Kebijakan Tarif AS Picu Ketegangan Baru dengan China: Data Bea Cukai Ungkap Fakta Berbeda

Di-update
April 17, 2025
Gambar Kebijakan Tarif AS Picu Ketegangan Baru dengan China: Data Bea Cukai Ungkap Fakta Berbeda

Jakarta, Pintu News – Pemerintah Amerika Serikat kembali menjadi pusat perhatian setelah data terbaru dari Bea Cukai AS (CBP) memunculkan perbedaan mencolok dengan pernyataan Presiden Donald Trump terkait pendapatan tarif harian negara tersebut.

Sementara Trump mengklaim bahwa AS meraup pendapatan sekitar $2 miliar per hari dari tarif, CBP menyebutkan angka yang jauh lebih rendah. Perselisihan angka ini muncul di tengah memanasnya kembali perang dagang dengan China, dan menyusul diberlakukannya tarif baru yang berimbas luas pada sektor-sektor penting seperti otomotif dan farmasi.

Perbedaan Klaim Tarif Antara Pemerintah dan Bea Cukai

Dalam pernyataannya kepada CNBC pada Senin lalu, CBP mengungkapkan bahwa sejak 5 April 2025, lembaga tersebut telah mengumpulkan lebih dari $500 juta atau sekitar Rp8,41 triliun dalam bentuk tarif dari kebijakan tarif resiprokal baru. Secara keseluruhan, sejak 20 Januari 2025, CBP mencatat pendapatan lebih dari $21 miliar (sekitar Rp353,22 triliun) dari 15 kebijakan perdagangan presiden yang telah diberlakukan.

Namun, angka ini sangat bertolak belakang dengan klaim Presiden Trump yang menyatakan bahwa AS mengantongi minimal $2 miliar (Rp33,64 triliun) per hari dari tarif. Padahal, menurut laporan terbaru Departemen Keuangan AS, pendapatan harian dari pos ā€œCustoms and Certain Excise Taxesā€ tercatat hanya sebesar $305 juta atau sekitar Rp5,13 triliun. Angka ini lebih mendekati pernyataan CBP dan menimbulkan pertanyaan mengenai akurasi klaim presiden.

Baca Juga: Kondisi Terkini XRP: Konsolidasi Harga dan Potensi Breakout di Tengah Kesepakatan Ripple dan SEC

Gangguan Sistem dan Dampaknya terhadap Tarif

CBP juga mengakui adanya gangguan sistem selama sepuluh jam yang sempat menghambat importir untuk memasukkan kode tertentu agar pengiriman yang sudah berada di laut tidak terkena tarif tambahan. Meski demikian, lembaga tersebut menegaskan bahwa gangguan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap aliran pendapatan, yang tetap berada di kisaran $250 juta per hari atau sekitar Rp4,2 triliun.

Pernyataan ini memperkuat pandangan bahwa pendapatan tarif sebenarnya tidak sebesar yang diklaim oleh presiden. Di tengah kondisi ini, transparansi data dan konsistensi komunikasi menjadi sorotan utama, terutama dalam kebijakan yang berdampak langsung pada pelaku usaha dan perdagangan internasional.

Perang Dagang Makin Memanas: Fokus Baru di Industri Farmasi

Awal April 2025, pemerintahan Trump kembali memberlakukan tarif besar-besaran kepada puluhan negara mitra dagangnya. Namun, dalam waktu singkat, tarif tersebut diturunkan menjadi 10% secara universal, kecuali untuk produk asal China yang dikenai tarif jauh lebih tinggi dengan alasan tindakan balasan dari negara tersebut.

Sementara itu, sektor otomotif tetap terkena tarif khusus, dan pemerintahan AS diperkirakan akan segera mengumumkan kebijakan perdagangan baru untuk industri farmasi. Langkah ini dinilai sebagai upaya diversifikasi strategi tekanan ekonomi terhadap mitra dagang, khususnya dalam konteks persaingan dagang dengan China.

Tanggapan China dan Eskalasi Tarif Balasan

China tidak tinggal diam. Ketika AS menaikkan tarif untuk seluruh produk asal China hingga 125%, termasuk bea 90% untuk paket di bawah $800 (sebelumnya bebas pajak berdasarkan aturan de minimis), China merespons dengan tarif balasan. Tarif atas produk AS meningkat dari 34% menjadi 84%, dan akhirnya mencapai 125% yang mulai berlaku efektif pada 12 April 2025.

Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa mereka siap ā€œbertarung hingga akhir,ā€ namun masih membuka pintu diplomasi dengan syarat AS bersedia mencabut semua tarif dan kembali ke jalur ā€œsaling menghormati.ā€ Sikap keras ini menunjukkan bahwa ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia belum akan mereda dalam waktu dekat.

Penutup

Perbedaan signifikan antara data resmi dari CBP dan klaim presiden menunjukkan perlunya transparansi lebih dalam kebijakan tarif AS. Di saat yang sama, eskalasi perang dagang dengan China menunjukkan bahwa dampak dari kebijakan ini tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga global.

Dalam kondisi ini, pelaku usaha, investor, dan pengambil kebijakan harus berhati-hati membaca dinamika geopolitik dan ekonomi yang cepat berubah, termasuk dampaknya terhadap sektor lain seperti crypto dan cryptocurrency, yang rentan terhadap ketidakpastian global.

Baca Juga: Prospek Harga XRP Setelah Penyelesaian Gugatan Ripple dan SEC

Itu dia informasi terkini seputarĀ berita cryptoĀ hari ini. Dapatkan berbagai informasi lengkap lainnya seputarĀ akademi cryptoĀ dari level pemula hingga ahli hanya di Pintu Academy dan perkaya pengetahuanmu mengenai dunia crypto danĀ blockchain.

Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Nikmati pengalamanĀ trading cryptoĀ yang mudah dan aman dengan mengunduhĀ Pintu CryptoĀ melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga.

Dapatkan juga pengalamanĀ web tradingĀ dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro. KlikĀ Daftar PintuĀ jika kamu belum memiliki akun atau klikĀ Login PintuĀ jika kamu telah terdaftar

*Disclaimer

Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli BitcoinĀ dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi:

Intifanny
Penulis
Intifanny
Bagikan

Berita Terbaru

Lihat Semua Berita ->