Jakarta, Pintu News – Token meme semakin kuat mendominasi pasar crypto, dengan nilai kapitalisasi pasar antara Rp792 triliun hingga Rp950 triliun ($50–$60 miliar) pada akhir 2024. Dipelopori oleh Dogecoin , token-token meme kini menunjukkan potensi pertumbuhan lebih lanjut. Menurut penelitian ArcStream Capital, porsi token meme di pasar crypto bisa mencapai 3,54% pada 2025, menunjukkan potensi dominasi yang terus meningkat.
Token meme berkembang melalui tiga fase utama: dari periode laten yang berlangsung sejak 2013 hingga 2019, kemudian fase peluncuran sporadis pada 2020–2022. Mulai tahun 2023–2024, token meme mulai dianggap sebagai kategori aset tersendiri. Beberapa token meme awal seperti Shiba Inu dan Floki berusaha menambah nilai utilitas melalui DeFi dan gaming, namun tren terbaru lebih menekankan pada kekuatan komunitas dan hype.
Salah satu daya tarik token meme adalah tingginya tingkat aktivitas perdagangan harian, yang mencapai 11%—melebihi kategori DeFi (5%) dan Layer-2 (7%). Token-token meme yang aktif diperdagangkan di antaranya Dogecoin (DOGE), Shiba Inu (SHIB), DogWifHat , dan Pepe .
Dalam beberapa hari setelah peluncuran, token meme dapat mencapai valuasi hingga Rp7,9 triliun ($500 juta), meskipun sering kali gagal menembus nilai kapitalisasi di atas Rp15,8 triliun ($1 miliar). Walau begitu, popularitas token meme tetap meningkat dengan dukungan bursa desentralisasi (DEX), yang memungkinkan token baru cepat mendapat eksposur. Bagi banyak investor, token meme memberikan kesempatan investasi cepat dibandingkan proyek jangka panjang yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.
Baca Juga: Dogecoin, DOGEN, Shiba Inu Bakal Meroket? Prediksi Trader Top Ini Bikin Investor Penasaran!
Token meme baru muncul dengan risiko tinggi, dengan tingkat keberhasilan hanya 2% untuk mencapai kapitalisasi pasar di atas Rp15,8 miliar ($1 juta). Meski begitu, beberapa token baru seperti Moodeng (MOODENG), P’Nut (PNUT), dan SPX telah memicu lonjakan pasar yang signifikan di 2023 dan 2024. Sebagian besar token ini dirancang cepat setelah meme tertentu viral, menarik perhatian investor yang bersaing untuk menemukan token baru yang potensial.
Dari sisi adopsi, token meme baru ini masih terbatas dalam dominasi pasar. Namun, mereka kerap mengungguli generasi meme sebelumnya dalam jangka pendek, dengan dukungan influencer dan hype di platform media sosial. Meme influencer Murad Mahmudov, misalnya, mempromosikan berbagai token baru seperti WIF, POPCAT, SPX, GIGA, dan MOG, menambah daya tarik di kalangan investor muda.
Token meme diperkirakan akan terus mendominasi pasar crypto di tahun-tahun mendatang. Sebanyak 15 dari 20 aset crypto dengan performa terbaik di November 2024 adalah token meme. Meskipun banyak token meme baru gagal bertahan lama, hype yang mereka bawa tetap mendukung token meme lama seperti DOGE, SHIB, dan PEPE.
Di masa mendatang, bursa terpusat (CEX) mungkin akan mulai mengadopsi lebih banyak token meme dari generasi baru, meskipun sebagian besar tetap berada di bursa desentralisasi. Dominasi token meme menunjukkan bahwa komunitas crypto terus berkembang, dan tren ini berpotensi menambah warna baru dalam ekosistem blockchain.
Baca Juga: Bitcoin Sempat Kehilangan Momentum Saat Ketegangan Pemilu AS Picu Volatilitas Kripto
Itu dia informasi terkini seputar berita crypto hari ini. Dapatkan berbagai informasi lengkap lainnya seputar akademi crypto dari level pemula hingga ahli hanya di Pintu Academy dan perkaya pengetahuanmu mengenai dunia crypto dan blockchain.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi crypto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga.
*Disclaimer: Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: