Dilansir dari Cointelegraph, Metaverse berada pada posisi yang baik dalam jangka panjang. Laporan terbaru dari McKinsey & Company menyoroti bahwa teknologi Metaverse berpotensi untuk menghasilkan $5 triliun yang setara dengan Rp77 kuadriliun (kurs $1 = Rp15.578) pada tahun 2030.
McKinsey & Company merupakan perusahaan konsultan manajemen global yang didirikan pada tahun 1926 oleh profesor Universitas Chicago, James O. McKinsey, yang menawarkan layanan profesional kepada perusahaan, pemerintah, dan organisasi lainnya.
Lalu, mengapa Metaverse bisa mencapai nilai $5 triliun di tahun 2030? Apa penyebabnya? Simak berita lengkapnya berikut ini!
Laporan McKinsey menunjukkan bahwa agar teknologi Metaverse bisa mencapai potensi penuhnya dibutuhkan 4 jenis teknologi, yakni: device atau perangkat (AR/VR, sensor, haptics, dan periferal), interoperabilitas dan standar terbuka, platform yang membuatnya mudah untuk dibuat, dan alat pengembangan.
Dikutip dari Cointelegraph, keberhasilan Metaverse akan bergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan untuk memaksimalkan human experience yang bertujuan untuk memberikan pengalaman positif bagi konsumen, end-user atau pengguna langsung, dan warga negara.
Baca Juga: Survei: 43% Orang Pilih Liburan Virtual di Metaverse, Relate Sama Kamu yang Mageran!
Menurut survei McKinsey, hingga saat ini, inisiatif Metaverse seputar pemasaran, pembelajaran, dan virtual meeting telah meningkat pada adopsi tertinggi di berbagai industri. Salah satunya di industri kosmetik, NYX Professional Makeup yang mempromosikan produk barunya melalui Metaverse, dengan tujuan untuk terhubung dan berinteraksi dengan pembeli melalui Web3 dan Metaverse.
“Metaverse terlalu besar untuk diabaikan,” demikian bunyi laporan yang menyoroti dampaknya terhadap kehidupan komersial dan pribadi. McKinsey memperkirakan bahwa lebih dari 50% event bisa diadakan di Metaverse pada tahun 2030, dan berpotensi menghasilkan nilai hingga $5 triliun yang setara dengan Rp77 kuadriliun (kurs $1 = Rp15.578).
Metaverse berada pada posisi yang baik untuk menjadi tuan rumah romantisme zaman modern, karena baru-baru ini menurut survei dari Dating.com, sebanyak 33% responden lajang menunjukkan ketertarikan untuk berkencan di Metaverse.
Dalam survei tersebut menyatakan bahwa, “Dengan kemajuan dalam teknologi aplikasi kencan dan Metaverse, semakin banyak pencari jodoh yang terbuka untuk membuat koneksi yang menjangkau berbagai kota, negara, dan bahkan benua.” Dengan adanya Metaverse, para lajang terbuka untuk mengencani orang-orang dari lokasi geografis yang berbeda.
Referensi: