Terkenal menjadi negara yang sangat hati-hati dalam mengadopsi crypto, laporan dari Statista baru-baru ini menunjukkan bahwa komunitas crypto di India berpotensi melonjak menjadi lebih dari 156 juta orang pada akhir tahun 2023 ini.
Kok bisa? Simak penjelasannya di bawah ini!
Dilansir dari Cryptopotato (25/3/23), survei yang dilakukan Statista baru-baru ini memperkirakan bahwa lebih dari 11% populasi India akan terjun ke sektor mata uang crypto pada akhir tahun 2023. Lebih lanjut, tingkat adopsi crypto di negara ini diperkirakan akan melampaui Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Rusia.
Penelitian yang dilakukan Statista mengklaim, āIndia diperkirakan akan mencapai lebih dari 156 juta pengguna crypto pada tahun 2023, atau lima kali lebih banyak dari Amerika Serikat.ā
Statista menyatakan bahwa sebagian besar orang India yang berurusan dengan aset digital adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan berusia antara 18-40 tahun. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di negara lain juga menunjukkan bahwa anak muda cenderung berinteraksi dengan industri crypto daripada generasi yang lebih tua.
Penduduk ibu kota Delhi tercatat cenderung membeli dan menyimpan mata uang digital untuk jangka panjang. Sementara itu, Bengaluru, kota terbesar di negara bagian Karnataka juga memiliki sejumlah besar HODLers.
Ketidakpastian dalam sistem keuangan tradisional dan pencarian keuntungan yang lebih tinggi adalah faktor utama yang mendorong orang India menuju bidang aset digital.
Survei KuCoin tahun lalu menunjukkan bahwa jumlah total investor crypto domestik di India adalah sekitar 115 juta, dengan hampir 40% di antaranya termasuk dalam kelompok usia 18-30 tahun.
Di sisi lain, para non-HODLer menjelaskan bahwa alasan utama yang membuat mereka tidak begitu tertarik dengan industri crypto adalah kurangnya peraturan yang sesuai.
Baca juga: Susul Korea, China Dilaporkan Akan Menjadi Negara yang Pimpin Teknologi Metaverse Selama 2023
Dilansir dari Bitcoin Casinos (20/3/23), survei Statista memperkirakan adopsi mata uang crypto akan terus tumbuh dalam skala global. Tahun lalu, terdapat 257,2 juta pengguna crypto di seluruh dunia, yang mana mewakili 3,2% populasi dunia. Dan di tahun 2023, angka tersebut diperkirakan akan tumbuh menjadi 293,7 juta.
Lebih lanjut, survei ini mengatakan bahwa lebih dari setengah pengguna crypto pada tahun 2023, atau setara 53%, akan berasal dari India. Di sisi lain, pasar crypto terbesar di dunia, Amerika Serikat, akan memiliki kurang dari 10% pangsa dalam jumlah pengguna crypto global.
Statistik juga menunjukkan bahwa India akan menyaksikan pertumbuhan pengguna crypto yang jauh lebih besar di tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2027, jumlah orang yang menggunakan atau memiliki koin digital di negara ini diperkirakan akan melonjak 22% menjadi 191 juta.
Menurut laporan Bein Crypto (21/3/23), salah satu alasan utama pertumbuhan mata uang crypto di India adalah munculnya fintech. Perusahaan-perusahaan fintech semakin banyak menggunakan teknologi blockchain untuk menciptakan produk dan layanan keuangan yang inovatif.
Perusahaan-perusahaan ini kemudian memanfaatkan mata uang crypto untuk memungkinkan pembayaran peer-to-peer, transaksi lintas batas, dan pembayaran mikro. Tidak hanya itu, seiring dengan pertumbuhan fintech di India, mata uang crypto kemungkinan akan memainkan peran yang semakin penting dalam ekosistem keuangan.
Alasan lain untuk pertumbuhan mata uang crypto di India adalah adopsi teknologi seluler. Berdasarkan laporan, India adalah rumah bagi pasar ponsel pintar terbesar kedua di dunia, dengan lebih dari 1 miliar pengguna ponsel pintar.
Hal tersebut telah menciptakan basis pengguna yang besar dan nyaman dengan pembayaran digital serta memiliki teknologi yang diperlukan untuk berinvestasi dalam mata uang crypto. Selain itu, munculnya dompet seluler di India telah memudahkan orang untuk bertransaksi dalam mata uang crypto.
Tidak berhenti sampai di situ, meningkatnya popularitas pembayaran digital juga mendorong pertumbuhan mata uang crypto di India. Dorongan pemerintah menuju ekonomi tanpa uang tunai telah menyebabkan lonjakan pembayaran digital. Banyak orang kini menggunakan dompet seluler dan platform pembayaran digital untuk membayar barang dan jasa.
Referensi: