Kembali Jatuh, Bagaimana Masa Depan LUNA dan LUNC?

Update 14 Sep 2022 • Waktu Baca 6 Menit
Gambar Kembali Jatuh, Bagaimana Masa Depan LUNA dan LUNC?
Reading Time: 6 minutes

Jatuhnya harga koin nativ Terra dan stablecoin TerraUSD (UST) pada Mei 2022 silam tercatat sebagai kehancuran terbesar dalam sejarah crypto. Kendati begitu, secara mengejutkan, dua koin Terra, LUNA dan Luna Classic (LUNC) mengalami kenaikan harga lebih dari 200% pada pekan lalu.

Rally tersebut ternyata tidak bertahan lama seiring kedua aset kembali terkoreksi. Tercatat, per 14 September, LUNA dan LUNC masing-masing sudah terkoreksi 54,68% dan 45,28% dari puncak rally minggu lalu.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada LUNA dan LUNC kali ini? Apakah lonjakan harga yang signifikan tersebut dikarenakan adanya perkembangan jaringan di dalamnya? Atau jangan-jangan, ternyata kenaikannya hanya sebatas spekulasi yang memanfaatkan momentum saja?

Ringkasan Artikel

  • ⚠ Dua token Terra, LUNA dan LUNA Classic (LUNC), meroket hingga lebih dari 200% pada pekan lalu. Kehadiran fitur staking dan proposal tax burn sebesar 1,2% dari setiap transaksi disinyalir mendorong kenaikan harga kedua aset tersebut.
  • 📉 Namun, lonjakan harga tidak bertahan lama. Per Rabu, 14 September, harga LUNA terkoreksi 54,68% ke angka 3,00 dolar AS, sementara LUNC 45,28% ke angka 0,0003 dolar AS.
  • 🔎 Kehadiran fitur staking dan tax burn dianggap tidak akan berdampak signifikan secara jangka panjang terhadap pengurangan suplai dan kenaikan harga LUNC. Hal ini dikarenakan sejumlah besar pemegang LUNA terindikasi melakukan unstaking pasca pengumuman proposal tax burn, yang berarti mereka tengah bersiap untuk menjual asetnya.
  • 🚨 Sementara itu, pengadilan Korea Selatan telah mengeluarkan perintah penangkapan untuk Do Kwon, pendiri Terraform Labs pada 14 September 2022. Dikutip dari Bloomberg, surat perintah penangkapan tersebut terkait pelanggaran peraturan pasar modal.

Apa yang Terjadi pada Terra dan LUNA?

Setelah sempat kehilangan nilainya secara drastis pada Mei silam lantaran algoritma stablecoin UST yang gagal menjaga nilai patoknya, nasib LUNA sebagai “protocol token” dari Terra sempat terombang-ambing. Jaringan blockchain Terra juga terkena imbasnya seiring penggunanya yang merugi miliaran dolar.

Di tengah tersungkurnya jaringan Terra, Do Kwon terus berupaya untuk memperbaiki jaringan Terra melalui proposal Terra Ecosystem Revival Plan 1 & 2. Sementara itu, Terra Builders Alliance pada Mei meluncurkan proposal pembuatan blockchain tanpa algorithmic stablecoin melalui ‘hard fork’. Alhasil, saat ini terdapat dua jaringan Terra yang beroperasi secara paralel.

Jaringan lama Terra yang mempunyai token LUNA kini dinamai ulang menjadi Luna Classic (LUNC). Sementara jaringan blockhain yang baru diluncurkan, hadir dengan nativ token yang kembali membawa nama Luna (LUNA) atau kerap disebut juga Luna 2.0. Berbeda dengan generasi sebelumnya, LUNA kali ini mempunyai pasokan sebesar 1 miliar dan tidak lagi berpasangan dengan stablecoin.

LUNA dan LUNC Meningkat Drastis

Pasca transformasi LUNC dan kehadiran LUNA, sebenarnya kedua token tersebut justru minim perkembangan baru. Namun, pada pekan lalu, rupanya baik LUNA maupun LUNC berhasil mencuri perhatian pasar aset kripto. Di tengah momentum menghijaunya berbagai aset kripto, secara mengejutkan LUNA dan LUNC berhasil naik hingga 200%. Kenaikan LUNA dan LUNC bermula pada 9 September di mana terjadinya terobosan di ekosistem Terra.

LUNA berhasil rally hingga lebih dari 200% pada akhir pekan lalu, dengan harga melonjak dari 2 dolar AS ke 7 dolar AS. Namun, rally tersebut sebenarnya tidak bertahan lama lantaran harga LUNA kini sudah turun lebih dari setengahnya dan saat ini berada di area 3,0 dolar AS.

LUNA dan LUNC Meningkat Drastis

Hal yang serupa juga terjadi pada LUNC, token native dari blockchain pertama Terra, yang sempat naik lebih dari 250% ke angka 0,0005 dolar AS pada akhir pekan lalu. Sama halnya dengan LUNA, rally tersebut tidak berlanjut dan kini harga LUNC berbalik arah dan terkoreksi ke level 0,0003 dolar AS.

