7 Fakta Penting dari Q3 2025: Saat Crypto Resmi Masuk Sistem Keuangan Global!

Di-update
October 6, 2025
Gambar 7 Fakta Penting dari Q3 2025: Saat Crypto Resmi Masuk Sistem Keuangan Global!

Jakarta, Pintu News – Kuartal ketiga 2025 menjadi momen bersejarah bagi crypto. Regulasi di AS memberikan legitimasi global bagi aset digital, sementara institusi keuangan besar mulai mengintegrasikan crypto ke dalam sistem mereka. Dari Bitcoin hingga DeFi, crypto kini bukan lagi pinggiran ekonomi — melainkan bagian dari fondasi sistem keuangan modern dunia.

1. Amerika Serikat Akhirnya Mengesahkan Undang-Undang Crypto Pertama

Menurut laporan BlockchainReporter (Dan K, 2025), kuartal ketiga tahun ini menandai tonggak sejarah bagi industri aset digital: Amerika Serikat secara resmi mengesahkan tiga undang-undang besar terkait crypto — GENIUS Act, CLARITY Act, dan Anti-CBDC Surveillance State Act.

GENIUS Act, yang disahkan pada Juli 2025, menciptakan kerangka hukum pertama bagi stablecoin pembayaran. Undang-undang ini mewajibkan penerbit stablecoin menyimpan cadangan tunai atau obligasi jangka pendek AS, serta menjalani audit tahunan. Dengan ini, bank komersial kini bisa menerbitkan stablecoin di bawah pengawasan lembaga keuangan resmi.

2. GENIUS Act Picu Lonjakan Likuiditas di Ekosistem DeFi

Efek langsung dari GENIUS Act terlihat pada lonjakan pasokan stablecoin dan aktivitas DeFi di berbagai jaringan blockchain. Pasokan stablecoin seperti USDT, USDC, dan USDe melonjak tajam karena kini memiliki payung hukum federal.

Menurut BlockchainReporter, stabilitas regulasi ini membuat dana institusional mulai mengalir deras ke sektor crypto, terutama pada produk yield DeFi dan tokenisasi aset dunia nyata (RWA). Hasilnya, nilai transaksi stablecoin naik lebih dari Rp530 triliun sepanjang kuartal ketiga, meski ada tanda perlambatan di akhir September.

3. Bitcoin (BTC) Dikuasai Investor Institusional

Bitcoin menunjukkan performa solid di Q3 2025, stabil di kisaran $108.000–$118.000 (setara Rp1,79–Rp1,96 miliar). Kapitalisasi pasarnya mencapai $2,25 triliun (Rp37.343 triliun).

Data dari BlockchainReporter menunjukkan perubahan besar dalam struktur pemegang BTC: investor ritel mulai berkurang, digantikan oleh perusahaan, dana investasi, dan bahkan entitas negara. Arus masuk ke Bitcoin ETF terus meningkat tanpa tanda-tanda outflow, mencerminkan preferensi investor institusi untuk menahan BTC sebagai aset jangka panjang.

4. Ethereum (ETH) Pecahkan Rekor Tertinggi Baru

Ethereum juga mencetak tonggak penting di Q3 2025 dengan menembus level tertinggi sepanjang masa (ATH). Pendorong utamanya adalah regulasi baru AS yang mendorong penggunaan stablecoin dan protokol DeFi — dua sektor yang berbasis di jaringan Ethereum.

ETH juga memperkuat posisinya terhadap Bitcoin. Pair ETH/BTC menembus level resistensi 0,02 dan berpotensi mencapai 0,08, yang setara dengan harga ETH sekitar $9.600 (Rp159 juta) jika BTC stabil di $120.000. Penurunan pasokan ETH di bursa terpusat memperkuat sinyal akumulasi jangka panjang oleh investor besar.

5. L1 dan L2 Berkembang Pesat: Solana, BNB Chain, dan Avalanche Memimpin

Jaringan Solana mencatat kenaikan Total Value Locked (TVL) sebesar 30% ke $30,5 miliar, serta volume DEX senilai $365 miliar per kuartal. Peningkatan kapasitas blok sebesar 20% mendorong efisiensi dan throughput jaringan.

Sementara itu, BNB Chain mencatat rekor 47 juta alamat aktif dan volume perdagangan DEX sebesar $225 miliar, tertinggi sejak 2021. Avalanche juga menunjukkan pertumbuhan eksplosif — TVL melonjak ke $4,4 miliar, naik 185% dari Q2 berkat dukungan institusi dan pembentukan dua dana treasury senilai $1 miliar.

6. DeFi Melesat: Aave, Pendle, dan Fluid Cetak Rekor

Kuartal ini menjadi masa keemasan bagi DeFi (Decentralized Finance).

  • Aave mencapai $74 miliar TVL, tumbuh 70% dari kuartal sebelumnya dan melampaui rekor $3 triliun total deposit sepanjang masa.
  • Pendle (PENDLE) mencetak kuartal terbaiknya dengan $17 juta fee dan TVL puncak $13 miliar, berkat integrasi yield-token seperti kHYPE dan sUSDe.
  • Fluid, DEX berbasis Ethereum, meraih posisi ke-4 secara global dengan volume $27 miliar, memperluas operasinya ke Solana melalui kemitraan dengan Jupiter Lend.

Data ini memperlihatkan bahwa DeFi kini menjadi pilar utama sistem keuangan baru berbasis blockchain.

7. Stabilitas Stablecoin dan Lahirnya Plasma Blockchain

Kapitalisasi pasar stablecoin global mendekati $300 miliar (Rp4.979 triliun) dengan pertumbuhan kuartalan 300%. USDT memimpin dengan pangsa pasar 58,7%, diikuti USDC (24,7%) dan USDe (4,8%).

Peluncuran Plasma Blockchain, jaringan L1 baru untuk stablecoin, menjadi sorotan. Dengan TVL $13,6 miliar dan lebih dari 100 integrasi DeFi pada hari pertama, Plasma menjanjikan transaksi instan tanpa biaya. Token XPL bahkan melonjak 70% hanya dua hari setelah peluncuran.

Baca Juga: Prediksi Mengejutkan Harga Bitcoin Cash (BCH) untuk Tahun 2025 hingga 2030!

Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga bitcoin hari ini, harga solana hari ini, pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.

Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.

*Disclaimer

Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi

Topik
Bagikan

Berita Terbaru

Lihat Semua Berita ->