Jakarta, Pintu News – Di tengah lonjakan harga Bitcoin yang mencapai level tertinggi tahun ini di atas $71.000 (Rp1.117.014.330), pemerintah Bhutan secara mengejutkan mentransfer sekitar 929 BTC senilai $66 juta atau setara dengan Rp1.038.351.349.200 ke bursa Binance.
Langkah ini memicu spekulasi apakah Bhutan berencana menjual lebih banyak Bitcoin miliknya yang bernilai lebih dari $886 juta. Transfer ini dilakukan di saat yang strategis, bertepatan dengan sentimen pasar yang positif.
Bitcoin yang dikirim ke Binance tersebut berasal dari dompet terkait pemerintah Bhutan, yang menurut Arkham Intelligence, memiliki total 12.456 BTC senilai sekitar $887 juta.
Baca juga: Market Sinyal Harian: Potensi Pergerakan Crypto per 30 Oktober 2024
Pemerintah Bhutan mungkin memanfaatkan kenaikan harga untuk merealisasikan keuntungan dari aset crypto yang telah mereka akumulasi selama beberapa tahun terakhir.
Kenaikan harga Bitcoin hingga di atas $71.000 mendorong minat jual para “whale,” atau pemegang Bitcoin besar, yang melihat peluang profit.
Selain Bitcoin, dompet ini juga memegang Ethereum senilai lebih dari $1,7 juta serta sejumlah kecil aset crypto lainnya, meskipun Bitcoin tetap menjadi investasi utama Bhutan.
Investasi besar Bhutan di sektor Bitcoin tidak hanya bertujuan untuk diversifikasi investasi, tetapi juga untuk mendukung perekonomian domestik.
Dengan sebagian dari pendapatan Bitcoin digunakan untuk peningkatan gaji pegawai negeri hingga 50%, sektor crypto menjadi komponen penting dalam ekonomi Bhutan yang berbasis hidroelektrik. Menurut data Bank Dunia, sekitar 26,9% dari PDB Bhutan tahun 2023 berasal dari sektor ini.
Druk Holdings and Investments (DHI), entitas investasi Bhutan, bertanggung jawab atas operasi penambangan Bitcoin ini, memanfaatkan energi hidroelektrik yang murah dan berlimpah di negara tersebut.
Hal ini memungkinkan Bhutan untuk menjaga biaya operasional rendah dan meningkatkan keuntungan dari penambangan Bitcoin.
Baca juga: Harga Bitcoin Mencapai $72.400 Hari Ini (30/10/24): 3 Altcoin Ikut Melejit hingga 35%
Kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini didorong oleh berbagai faktor makroekonomi, termasuk pemilu AS yang akan datang dan rencana stimulus ekonomi dari China sebesar $1,4 triliun.
Menurut analis Bitfinex, kebijakan likuiditas yang signifikan seperti ini dapat mendorong permintaan untuk aset berisiko, termasuk Bitcoin. Mereka memperkirakan adanya potensi inflasi global yang mendorong investor beralih ke Bitcoin sebagai lindung nilai.
Selain itu, kenaikan harga Bitcoin ini juga berkaitan dengan prediksi pasar tentang kemenangan mantan Presiden Donald Trump dalam pemilu AS yang dapat menjadi sentimen positif bagi pasar crypto.
Investor besar melihat peluang dalam sentimen pasar dan keuntungan yang berpotensi besar dari kenaikan harga Bitcoin di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu.
Secara keseluruhan, dengan langkah mengejutkan ini, Bhutan seolah memanfaatkan peluang besar dalam pasar Bitcoin yang sedang meningkat pesat. Pergerakan dompet Bitcoin pemerintah Bhutan di Binance juga menunjukkan pengaruh aset crypto dalam stabilitas ekonomi domestik negara tersebut.
Meskipun dampak jangka panjang masih belum pasti, langkah ini memperlihatkan pendekatan inovatif Bhutan dalam memanfaatkan aset crypto.
Itu dia informasi terkini seputar berita crypto hari ini. Dapatkan berbagai informasi lengkap lainnya seputar akademi crypto dari level pemula hingga ahli hanya di Pintu Academy dan perkaya pengetahuanmu mengenai dunia crypto dan blockchain.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: