Aplikasi pesan berbasis cloud Telegram saat ini tengah mengembangkan tools baru yang berfokus pada dasar-dasar pasar crypto yaitu desentralisasi.
Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan pada tanggal 3 November 2022, Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi Telegram, mengungkapkan bahwa produk yang terdesentralisasi adalah target perusahaan berikutnya. Seperti apakah tools dengan konsep desentralisasi yang saat ini sedang dirancang oleh Telegram? Simak informasinya seperti dilansir laman Blockonomi berikut ini.
Sebelumnya, Durov dan empat rekan kerja lainnya telah mengembangkan Fragment, sebuah platform yang berjalan pada jaringan Ton dan memungkinkan pengguna melelang username Telegram mereka.
Telegram meluncurkan marketplace lelang ini pada akhir Oktober 2022 yang lalu. Dalam siaran persnya, Telegram menyampaikan bahwa marketplace ini akan memungkinkan pelelangan yang terdiri dari nama pengguna, Telegram handle, dan channel Telegram untuk dibeli dan dijual menggunakan Toncoin.
Seperti apa cara kerja platform lelang ini? Simak informasi selengkapnya mengenai Telegram Rilis Marketplace Lelang Menggunakan Teknologi Blockchain di sini.
Tim Telegram membutuhkan waktu selama 5 minggu untuk menyelesaikan pengembangan platform bernama Fragment ini. Atas dasar inilah, Durov percaya durasi yang sama dapat berlaku untuk pengembangan berbagai produk terdesentralisasi baru lainnya dari Telegram.
Menurut Pavel Durov, platform Fragment menjadi salah satu keberhasilan yang tidak terduga yang berhasil dicapai oleh Telegram. Ia mengatakan bahwa platform ini berhasil mencapai volume transaksi hingga $50 juta atau setara dengan Rp783 miliar ($1 = Rp15.666) hanya dalam waktu 1 bulan operasi.
Menurut Durov, Telegram tidak hanya akan memberikan solusi yang terdesentralisasi, tetapi juga dapat mendorong developer lain untuk ikut membangun produk yang berfokus pada desentralisasi agar industri ini dapat menjadi lebih maju.
Sebagai salah satu bukti komitmennya terhadap perkembangan industri crypto, The Ton Foundation, salah satu anak perusahaan Telegram dibalik blockchain Ton, mengatakan pada 30 November 2022 bahwa mereka akan menyisihkan dana sebesar $126 juta atau setara dengan Rp1,9 triliun ($1 = Rp15.666) sebagai dana bantuan pasar crypto.
Dana ini juga diberikan untuk menyelamatkan proyek crypto yang terdampak isu FTX pada bulan November 2022 lalu. Apa yang terjadi pada FTX dan bagaimana dampaknya terhadap pasar crypto? Simak berita selengkapnya mengenai fenomena kejatuhan FTX di sini.
Telegram adalah aplikasi bertukar pesan gratis yang menawarkan banyak keuntungan dalam hal privasi, keamanan, dan kemudahan penggunaan. Banyak orang di seluruh dunia menggunakan aplikasi ini sebagai alat komunikasi dalam organisasi.
Panggilan telepon dan pengiriman pesan Telegram yang dienkripsi dinilai mampu memberikan perlindungan maksimal kepada pengguna. Telegram menggunakan open-source code yang memungkinkan pengguna untuk mengubah dan memperbarui data.
Kemampuan beradaptasi dan kegunaan aplikasi Telegram merupakan salah satu wujud dukungan Telegram terhadap anonimitas dan pengembangan produk terdesentralisasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar industri crypto.
Referensi: