
Jakarta, Pintu News – RSI adalah salah satu indikator teknikal paling populer untuk mengukur momentum harga. Dengan memahami angka-angka kunci (30, 50, 70), trader bisa mengenali sinyal beli/jual dan potensi pembalikan harga. Namun, penggunaannya perlu disesuaikan dengan tren dan dikombinasikan dengan indikator lain untuk menghindari sinyal palsu.

Menurut Investopedia (Jason Fernando, 2025), Relative Strength Index (RSI) adalah indikator momentum yang digunakan dalam analisis teknikal untuk mengukur kecepatan dan besarnya perubahan harga. RSI ditampilkan sebagai grafik osilator dengan skala 0–100.
Biasanya, angka di atas 70 menandakan kondisi overbought (jenuh beli), sedangkan di bawah 30 menunjukkan oversold (jenuh jual). RSI dikembangkan oleh J. Welles Wilder Jr. dalam bukunya tahun 1978 New Concepts in Technical Trading Systems.
Baca Juga: 5 Fakta Mengejutkan Soal AVAX: Naik 10,52% dalam 24 Jam, Harga Tembus Rp 583 Ribu!

RSI membandingkan rata-rata kenaikan harga dengan rata-rata penurunan harga selama periode tertentu (default 14 hari). Semakin besar kenaikan dibandingkan penurunan, nilai RSI makin tinggi, dan sebaliknya.
Dengan demikian, RSI membantu trader menilai apakah suatu aset berpotensi mengalami pembalikan arah (reversal) atau hanya koreksi sementara.
Perhitungan RSI terdiri dari dua tahap:
Formula dasarnya adalah: RSI=100−1001+AverageGainAverageLossRSI = 100 – \frac{100}{1 + \frac{Average Gain}{Average Loss}}RSI=100−1+AverageLossAverageGain​100​
Contoh: jika rata-rata gain 1% dan loss 0,8% selama 14 hari, RSI awal akan bernilai sekitar 55,55.

Menurut Investopedia, RSI membantu trader:
Namun, RSI paling efektif digunakan pada pasar yang sedang sideways (range), bukan ketika tren sedang sangat kuat.

Sinyal ini lebih kuat bila sejalan dengan tren utama.

Divergensi terjadi ketika pergerakan harga dan RSI tidak searah:
Walau sering digunakan, divergensi bisa memberikan sinyal palsu jika tren masih sangat kuat.
Teknik lain adalah swing rejection, yakni saat RSI keluar dari zona overbought/oversold lalu gagal kembali.
Baik RSI maupun MACD (Moving Average Convergence Divergence) sama-sama indikator momentum, tetapi caranya berbeda.
Keduanya bisa digunakan bersama untuk gambaran teknikal yang lebih lengkap.

Oleh karena itu, RSI sebaiknya dipadukan dengan indikator lain seperti moving average, support-resistance, atau volume analisis.
Baca Juga: 5 Fakta Tekanan Harga Hedera (HBAR): Apakah Bisa Bertahan di Atas Rp3.940?
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga bitcoin hari ini, harga solana hari ini, pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.