Resesi adalah kondisi di mana terjadi penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dan berkepanjangan, biasanya diukur dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. Resesi juga ditandai dengan beberapa indikator lain, seperti peningkatan tingkat pengangguran, penurunan pendapatan, penurunan produksi industri, dan penurunan penjualan di sektor grosir dan ritel. Dalam situasi ini, ekonomi suatu negara mengalami kontraksi yang berarti aktivitas bisnis melambat, konsumsi menurun, dan investasi melemah.
Menurut definisi National Bureau of Economic Research (NBER), resesi tidak hanya dilihat dari penurunan PDB, tetapi juga berdasarkan indikator-indikator lain seperti penurunan signifikan dalam pendapatan riil dan peningkatan tingkat pengangguran yang substansial. Misalnya, jika pengangguran naik sebesar 1,5% dalam periode 12 bulan, beberapa ekonom juga menyebutkan bahwa kondisi tersebut bisa dikategorikan sebagai resesi.
Resesi dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk penurunan permintaan konsumen, krisis keuangan, kebijakan moneter yang ketat, atau guncangan eksternal seperti perang atau pandemi. Ketika resesi terjadi, perusahaan sering kali mengurangi produksi dan melakukan penghematan biaya, yang menyebabkan PHK dan meningkatkan pengangguran. Hal ini menciptakan siklus negatif di mana pengangguran yang tinggi menyebabkan konsumsi menurun, yang kemudian memperburuk kondisi ekonomi.
Resesi sering kali memerlukan intervensi dari pemerintah atau bank sentral untuk menstabilkan ekonomi, seperti menurunkan suku bunga atau memberikan stimulus ekonomi untuk mendorong pertumbuhan.