
Jakarta, Pintu News ā Issuer stablecoin terbesar di dunia, Tether , membantah laporan media lokal Uruguay yang menyebut perusahaan menghentikan proyek crypto mining senilai $500 juta (ā Rp8,3 triliun) di negara tersebut akibat sengketa utang listrik.
Kabar ini pertama kali muncul di media lokal Telemundo dan Busqueda, yang melaporkan bahwa perusahaan utilitas negara UTE mencabut aliran listrik ke fasilitas Tether karena tagihan Mei senilai $2 juta belum dibayar. Total tunggakan dilaporkan mencapai $4,8 juta, termasuk proyek lain, di luar denda dan biaya tambahan.
Dalam pernyataannya kepada Cointelegraph (22 September 2025), Tether menegaskan laporan yang menyebut mereka keluar dari Uruguay ātidak mencerminkan situasi sebenarnya.ā
Perusahaan mengakui adanya perbedaan dengan otoritas setempat, namun menekankan bahwa operator lokal yang menjalankan fasilitas mining masih dalam pembicaraan dengan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan.
āTether tetap mendukung upaya ini dan berkomitmen jangka panjang untuk menciptakan peluang berkelanjutan di kawasan,ā tulis perusahaan.
Baca Juga: 5 Fakta Mengejutkan Soal AVAX: Naik 10,52% dalam 24 Jam, Harga Tembus Rp 583 Ribu!

Salah satu alasan munculnya isu hengkang adalah tingginya biaya listrik di Uruguay, yang berkisar $60ā$180 per MWh, jauh di atas Paraguay yang hanya sekitar $22 per MWh berkat tenaga hidro Itaipu.
Biaya tinggi ini membuat Uruguay kurang menarik bagi industri energi-intensif seperti crypto mining dan kecerdasan buatan . Tether sendiri tidak berkomentar langsung soal tarif listrik, namun disebut pernah meminta potongan harga listrik untuk fasilitas baru.
Uruguay sebelumnya juga kehilangan pemain besar mining. Pada 2018, perusahaan Vici Mining memindahkan operasi mereka ke Paraguay karena biaya listrik lebih murah.
Menurut insinyur Vici, NicolĆ”s Ribeiro, hingga 80% biaya operasional mining berasal dari listrik, sehingga harga energi adalah faktor penentu utama lokasi investasi. Ia menyebut kasus Tether harus menjadi āperingatan bagi pembuat kebijakanā jika ingin menarik industri energi-intensif.
Meski menghadapi kendala di Uruguay, Tether (USDT) justru mencatat pertumbuhan adopsi di kawasan Amerika Latin.
Hal ini menunjukkan bahwa meski bisnis mining menghadapi tantangan, penggunaan stablecoin terus meningkat di sektor riil LATAM.
Tether menolak klaim hengkang dari Uruguay dan menegaskan komitmennya untuk tetap beroperasi di kawasan, meski menghadapi sengketa utang listrik dan tantangan biaya energi tinggi. Kasus ini memperlihatkan bagaimana faktor biaya listrik menjadi kunci keberlanjutan bisnis crypto mining di Amerika Selatan.
Sementara itu, adopsi stablecoin seperti USDT terus berkembang di Bolivia, Kolombia, hingga Paraguay, menandai peran Tether yang semakin penting di ekosistem keuangan digital regional.
Baca Juga: 5 Fakta Tekanan Harga Hedera (HBAR): Apakah Bisa Bertahan di Atas Rp3.940?
Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. CekĀ harga bitcoin hari ini,Ā harga solana hari ini,Ā pepe coinĀ dan harga asetĀ cryptoĀ lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalamanĀ trading cryptoĀ yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalamanĀ web tradingĀ dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: