
Jakarta, Pintu News – Alpaca Finance (ALPACA) pertama kali dirilis pada Februari 2021 di kisaran harga USD 1,00 (~Rp 16.300). Proyek ini lahir sebagai platform leveraged yield farming yang berjalan di Binance Smart Chain (BSC). Dalam periode awal, minat investor cukup tinggi berkat tren yield farming yang sedang booming di DeFi.
Pada minggu-minggu awal perdagangannya, ALPACA mencatat volatilitas tinggi akibat spekulasi dan FOMO. Hal ini mendorong harga sempat melonjak tajam sebelum pasar mulai melakukan penyesuaian.

Harga tertinggi sepanjang masa ALPACA terjadi pada Maret 2021 di level USD 8,57 (~Rp 139.111). Lonjakan ini dipicu oleh gelombang adopsi yield farming dan maraknya likuiditas di BSC saat itu. Namun, tingginya harga tidak bertahan lama karena koreksi besar melanda pasar crypto global.
Sejak puncak ATH tersebut, harga ALPACA memasuki tren menurun secara bertahap, mengikuti siklus pasar crypto yang bearish pada 2022–2023.
| Tahun | Harga Rata-Rata (USD) | Harga Tertinggi (USD) | Harga Terendah (USD) |
|---|---|---|---|
| 2021 | 3,12 (~Rp 50.856) | 8,57 (~Rp 139.111) | 0,85 (~Rp 13.855) |
| 2022 | 0,52 (~Rp 8.476) | 1,20 (~Rp 19.560) | 0,22 (~Rp 3.586) |
| 2023 | 0,24 (~Rp 3.912) | 0,35 (~Rp 5.705) | 0,15 (~Rp 2.445) |
| 2024 | 0,035 (~Rp 571) | 0,07 (~Rp 1.141) | 0,025 (~Rp 408) |
| 2025* | 0,021 (~Rp 342) | 0,027 (~Rp 440) | 0,018 (~Rp 293) |
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga ALPACA antara lain:

Rilis ALPACA bertepatan dengan hype DeFi di BSC, mendorong lonjakan harga awal hingga mencapai ATH $8,57 (Rp139.091). Banyak pengguna baru tertarik karena tawaran imbal hasil tinggi dan biaya transaksi rendah dibanding Ethereum .

Penurunan pasar crypto yang dipicu oleh larangan penambangan Bitcoin di Tiongkok menurunkan harga ALPACA drastis dari puncaknya. Sentimen negatif ini membuat kapitalisasi pasar menyusut signifikan.
Munculnya protokol DeFi baru di berbagai chain, seperti Avalanche dan Fantom , membuat TVL (total value locked) Alpaca turun. Harga ALPACA stabil di kisaran $0,5 sebelum akhirnya kembali turun.
Alpaca mencoba bangkit dengan menghadirkan integrasi lintas chain dan fitur seperti auto-compounding. Walau memberikan dorongan singkat, harga hanya naik sebentar ke $0,35.

Kondisi pasar crypto yang lesu, ditambah menurunnya minat pada leveraged yield farming, membuat harga ALPACA terus tertekan di bawah $0,03. Meskipun begitu, komunitas inti tetap aktif mengembangkan protokol.

Pada Agustus 2025, harga ALPACA berada di kisaran USD 0,020 (~Rp 326), turun sekitar 99,7% dari harga tertingginya. Volume perdagangan harian tercatat di sekitar USD 616 ribu, menunjukkan bahwa meskipun minat investor menurun, ALPACA masih diperdagangkan secara aktif di pasar.
Perjalanan harga ALPACA menunjukkan bagaimana sebuah token DeFi dapat melonjak tinggi di awal namun juga rentan terhadap penurunan tajam akibat siklus pasar. Untuk investor, penting memahami risiko, tren industri, dan peran sentimen global dalam mempengaruhi harga.
Baca Juga: 3 Top Token Unlock Agustus 2025: Redacted, Dappad, dan GameGPT Jadi Sorotan
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga bitcoin hari ini, harga solana hari ini, pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: