China, yang dikenal dengan sistem kredit sosialnya yang kontroversial, kini berencana untuk memperluas pengawasan tersebut ke Metaverse. Dengan niat untuk mengatur perilaku pengguna di dunia virtual, langkah ini menimbulkan pertanyaan besar tentang privasi dan kebebasan di era digital.
Menurut laporan dari POLITICO, operator telekomunikasi milik negara, China Mobile, telah merancang proposal untuk sebuah āSistem Identitas Digitalā bagi semua pengguna dunia virtual. Sistem ini akan bekerja dengan ākarakteristik alamiā dan ākarakteristik sosialā, termasuk data pribadi seperti pekerjaan seseorang.
Proposal tersebut menyarankan agar informasi ini disimpan secara āpermanenā dan dibagikan dengan penegak hukum untuk menjaga ketertiban dan keamanan dunia virtual.
China Mobile berpendapat bahwa sistem identitas digital ini akan memungkinkan polisi atau pejabat pemerintah untuk mengidentifikasi individu yang āmenyebar rumor dan membuat kekacauan di metaverseā dan menghukum mereka sesuai aturan.
Sistem yang diusulkan ini mencerminkan sistem kredit sosial China yang sedang dikembangkan, yang dirancang untuk meningkatkan perilaku dengan memberi skor dan peringkat warga berdasarkan berbagai metrik. Ini juga telah menjadi alat penegakan hukum.
Pada 2019, Associated Press melaporkan bahwa otoritas memblokir pelanggar sosial dari membeli tiket pesawat sebanyak 17,5 juta kali pada 2018. Pelanggar lainnya dihukum dengan dilarang membeli tiket kereta sebanyak 5,5 juta kali.
Chris Kremidas-Courtney, seorang senior fellow di think tank Friends of Europe di Brussels, menyatakan bahwa sistem identitas digital yang diusulkan mirip dengan sistem kredit sosial China.
Baca juga: Sony Bawa Dunia Nyata ke Metaverse! Inovasi VR Terbaru yang Menggabungkan Realitas dan Virtual
Proposal terbaru untuk implementasi skor sosial di dunia digital dibuat selama pertemuan kedua dari International Telecommunication Union (ITU), sebuah badan telekomunikasi PBB yang menetapkan aturan global untuk teknologi di metaverse.
Karena peran penting ITU dalam mendefinisikan aturan dasar untuk infrastruktur telekomunikasi dan teknologi global, ini telah menjadi medan pertempuran antara China dan AS mengenai masa depan internet.
Seorang ahli teknologi yang tidak ingin disebutkan namanya menyatakan bahwa organisasi Cina mengajukan lebih banyak proposal dibandingkan peserta AS atau Eropa, yang dapat memberikan keuntungan bagi Beijing dalam jangka panjang.
Dengan ambisi China untuk menjadi pemimpin dunia dalam pengembangan Metaverse, langkah mereka untuk menetapkan standar di dunia virtual menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan kontrol.
Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, dunia sekarang dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan inovasi dengan hak dan kebebasan individu.
Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputarĀ crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: