5 Fakta di Balik Rekor Baru Bitcoin & Kejatuhan Dolar AS Terburuk Sejak 1973!

Di-update
October 7, 2025
Gambar 5 Fakta di Balik Rekor Baru Bitcoin & Kejatuhan Dolar AS Terburuk Sejak 1973!

Jakarta, Pintu News – Kenaikan harga Bitcoin ke rekor tertinggi bersamaan dengan pelemahan dolar AS menunjukkan perubahan besar dalam lanskap ekonomi dunia. Di tengah tekanan inflasi dan ketidakpastian kebijakan, investor semakin memandang crypto sebagai bentuk perlindungan nilai jangka panjang.

Fenomena ini memperkuat posisi Bitcoin sebagai indikator utama perubahan paradigma keuangan global, menandai era baru di mana kepercayaan terhadap sistem tradisional mulai bergeser menuju ekonomi digital terdesentralisasi.

1. Bitcoin (BTC) Sentuh Rekor Tertinggi Rp2,07 Miliar di Tengah Krisis Dolar AS

Jakarta, Pintu News — Bitcoin (BTC) kembali mencetak sejarah dengan menembus harga tertinggi baru di $125.000 (sekitar Rp2,07 miliar) pada Sabtu (5/10), menurut laporan Cointelegraph. Lonjakan ini terjadi bersamaan dengan melemahnya nilai dolar Amerika Serikat (USD) yang kini berada di jalur terburuknya sejak tahun 1973.

Menurut analisis The Kobeissi Letter, fenomena ini menandakan terjadinya ā€œpergeseran makroekonomi generasionalā€. Tak hanya Bitcoin, emas juga mencatat rekor baru di kisaran $3.880 per ons (Rp64,4 juta), sementara indeks S&P 500 naik lebih dari 40% dalam enam bulan terakhir. Kombinasi kenaikan antara aset berisiko dan aset lindung nilai ini dianggap sangat jarang terjadi dalam sejarah ekonomi modern.

Baca Juga: Prediksi Harga Shiba Inu: Apakah Oktober Akan Menjadi Bulan Penuh Kejutan?

2. Kombinasi Tak Lazim: Emas, Saham, dan Crypto Naik Bersamaan

Biasanya, kenaikan harga emas dan aset digital seperti Bitcoin (BTC) berlawanan arah dengan pasar saham. Namun, data dari Kobeissi Letter (2025) menunjukkan koefisien korelasi antara emas dan indeks S&P 500 mencapai 0,91 — tertinggi sepanjang sejarah.

Menurut analis, korelasi ini menunjukkan bahwa pasar sedang menilai ulang kebijakan moneter global baru, di mana investor kini berpindah ke aset nyata (seperti emas dan crypto) sekaligus memanfaatkan momentum di pasar saham. Kenaikan serentak ini menunjukkan keinginan kuat untuk mencari perlindungan dari inflasi dan pelemahan daya beli dolar AS.

3. Dolar AS Turun 10% Tahun Ini, Kehilangan 40% Daya Beli Sejak 2000

Masih berdasarkan data The Kobeissi Letter, dolar AS telah turun lebih dari 10% sepanjang 2025, menjadikannya tahun terburuk sejak 1973. Secara historis, dolar telah kehilangan sekitar 40% daya belinya sejak tahun 2000, akibat kebijakan ekspansi moneter jangka panjang dan tekanan inflasi yang terus meningkat.

Para analis menilai, langkah Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga di tengah rebound inflasi dan pelemahan pasar tenaga kerja menjadi katalis utama penurunan dolar. Fenomena ini mendorong investor global untuk beralih ke aset kripto seperti Bitcoin (BTC) yang bersifat deflasi dan tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan moneter.

4. Shutdown Pemerintahan AS Jadi Pemicu Lonjakan Bitcoin (BTC)

Menurut Fabian Dori, Chief Investment Officer di Sygnum Bank, lonjakan Bitcoin terbaru dipicu oleh shutdown pemerintahan AS yang dimulai pada Rabu lalu. Penutupan sebagian besar lembaga federal dan lembaga pengawas keuangan ini menimbulkan kekhawatiran atas ā€œdisfungsi politikā€ di Washington.

Dori menjelaskan bahwa situasi tersebut memperkuat pandangan publik terhadap Bitcoin (BTC) sebagai penyimpan nilai alternatif (store of value) di tengah menurunnya kepercayaan terhadap institusi tradisional. Kondisi ini, katanya, menjadi bukti nyata bagaimana crypto kembali menarik perhatian investor besar dan institusional di saat stabilitas ekonomi makro terguncang.

5. Pergeseran Ekonomi Global: Dari Fiat Menuju Aset Digital

Para analis menilai situasi saat ini sebagai tanda bahwa ekonomi global sedang bertransisi dari sistem fiat tradisional menuju era aset digital. Bitcoin (BTC), emas, dan aset riil lainnya kini dipandang sebagai instrumen lindung nilai baru terhadap ketidakstabilan kebijakan fiskal dan inflasi yang meningkat.

Menurut The Kobeissi Letter, fenomena ini disebut ā€œrush into assetsā€ — di mana para pelaku pasar dari berbagai sektor berlomba-lomba memindahkan kekayaan mereka ke aset yang lebih tahan terhadap penurunan nilai mata uang. Dalam konteks ini, Bitcoin tidak lagi dilihat hanya sebagai aset spekulatif, tetapi sebagai pilar utama dalam sistem moneter baru berbasis teknologi blockchain.

Baca Juga: Prediksi Harga Shiba Inu: Apakah Oktober Akan Menjadi Bulan Penuh Kejutan?

Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. CekĀ harga bitcoin hari ini,Ā harga solana hari ini,Ā pepe coinĀ dan harga asetĀ cryptoĀ lainnya lewat Pintu Market.

Nikmati pengalamanĀ trading cryptoĀ yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalamanĀ web tradingĀ dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.

*Disclaimer

Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi

Intifanny
Penulis
Intifanny
Bagikan

Berita Terbaru

Lihat Semua Berita ->