Jakarta, Pintu News – Meta, perusahaan induk Facebook, tengah berada di bawah tekanan setelah tuduhan muncul bahwa mereka memberikan Netflix akses ke pesan pribadi pengguna Messenger. Tuduhan ini, yang muncul dari gugatan antitrust, menyoroti potensi praktik anti-kompetitif yang dapat merugikan persaingan media sosial dan hak-hak konsumen. Simak berita lengkapnya berikut ini!
Gugatan tersebut mengungkapkan negosiasi dan perjanjian kompleks antara Meta dan Netflix yang dimulai sejak tahun 2013, memfasilitasi pertukaran data pengguna untuk keuntungan perusahaan.
Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa Netflix diberikan kemampuan untuk membaca pesan pribadi pengguna, yang bertentangan dengan jaminan Meta sebelumnya tentang enkripsi ujung-ke-ujung untuk komunikasi pribadi di Messenger dan Facebook.
Meta membantah klaim tersebut, dengan direktur komunikasi Andy Stone menyatakan bahwa Netflix tidak diberikan akses untuk membaca pesan pribadi pengguna.
Menurut Stone, perjanjian tersebut memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan kepada teman-teman mereka di Facebook tentang apa yang mereka tonton di Netflix, langsung dari aplikasi Netflix. Stone menekankan bahwa perjanjian semacam itu umum di industri.
Baca Juga: Penggiat Film Hollywood Mogok Kerja, Netflix Malah Tawarkan Gaji Miliaran Rupiah untuk Posisi AI
Gugatan tersebut juga menyoroti hubungan keuangan yang signifikan antara kedua raksasa tersebut. Netflix, yang diidentifikasi sebagai pengiklan besar di Facebook, dilaporkan menginvestasikan sekitar $150 juta setiap tahun pada iklan Facebook pada awal 2019.
Reed Hastings, mantan CEO Netflix yang menjabat di dewan Facebook dari 2011 hingga 2019, diduga memainkan peran kunci dalam mengarahkan kemitraan selama masa jabatannya, termasuk perjanjian berbagi data yang kontroversial.
Baca Juga: Netflix Menggebrak Dunia dengan Teknologi AI pada Green Screen Efek Visual!
Meta menanggapi tuduhan ini dengan meremehkan signifikansinya, menyebut perjanjian tersebut sebagai praktik industri standar. Namun, perusahaan belum secara langsung menanggapi implikasi praktik ini terhadap posisi kompetitifnya. Gugatan tersebut menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan tentang sejauh mana perusahaan mungkin pergi untuk melindungi kepentingan mereka dengan mengorbankan privasi pengguna dan persaingan yang adil.
Kontroversi ini menyoroti kembali masalah privasi dan etika perusahaan dalam pengelolaan data pengguna, memicu diskusi lebih lanjut tentang perlunya transparansi dan perlindungan yang lebih besar untuk pengguna media sosial.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: