Dalam upaya mengatasi tantangan energi global dan perubahan iklim, para ilmuwan terus mencari sumber energi alternatif yang bersih dan berkelanjutan. Salah satu sumber energi yang menjanjikan adalah fusi nuklir, yang memiliki potensi untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar tanpa emisi karbon. Namun, para ilmuwan menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan reaksi fusi nuklir agar dapat berlangsung secara stabil dan berkelanjutan. Simak berita lengkapnya berikut ini!
Salah satu tantangan utama dalam fusi nuklir adalah ketidakstabilan plasma, yang dapat menyebabkan gangguan pada reaksi fusi dan menghentikan produksi energi. Untuk mengatasi tantangan ini, para peneliti di Princeton University telah mengembangkan model kecerdasan buatan yang mampu memprediksi gangguan plasma secara real-time. Model AI ini dilatih menggunakan data eksperimen sebelumnya dan mampu memberikan peringatan dini hingga 300 milidetik sebelum terjadinya gangguan plasma.
Dengan menggunakan peringatan dini ini, operator reaktor fusi dapat mengambil tindakan pencegahan untuk mempertahankan reaksi fusi dan mencegah terjadinya gangguan. Pendekatan ini menunjukkan potensi AI dalam mengelola kompleksitas energi fusi dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan eksperimen fusi nuklir.
Baca Juga: ZillaVote: Aplikasi Pengawas Suara Pemilu Berbasis Blockchain
Selain menggunakan AI untuk memprediksi gangguan plasma, para ilmuwan juga mengeksplorasi integrasi AI dengan teknologi baru lainnya untuk memperpanjang durasi reaksi fusi. Salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan adalah penggunaan reaktor modular kecil (SMR) yang dapat menghasilkan energi fusi dalam skala yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Microsoft, perusahaan teknologi raksasa, bahkan berencana membangun SMR sebagai sumber energi alternatif untuk mendukung kebutuhan AI mereka.
Selain itu, para peneliti juga berupaya mengembangkan teknologi kontrol yang lebih canggih untuk mengendalikan reaksi fusi secara lebih presisi. Dengan menggabungkan AI, SMR, dan teknologi kontrol canggih, para ilmuwan berharap dapat mencapai tonggak penting dalam pengembangan energi fusi nuklir yang komersial pada tahun 2040.
Baca Juga: Hong Kong Gelontorkan Dana $3 Miliar untuk Pengembangan Kecerdasan Buatan (AI)
Meskipun AI menawarkan potensi besar dalam pengembangan energi fusi, masih ada tantangan yang harus diatasi. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya data eksperimen yang cukup untuk melatih model AI secara efektif. Selain itu, pengembangan algoritma AI yang mampu mengendalikan reaksi fusi secara optimal juga membutuhkan waktu dan sumber daya yang signifikan.
Namun, terlepas dari tantangan tersebut, AI tetap menjadi alat yang sangat penting dalam memajukan penelitian energi fusi. Dengan terus mengembangkan dan menyempurnakan model AI, para ilmuwan berharap dapat memecahkan tantangan yang ada dan membuka jalan bagi pemanfaatan energi fusi nuklir sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan di masa depan.
Kesimpulan
Pemanfaatan AI dalam pengembangan energi fusi nuklir menunjukkan potensi besar dalam mengatasi tantangan energi global. Dengan kemampuannya untuk memprediksi gangguan plasma, mengintegrasikan teknologi baru, dan mengendalikan reaksi fusi secara lebih presisi, AI menjadi kunci untuk mencapai keberhasilan eksperimen fusi nuklir dan membuka jalan bagi komersialisasi energi fusi pada tahun 2040.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi