5 Fakta Psikologis di Balik Kecanduan Trading Crypto yang Jarang Dibahas

Di-update
October 26, 2025
Gambar 5 Fakta Psikologis di Balik Kecanduan Trading Crypto yang Jarang Dibahas

Jakarta, Pintu News – Trading crypto kini menjadi aktivitas populer di kalangan investor muda, terutama karena potensinya menghasilkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun di balik daya tarik itu, ada sisi psikologis yang sering diabaikan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perilaku trading berulang, penuh emosi, dan impulsif bisa berkembang menjadi bentuk kecanduan yang mirip dengan judi online. Dengan memahami faktor-faktor psikologis di balik perilaku ini, trader dapat lebih bijak dalam mengelola risiko dan menjaga kesehatan mentalnya.

1. FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO atau rasa takut tertinggal adalah salah satu pemicu utama perilaku berlebihan dalam trading crypto. Ketika melihat orang lain meraih keuntungan besar dari token tertentu, seseorang merasa terdorong untuk ikut membeli tanpa analisis yang matang. Fenomena ini menciptakan tekanan emosional yang membuat trader sulit berpikir rasional dan mudah terjebak dalam euforia pasar.

Dalam banyak kasus, FOMO menyebabkan trader membeli di puncak harga dan menjual saat harga turun karena panik. Untuk menghindarinya, penting bagi investor untuk tetap berpegang pada strategi dan data, bukan pada tren media sosial atau rumor komunitas.

2. Efek Penguatan Acak (Variable-Ratio Reinforcement)

Sama seperti permainan kasino, hasil trading crypto sering kali tidak bisa diprediksi. Ketika seseorang mendapat untung secara kebetulan, otak melepaskan hormon dopamin yang menimbulkan rasa senang dan ingin mengulang pengalaman tersebut. Pola ini disebut efek penguatan acak — salah satu faktor yang membuat seseorang terus melakukan trading meski sudah mengalami kerugian.

Karena hasilnya tidak konsisten, trader cenderung mengejar ā€œsensasi menangā€ dengan meningkatkan frekuensi dan volume transaksi. Dalam jangka panjang, perilaku ini bisa mengaburkan batas antara investasi rasional dan aktivitas yang bersifat kompulsif.

Baca juga: Trading Pemula Modal Kecil: Apakah Mungkin & Bagaimana Memulainya?

3. Overconfidence dan Ilusi Kontrol

trader crypto samarinda
Generated by AI

Banyak trader merasa memiliki kemampuan khusus dalam membaca pasar atau memprediksi pergerakan harga crypto. Keyakinan berlebihan ini dikenal sebagai overconfidence bias dan sering kali membuat seseorang mengabaikan risiko. Mereka merasa mampu mengontrol hasil trading, padahal pasar crypto sangat fluktuatif dan dipengaruhi banyak faktor eksternal.

Ketika keyakinan ini tidak diimbangi dengan evaluasi yang realistis, trader cenderung mengambil keputusan berisiko tinggi. Hasilnya, potensi keuntungan besar justru berubah menjadi kerugian karena kurangnya disiplin dan kesadaran terhadap batas kemampuan sendiri.

4. Kebutuhan Pengakuan Sosial dalam Komunitas Crypto

Bagi sebagian orang, trading crypto bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga cara membangun identitas sosial. Keberhasilan dalam trading sering kali dibagikan di media sosial, menimbulkan perasaan bangga dan pengakuan dari komunitas. Namun, dorongan untuk mempertahankan citra sukses ini bisa menjadi beban psikologis tersendiri.

Ketika mengalami kerugian, sebagian trader justru terdorong untuk menebusnya dengan mengambil risiko lebih besar agar tidak ā€œkehilangan wajahā€ di depan komunitasnya. Kondisi ini memperkuat siklus emosional yang tidak sehat dan menjauhkan fokus dari tujuan investasi jangka panjang.

Baca juga: 6 ā€œRed Flagā€ Meme Coin yang perlu di Hindari Sebelum Kena Rugpull

5. Mengabaikan Risiko dan Dampak Kehidupan Nyata

Kecanduan trading crypto tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga aspek kehidupan lainnya seperti hubungan sosial dan kesehatan mental. Beberapa laporan psikolog menunjukkan bahwa trader yang kecanduan sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, mengalami gangguan tidur, dan stres karena fluktuasi harga.

Dalam jangka panjang, perilaku ini bisa menurunkan produktivitas dan memicu konflik dalam kehidupan pribadi. Untuk mencegahnya, trader disarankan menetapkan waktu khusus untuk trading, mengatur batas kerugian, dan mencari keseimbangan antara aktivitas investasi dan kehidupan nyata.

Kesimpulan

Kecanduan trading crypto adalah fenomena nyata yang bisa menimpa siapa saja, terutama di tengah volatilitas pasar dan tekanan sosial media. Dengan memahami faktor psikologis seperti FOMO, overconfidence, dan kebutuhan pengakuan sosial, trader dapat membangun kesadaran diri yang lebih kuat. Kunci utamanya adalah disiplin, riset yang matang, serta pengendalian emosi agar trading tetap menjadi aktivitas produktif — bukan sumber stres atau kerugian berkepanjangan.

Itu dia informasi terkini seputar crypto. Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkanĀ berita cryptoĀ terkini seputar project crypto dan teknologi blockchain. Temukan juga panduan belajar crypto dari nol dengan pembahasan lengkap melalui Pintu Academy dan selalu up-to-date dengan pasar crypto terkini sepertiĀ harga bitcoin hari ini,Ā harga coin xrp hari ini,Ā dogecoinĀ dan harga asetĀ cryptoĀ lainnya lewat Pintu Market.

Nikmati pengalamanĀ trading cryptoĀ yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui GoogleĀ PlayĀ Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalamanĀ web tradingĀ dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.


*Disclaimer

Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitasĀ jual beli bitcoinĀ dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi

Bagikan

Berita Terbaru

Lihat Semua Berita ->