DeSantis menyatakan dukungannya kepada Donald Trump, mantan Presiden AS yang kembali mencalonkan diri.
DeSantis menegaskan bahwa ia tidak akan berhenti berjuang meskipun harus mengundurkan diri dari perlombaan yang tidak menjanjikan kemenangan baginya. Di awal kampanyenya, DeSantis berjanji akan melarang CBDC jika terpilih menjadi presiden, sebuah sikap yang juga dipegang teguh oleh Trump.
Baca Juga: Kunci Kemenangan Pilpres AS 2024: Ternyata Ada di Tangan Crypto!
DeSantis mengalami kekalahan di pemilihan pendahuluan Iowa, di mana ia tertinggal 21% suara dari Trump. Keputusan untuk mundur ini diambil setelah menilai bahwa mayoritas pemilih Partai Republik lebih memilih untuk memberikan kesempatan kedua kepada Trump. DeSantis telah menyatakan posisinya yang tegas terhadap CBDC, menjanjikan larangan terhadap mata uang digital yang diusulkan oleh bank sentral jika ia menang.
Donald Trump, yang memenangkan kaukus di Iowa, mengambil sikap yang sama dengan DeSantis terhadap CBDC. Dalam kampanyenya, Trump berjanji tidak akan membiarkan Federal Reserve menciptakan CBDC. Ia menganggap CBDC sebagai ancaman terhadap kebebasan dan akan menghentikan segala upaya penciptaannya.
Trump bergabung dengan barisan Republikan lainnya yang menentang CBDC, termasuk Vivek Ramaswamy, Tom Emmer, dan Ted Cruz. Trump menyoroti bahwa CBDC akan memberikan kontrol penuh pemerintah atas uang rakyat. Ia menyatakan bahwa pemerintah bisa saja mengambil uang tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Meskipun saat ini Federal Reserve atau Fed belum memiliki rencana konkret terkait CBDC, Trump menolak kebijakan yang belum menjadi kebijakan pemerintah dan tidak terlihat akan menjadi kebijakan dalam waktu dekat.
CBDC menjadi topik hangat yang tidak hanya menarik perhatian di AS, tetapi juga di berbagai negara lain. China, Bahama, Jamaika, dan Nigeria telah meluncurkan CBDC mereka. Sementara itu, bank sentral di Brasil, China, kawasan Euro, India, dan Inggris berada di tahap penelitian dan pengembangan CBDC.
Lebih dari 100 negara sedang mengeksplorasi teknologi ini. Pembahasan tentang CBDC memungkinkan kandidat untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap intervensi pemerintah, sekaligus secara implisit menyatakan dukungan mereka terhadap kebebasan pribadi.
Namun, masih menjadi pertanyaan apakah CBDC di AS akan benar-benar memberikan kontrol pemerintah atas uang rakyat. Hal ini tergantung pada bagaimana dolar digital dikeluarkan dan siapa yang akan memiliki akses ke dompet digital tempatnya disimpan.
Pengunduran diri DeSantis dan penolakan Trump terhadap CBDC menandakan sikap kritis terhadap inovasi keuangan digital oleh pemerintah. Meskipun belum ada kebijakan konkret, perdebatan ini menunjukkan bahwa isu CBDC akan terus menjadi topik panas dalam politik AS, khususnya dalam konteks kebebasan finansial dan kontrol pemerintah.
Baca Juga: Dana Triliunan Rupiah Terancam Hengkang dari ETF Bitcoin Grayscale? Ini Pengaruhnya!
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.