Jakarta, Pintu News – Tether, penerbit stablecoin terbesar di dunia, baru-baru ini mengumumkan swap lintas rantai besar-besaran senilai lebih dari Rp31,5 triliun ($2 miliar) USDT dari beberapa jaringan blockchain ke jaringan Ethereum. Langkah besar ini dilakukan atas permintaan salah satu bursa crypto besar, dengan tujuan memindahkan aset dari berbagai wallet dingin ke Ethereum.
Menurut Tether, swap ini mencakup pemindahan 1 miliar USDT dari jaringan Tron, 600 juta USDT dari Avalanche C-Chain, 300 juta USDT dari Near Protocol, dan 60 juta USDT dari EOS. Langkah ini mencerminkan meningkatnya permintaan akan integrasi aset di jaringan Ethereum, yang tetap menjadi salah satu blockchain paling aktif dan aman di dunia crypto.
Tether memastikan kepada para investor bahwa swap ini tidak akan mempengaruhi total pasokan USDT. Artinya, swap hanya memindahkan token tanpa mengubah jumlah USDT yang ada di pasar, sehingga tidak akan berdampak langsung pada nilai atau suplai koin.
Baca Juga: 3 Koin Trump yang Wajib Dibeli Setelah Kemenangan Pemilu Donald Trump!
Swap besar ini terjadi di tengah kabar dari The Wall Street Journal bahwa pemerintah AS sedang menyelidiki Tether atas dugaan pencucian uang dan pelanggaran sanksi. Berita tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor crypto, yang mengakibatkan penurunan harga di pasar karena rasa takut dan ketidakpastian meningkat.
CEO Tether, Paolo Ardoino, merespons kabar ini dengan memberikan perincian terbaru tentang aset cadangan Tether yang mendukung USDT, termasuk sekitar Rp1.576 triliun ($100 miliar) dalam bentuk surat berharga pemerintah AS, 82.000 BTC senilai Rp97,1 triliun ($6,2 miliar), dan 48 ton emas. Aset-aset ini menjadi jaminan bahwa setiap USDT yang beredar didukung oleh aset nyata, memperkuat kepercayaan investor.
Swap lintas rantai besar-besaran ini menunjukkan bagaimana stablecoin, terutama USDT, memainkan peran penting sebagai aset safe haven dalam dunia crypto. Di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi, permintaan akan stablecoin seperti USDT justru meningkat, karena banyak trader menggunakannya sebagai penyimpan nilai dalam menghadapi mata uang lokal yang terdepresiasi.
Kapitalisasi pasar USDT yang mencapai Rp1.891 triliun ($120 miliar) pada Oktober 2024 menunjukkan meningkatnya penggunaan stablecoin ini. Menurut Chainalysis, data menunjukkan bahwa stablecoin semakin banyak digunakan sebagai simpanan nilai, terutama di negara-negara yang mengalami depresiasi mata uang. Kondisi ini semakin memperkuat status USDT sebagai alat utama dalam transaksi dan penyimpanan nilai dalam ekosistem crypto.
Swap besar-besaran Tether ke jaringan Ethereum memperlihatkan peran vital USDT dalam sistem keuangan digital global. Meskipun ada tantangan regulasi yang perlu dihadapi, langkah Tether dalam memastikan transparansi cadangan mereka menunjukkan komitmen untuk membangun kepercayaan di kalangan investor. Dengan semakin kuatnya dukungan pada aset fisik dan permintaan yang terus tumbuh, USDT tetap menjadi instrumen penting di pasar crypto, terutama dalam situasi ekonomi global yang penuh tantangan.
Baca Juga: Bitcoin Sempat Kehilangan Momentum Saat Ketegangan Pemilu AS Picu Volatilitas Kripto
Itu dia informasi terkini seputar berita crypto hari ini. Dapatkan berbagai informasi lengkap lainnya seputar akademi crypto dari level pemula hingga ahli hanya di Pintu Academy dan perkaya pengetahuanmu mengenai dunia crypto dan blockchain.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi crypto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga.
*Disclaimer: Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: