Mengenal Stablecoin : Menerapkan Multiple Blockchain Untuk Sebuah Stablecoin

Updated
May 13, 2020
• Waktu baca 2 Menit
Gambar Mengenal Stablecoin : Menerapkan Multiple Blockchain Untuk Sebuah Stablecoin
Reading Time: 2 minutes

Stablecoin adalah aset Crypto berbentuk token yang nilainya cenderung lebih stabil dibandingkan mata uang Crypto pada umumnya. Stabilnya sebuah stablecoin bergantung dari kestabilan aset yang menjadi backing-nya, seperti contoh Rupiah Token yang mengandalkan rupiah sebagai aset backing yang disimpan oleh pengembang di tempat reserve (yang pada case Rupiah Token adalah bank) untuk setiap IDRT yang beredar 1 banding 1.

1_24Qs9JmDBuNhA7B1d5lMGA.png.3706fd7639cfdd4e1ec6d591c26a6bd7.png

Stablecoin ada karena terdapat blockchain yang memiliki fitur Smart Contract. Fitur smart contract sendiri adalah pengaplikasian kode yang bertujuan mengikat perjanjian atau kesepakatan secara digital dan transparan diatas blockchain. Salah satu bentuk perjanjiannya adalah issuing sebuah token, yang kemudian oleh sistem governance dikombinasikan dengan aset yang bernilai stabil menjadi sebuah stablecoin.

Setiap proses menambah token ke jaringan yang dibarengi menambah aset backing di tempat reserve disebut proses Minting, sedangkan proses mengurangi jumlah token yang beredar yang dibarengi dengan mengurangi aset backing di tempat reserve disebut proses Burning.

Setiap kegiatan Minting dan Burning ini akan tercatat di blockchain, begitu juga dengan setiap transaksi perpindahan token yang dilakukan oleh user serta jumlah token yang beredar di blockchain tersebut.

Transparansi Pada Stablecoin

Menilai sebuah stablecoin yang baik terletak pada transparansi sistem governance pengembang yang mengatur peredaran token serta manajemen aset reserve yang menjadi backingnya. Sistem governance harus menyediakan bukti bahwa token yang beredar sesuai dengan aset yang disimpan di penyimpanan, dimanapun blockchain dari token itu ada.

Sebagai contoh adalah seperti pihak Rupiah Token yang setiap bulannya me-release statement yang dikeluarkan KAP pihak ketiga terdaftar yang menyatakan bahwa token yang beredar sesuai dengan aset yang di-reserve di akun bank milik Rupiah Token .

Dengan sistem governance yang baik, pengembang stablecoin dapat melakukan minting di banyak blockchain. Dengan demikian, stablecoin dapat mendapatkan kelebihan dari setiap blockchain dimana stablecoin itu berdiri. Tentunya dengan pertimbangan yang matang karena untuk membuat smart contract pada sebuah blockchain hingga dapat melakukan minting memerlukan investasi yang besar, selain menimbang faktor keamanan yang tidak kalah pentingnya.

Sebagai contoh adalah pada Rupiah Token yang berdiri diatas 2 platform blockchain, yaitu diatas Ethereum ERC-20 dan Binance Chain BEP-2. Jaringan Ethereum memiliki kelebihan dimana komunitasnya yang besar sehingga memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, sedangkan jaringan Binance Chain memiliki kelebihan transaksinya yang murah dan cepat.

Mengenal Stablecoin

Swap Antar Chain

Stablecoin yang berada diatas multi-chain membutuhkan feature swap untuk dapat digunakan pada aplikasi lintas platform. Contoh dari case pentingnya feature swap ini adalah, Nanda memiliki token IDRT yang berada diatas ERC20 hasil dari menjual Bitcoin-nya di Exchange Liquid.

Suatu saat, dia melihat harga Bitcoin di Binance DEX yang hanya menggunakan jaringan BEP-2 memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan exchange yang menerima IDRT yang ada di platform ERC-20. Dengan demikian, Nanda membutuhkan feature swap yang mudah digunakan olehnya untuk menukar IDRT ERC-20-nya menjadi IDRT BEP-2. Selain case arbitrage semacam ini, feature swap menjadi penting untuk usecase-usecase lain yang yang membutuhkan token yang berbeda platform.

1_XCJJTQVDzHoLvOSSkwpx9w.thumb.png.2198b9df0a3fd9dfee9a8002a3eb7bf7.png

Namun beberapa wallet yang ada di exchange memiliki solusi yang lebih baik dibandingkan ribetnya melakukan swap antar platform blockchain. Sebagai contoh adalah Pintu yang menerima Rupiah Token dari semua platform blockchain, baik yang berdiri di atas ERC-20 maupun yang berdiri di atas BEP-2.

Selain menerima, Pintu juga dapat mengirim IDRT ke semua platform blockchain dimana Rupiah Token berdiri, sesuai dengan kebutuhan user-nya. Pintu juga dapat langsung mencairkan Rupiah Token milik user menjadi Rupiah ke bank milik user bila user membutuhkan. Begitu juga dengan
kebalikannya, user dapat langsung membeli Rupiah Token dengan melakukan transfer ke Virtual Account miliknya di Pintu.

Download aplikasi Pintu di sini.

Topik
Bagikan

Artikel Terkait

Artikel Blog Terbaru

Lihat Semua Artikel ->