Jakarta, Pintu News – Penambang Bitcoin memiliki peluang besar untuk menghasilkan tambahan Rp218 triliun setiap tahun pada tahun 2027, bukan hanya dengan menambang Bitcoin, tetapi dengan menyediakan energi untuk AI dan komputasi berkinerja tinggi (HPC). Menurut VanEck, penambang Bitcoin memiliki daya yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan AI, dan potensi keuntungannya sangat besar.
Dengan permintaan energi AI yang melonjak, penambang Bitcoin mungkin sedang duduk di atas tambang emas—jika mereka bermain dengan strategi yang tepat. VanEck melihat adanya peluang arbitrase besar di sini—pada dasarnya, penambang Bitcoin bisa saja dinilai terlalu rendah jika Anda mempertimbangkan potensi peran mereka di sektor AI.
Perusahaan AI membutuhkan jumlah daya yang sangat besar, dan mereka membutuhkannya sekarang, bukan bertahun-tahun lagi. Namun, pembangunan pusat data baru memerlukan waktu yang lama—lebih dari empat tahun untuk beberapa proyek baru. Sebaliknya, penambang Bitcoin sudah memiliki infrastruktur dan dapat beralih untuk menyediakan energi bagi AI dalam waktu satu tahun.
Ini memberi mereka keunggulan serius, terutama karena permintaan energi dari penambangan Bitcoin dan AI menyebabkan keterlambatan besar dalam koneksi jaringan listrik di Amerika Utara. Daya yang dikuasai oleh penambang Bitcoin saat ini memiliki nilai premium, dan mereka berada dalam posisi untuk memanfaatkannya.
Perusahaan seperti Core Scientific sudah memimpin jalan. Perusahaan ini baru saja menandatangani kesepakatan selama 12 tahun dengan raksasa AI CoreWeave untuk memasok 200 MW daya, yang diperkirakan akan menghasilkan lebih dari Rp54,7 triliun. Kesepakatan tersebut telah diperluas dua kali, menambahkan lagi Rp19 triliun dan kemudian 112 MW tambahan.
Baca Juga: PancakeSwap Wallet: Cara Menghasilkan Pendapatan Pasif dengan PancakeSwap Wallet
Jika penambang Bitcoin memindahkan bahkan 20% dari energi mereka ke AI dan HPC pada tahun 2027, keuntungannya bisa sangat besar. Kita berbicara tentang potensi pendapatan Rp218 triliun setiap tahun, berdasarkan proyeksi saat ini. Ini merupakan lompatan besar dari posisi penambang saat ini.
Angka-angka ini besar karena permintaan nyata, dan harga yang bersedia dibayar perusahaan AI untuk daya sangat tinggi. Analisis VanEck memperkirakan bahwa setiap megawatt (MW) daya bisa menghasilkan sekitar Rp142 miliar dalam pendapatan setiap tahun.
Namun, ini bukan hanya tentang menekan tombol. Beralih dari penambangan Bitcoin ke penyediaan energi AI tidaklah murah. Biaya modal sangat besar. Misalnya, merombak infrastruktur penambangan untuk memenuhi permintaan AI bisa memakan biaya sekitar Rp117 miliar per MW.
Perusahaan AI bersedia menanggung sebagian besar biaya yang diperlukan untuk merombak situs penambangan Bitcoin, yang membuat transisi menjadi jauh lebih sedikit berisiko bagi para penambang. Namun, bukan berarti semua berjalan mulus. Banyak penambang Bitcoin memiliki riwayat keuangan yang tidak stabil—terlalu banyak utang, terlalu banyak saham yang diterbitkan, atau gaji eksekutif yang terlalu besar.
Namun, peluang AI bisa menjadi pengubah permainan. Jika dilakukan dengan benar, hal ini bisa menggandakan nilai saham beberapa penambang Bitcoin. Penambang seperti CORZ dan Terawulf (WULF), yang sudah mulai bergerak ke AI, mengungguli yang lain di sektor ini, membuktikan bahwa ada uang nyata yang bisa dihasilkan.
Baca Juga: Hamster Kombat (HMSTR) Siap Diperdagangkan di OKX: Peluang Investasi Menarik!
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.