Jakarta, Pintu News – Laporan terbaru mengungkapkan bahwa hacker Korea Utara telah menyusup ke papan pekerjaan crypto, menyamar sebagai pelamar palsu untuk mencuri data sensitif, meretas sistem, dan mengumpulkan aset.
Praktik ini dilaporkan menghasilkan hingga $600 juta per tahun untuk Korea Utara, yang sebagian digunakan untuk program senjata nuklir negara tersebut. Simak berita lengkapnya disini!
Lebih dari 4.000 warga Korea Utara diarahkan untuk menyusup ke industri teknologi di Barat dengan menyembunyikan identitas mereka. Menurut laporan Dewan Keamanan PBB, termasuk dalam industri ini adalah sektor crypto. Para pelamar palsu ini menggunakan CV yang dipalsukan untuk mendapatkan pekerjaan di berbagai proyek crypto dengan tujuan jahat, seperti mengumpulkan data sensitif, meretas sistem, dan mencuri aset.
Dalam tujuh tahun terakhir, hacker Korea Utara telah mencuri aset crypto senilai $3 miliar melalui 58 serangan siber yang dicurigai. Meskipun belum jelas berapa banyak pencurian tersebut dilakukan dengan bantuan karyawan palsu, para ahli khawatir tren ini baru saja dimulai.
Baca Juga: Donald Trump Pilih J.D. Vance, Pendukung Kripto, Sebagai Calon Wakil Presiden!
Skema perekrutan palsu ini sendiri menghasilkan hingga $600 juta per tahun, menurut laporan PBB. Warga Korea Utara yang bekerja sebagai karyawan palsu ini sering kali memiliki beberapa pekerjaan penuh waktu dan lepas, dengan pendapatan bulanan mencapai $60.000.
Dengan pertumbuhan industri crypto yang pesat, permintaan untuk pekerja baru juga meningkat. Sepuluh bursa crypto terbesar, termasuk Coinbase dan Binance, membuka lebih dari 1.200 lowongan pekerjaan pada bulan Mei. Namun, fenomena pelamar palsu ini menjadi tantangan baru bagi industri yang sudah kesulitan menemukan pengembang terampil dan mengelola pekerja jarak jauh di berbagai zona waktu.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa perusahaan mulai menggunakan alat kecerdasan buatan seperti Applicant AI untuk menyaring pelamar. AI ini menggunakan kata kunci dalam CV yang memenuhi kriteria mereka.
Namun, hasilnya bervariasi. Dalam satu wawancara video, seorang pelamar yang mengklaim bahasa Belanda sebagai bahasa ibu menggantung telepon saat diminta berbicara dalam bahasa tersebut. Dalam kasus lain, profil GitHub seorang pelamar baru dibuat sebulan sebelum melamar pekerjaan pengembang senior.
Baca Juga: Pasar Crypto Meledak: 5 Altcoin Naik Hari Ini (16/7/24), Harga MAVIA Melonjak 38%
Para ahli menyarankan perusahaan untuk menerapkan proses verifikasi yang ketat, termasuk panggilan video untuk memastikan identitas pelamar. Banyak pelamar palsu menolak menyalakan kamera mereka atau latar belakang mereka kabur, menunjukkan mereka berada di ruangan bersama orang lain.
Selain itu, pelamar palsu sering kali membaca informasi tambahan sebelum menjawab, menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan asli tentang topik yang dibahas.
Fenomena pelamar palsu ini merusak salah satu pilar utama etos crypto: anonimitas dan pseudonimitas. Banyak proyek crypto yang menolak pemeriksaan latar belakang dan bekerja dengan kecepatan startup yang tinggi, membuat mereka menjadi target utama skema perekrutan palsu.
Oleh karena itu, beberapa perusahaan telah berhenti merekrut pengembang yang menggunakan nama samaran untuk meminimalkan risiko.
Kesimpulan
Infiltrasi pekerjaan crypto oleh hacker Korea Utara adalah ancaman yang semakin meningkat bagi industri ini. Dengan mengikuti perkembangan tren penipuan dan mengambil langkah-langkah keamanan yang proaktif, perusahaan crypto dapat lebih siap melindungi aset digital mereka dari ancaman ini.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*DISCLAIMER
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: