Baru-baru ini, JPMorgan, perusahaan financial yang berbasis di New York, Amerika Serikat, mengeluarkan hasil penelitiannya mengenai kepemilikan crypto di Amerika Serikat. Dikutip dari Cointelegraph, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada sekitar 13% dari populasi Amerika, atau sebanyak 43 juta orang yang memiliki cryptocurrency.
Dikutip dari Worldometer, Amerika Serikat memiliki jumlah penduduk sebanyak 335.814.729 orang (data per 14 Desember 2022). Negara ini menempati urutan ke-3 setelah China dan India dari banyaknya jumlah populasi.
Sementara itu, dilansir dari Ceic Data, Data Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat dilaporkan sebesar $6.424 miliar atau setara dengan Rp10 kuadraliun (kurs $1 = Rp15.622) pada September 2022.
Lalu, bagaimana hasil penelitian JPMorgan terkait kepemilikan crypto di Amerika Serikat? Simak berita lengkapnya berikut ini!
Dikutip dari Cointelegraph, menurut laporan yang dikeluarkan oleh JPMorgan pada 13 Desember 2022 yang berjudul āDinamika dan Demografi Penggunaan Aset Crypto Rumah Tangga AS,ā jumlah kepemilikan crypto di AS telah meningkat secara signifikan sejak sebelum tahun 2020 ketika angkanya hanya sekitar 3%.
Dikutip dari Cointelegraph, data baru yang dikeluarkan oleh JPMorgan dari hasil analisis sampel 5 juta nasabah transfer rekening giro, ditemukan bahwa ada 600.000 nasabah yang mentransfer uang tunai ke akun crypto mereka selama periode 2020 hingga 2022.
Jika dilihat dari hasil grafik di atas, pengguna crypto baru dengan pergerakan harga Bitcoin dari tahun 2017 hingga 2022 memiliki korelasi, menurut JPMorgan. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa holder cryptocurrency biasanya melakukan pembelian crypto pertama mereka ketika harga crypto sedang naik.
Selama waktu tersebut, jumlah uang tunai yang dikirim ke akun exchange crypto lebih besar daripada uang tunai yang ditarik. Dengan kata lain, sebagian besar orang menahan aset crypto mereka selama periode harga crypto naik, menurut JPMorgan.
Baca Juga: Wih, Ada 3,4 Juta Penduduk Inggris Punya Aset Crypto, Pemerintah Ambil Langkah Ini!
Dilansir dari Cointelegraph, JPMorgan juga menjelaskan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, transfer uang tunai ke dalam exchange crypto jumlahnya hanya sedikit melebihi transfer uang tunai ke bank mereka. JPMorgan juga mengatakan bahwa kenaikan angka tersebut terjadi karena adanya tren crypto yang lebih mendominasi, dan tingkat tabungan orang-orang yang menurun di AS sejak pandemi covid.
āKami melihat naik turunnya penggunaan crypto sejak awal Covid konsisten dengan korelasinya antara arus ritel dan harga pasar yang terlihat dalam penelitian sebelumnya. Selain itu, tren aliran crypto juga melacak dinamika tabungan rumah tangga, yang melonjak ke level tertinggi bersejarah di awal pandemi, namun baru-baru ini mulai berbalik arah,ā tulis JPMorgan dalam penelitian tersebut.
Baca Juga: Sah, Tiongkok Akui NFT Sebagai Properti Terlindung Hukum. Indonesia Apa Kabar?
Dari hasil grafik diatas ditemukan bahwa generasi milenial (26 ā 41 tahun) pria lebih menonjol dan mendominasi dalam kepemilikan crypto dengan persentase lebih dari 25%, dan untuk milenial wanita berada sedikit diatas 10%. Lalu disusul oleh Generasi X (42 ā 57 tahun) pria dengan persentase hampir mendekati 15%, dan wanita dengan persentase di bawah 10%. Lalu, yang terakhir ada generasi boomers (58 ā 77 tahun) pria yang hanya mencapai 5% dan wanita dengan persentase di bawah 5%.
Dikutip dari Cointelegraph, JPMorgan menyampaikan bahwa dalam hal kepemilikan crypto di AS, pria lebih aktif terlibat dalam setiap kelompok umur, dari millennial hingga baby boomer.
JPMorgan juga menganalisa jumlah bruto transfer antara pria dan wanita. Hasilnya ditemukan bahwa pria lebih terlibat dengan jumlah bruto transfer ke dalam dan keluar dari akun crypto dibandingkan dengan rekening giro tradisional. Lalu, rata-rata untuk total transfer kotor untuk pria adalah sekitar $1.000 atau setara dengan Rp15.6 juta (kurs $1 = Rp15.620) dan $400 atau setara dengan Rp6,2 juta (kurs $1 = Rp15.620) untuk wanita.
Sebelumnya, pada Q2 2022, Amerika Serikat juga disebut-sebut sebagai negara kedua yang ramah crypto, setelah Jerman, menurut analisa Coincub. Tak hanya itu, adopsi crypto di Amerika juga sudah meluas, dengan adanya bank tertua di Amerika yang luncurkan layanan crypto untuk nasabahnya.
Referensi: