Web3 atau Web 3.0 tengah menjadi sorotan di dunia digital, terutama di Indonesia. Sebagai evolusi dari Web2 atau Web 2.0, Web3 menawarkan desentralisasi yang memungkinkan pengguna memiliki kendali penuh atas data, privasi, dan konten mereka di dunia maya.
Dalam diskusi bertajuk “SEA as a Platform and Market for Web3 Builders” di acara BUIDLRS Lounge yang diinisiasi oleh PINTU dan komunitas ETH Indonesia, Jeth Soetoyo, Founder & CEO PINTU, memberikan pandangan tentang perkembangan Web3 di Indonesia.
“Berbeda dengan tahun 2018 atau 2019, saat ini pengembang Web3 dan cryptocurrency menemukan keyakinan dalam membangun ekosistem mereka. Penggunaan cryptocurrency kini telah memiliki nilai dan dapat diaplikasikan di berbagai sektor, seperti produk keuangan,” kata Jeth.
Dia menambahkan bahwa para pendiri Web3 harus melihat dari dua perspektif. Pertama, mereka harus berpikir secara global karena crypto berada dalam skala yang sama. Kedua, mereka perlu mencari talenta berbakat untuk mengembangkan proyek Web3 mereka.
Laporan 2022 “Electric Capital Developer Report” dari Electric Capital, perusahaan modal ventura crypto, mencatat bahwa sejak Januari 2022, ada lebih dari 22 ribu developer aktif. Dari jumlah tersebut, 28% mengembangkan ekosistemnya dengan Bitcoin dan Ethereum, sedangkan 72% sisanya membangun di luar kedua platform tersebut.
Dilansir dari laporan White Star Capital, perusahaan investasi ventura, terdapat 627 perusahaan crypto atau blockchain yang berbasis di Asia Tenggara. Mayoritas pendanaan modal ventura diperuntukkan untuk perusahaan rintisan crypto, blockchain, dan web3, yang berhasil mengumpulkan hampir US$1 miliar dalam pendanaan di tahun 2022.
Jeth memberi saran kepada developer Web3 dan crypto untuk mempertimbangkan tiga hal dalam membangun proyek: membangun tim, menyiapkan modal, dan menentukan product market fit. Dia juga menekankan pentingnya mendengarkan feedback pengguna dan tidak menyerah meski menghadapi hambatan.
Menurut penelitian dari Straits Research, diprediksi market value Web3 akan terus meningkat hingga mencapai US$52,890 juta pada tahun 2030 dengan tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) sebesar 44,8% dari 2022 hingga tahun 2030. Bahkan menurut Report Ocean, pasar web3 Asia Tenggara diperkirakan bisa menembus market value sebesar US$6.475,8 juta di tahun 2030 dengan CAGR sebesar 50,2%.
“Kami berambisi untuk membawa Indonesia sepenuhnya ke era Web3 dan berharap setiap orang di Indonesia memiliki akses luas ke dompet crypto, produk keuangan, dan berbagai produk global lainnya berbasis blockchain dan cryptocurrency,” tutup Jeth.