LUNA dan LUNC Meningkat Drastis 2

Di dunia aset kripto, kenaikan tajam harga sebuah aset yang kemudian disusul dengan koreksi bukanlah hal yang baru. Pergerakan harga tersebut umumnya disebabkan oleh sentimen tertentu yang memicu hype di kalangan investor. Momen seperti ini biasanya disebut juga buy the rumor and sell the news.

💡 Buy the rumor and sell the news merupakan istilah dalam dunia invenstasi yang berarti: jika diekspektasikan akan ada berita baik atau muncul rumor di kemudian hari, harga asetnya akan bergerak naik mengantisipasi hal tersebut sehingga mendorong aksi beli. Lalu, ketika berita atau rumor tersebut terjadi, investor yang sudah melakukan pembelian sebelumnya akan merealiasisikan keuntungan yang diperoleh dengan melakukan aksi jual.

Beberapa Alasan yang Melatarbelakangi Kenaikan Harga

Inisiatif Tax Burn 1,2% untuk Kurangi Pasokan

Pada 9 September, komunitas LUNC telah menyetujui “Proposal for the 1.2% Tax Parameter Change” yang menyarankan dilakukannya tax burn sebesar 1,2% pada setiap transaksi di blockchain Terra. Dalam proposal yang diajukan anggota komunitas, Edward Kim, dijelaskan bagaimana skema tax burn tersebut akan bekerja.

Berdasarkan penjelasan Kim yang diunggah di forum riset Terra, pajak akan dikenakan pada semua transaksi on-chain dan kemudian akan dibakar sehingga membuat suplai LUNC berkurang dan menjadikannya aset yang deflasioner.

Proposal yang diajukan Kim tersebut disambut positif di mana sebanyak 83% dari keseluruhan anggota komunitas, menyetujui proposal tersebut. Akan tetapi, mekanisme tax burn belum tentu diterapkan pada transaksi yang terjadi di centralized exchanges mengingat transaksi trading pada exchange terjadi di luar jaringan blockchain.

Selain itu, seberapa efektif pembakaran tentu akan dipengaruhi oleh seberapa besar volume perdagangan LUNC itu sendiri ke depan. Dengan hampir tidak ada perkembangan baru pada blockchain Terra, mekanisme tax burn ini belum tentu berdampak signifikan terhadap nilai LUNC.

Ditambah lagi, implementasi tax burn pada 20 September mendatang kemungkinan akan menjadi agenda sell the news. Mengingat suplai LUNC yang beredar di pasar mencapai hampir 7 triliun, mekanisme tax burn bisa jadi tidak akan berdampak terhadap harga.

💡 Sejumlah besar pemegang LUNA terindikasi melakukan unstaking pasca pengumuman proposal tax burn, yang berarti mereka tengah bersiap untuk menjual asetnya. Hal ini diungkap oleh akun Twitter lightcrypto pada cuitannya di 11 September lalu.

Keberadaan Layanan Staking

Selain fitur tax burn, sentimen lain yang memicu naiknya harga LUNC adalah keberadaan layanan staking yang diluncurkan pada 27 Agustus silam. Berdasarkan LuncStaking_Bot, per 9 September, para pengguna sudah melakukan staking lebih dari 610 miliar LUNC dari jumlah supply keseluruhan yang mencapai 6,9 triliun.

Artinya, sebanyak 9% total pasokan LUNC telah dikeluarkan dari sirkulasi. Angka ini juga terus mengalami kenaikan, mengingat pada pertama kali fitur ini meluncur, hanya sebesar 2,6% supply LUNC yang di-staking.

Hanya saja perlu diingat, layanan staking tersebut tidak serta-merta bisa mengurangi pasokan LUNC yang ada. Pasalnya, staking justru menambah tekanan jual baru mengingat saat ini jaringan Terra Classic tidak memiliki nilai tambah. Pada akhirnya, stakers akan selalu menjual imbal hasil yang diperoleh lantaran token tersebut tidak bisa diputarkan ke aplikasi atau protokol lain.

💡 Penyebab kenaikan harga LUNA masih perlu dianalisis lebih dalam. Sejauh ini, LUNA belum memiliki perkembangan maupun sentimen berarti. Akan tetapi, kenaikan harga LUNA kemungkinan besar tidak terlepas dari sentimen positif dan kenaikan harga yang dialami LUNC.

Pergerakan Harga yang Spekulatif

Kenaikan harga LUNA dan LUNC sebaiknya tetap dipandang secara rasional, jangan sebatas melihat hype-nya semata. Sejauh ini, efektivitas tax burn dan staking masih belum terbukti akan sejauh mana dampaknya. Jadi, tidak menutup kemungkinan, kenaikan harga LUNA dan LUNC semata buy the rumor and sell the news sehingga sifatnya spekulatif dan hanya bertahan untuk jangka pendek.

Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak investor yang merasa berinvestasi di jaringan Terra meninggalkan ‘bad taste’ selepas tragedi depeg yang terjadi pada Mei silam. Kepercayaan publik terhadap jaringan Terra yang baru maupun yang lama masih belum kembali seperti semula. Hal ini membuat berinvestasi pada LUNA dan LUNC merupakan hal yang berisiko.

Masa Depan yang Tidak Pasti

Pendiri Terraform Labs, Daniel Shin (kiri) dan Do Kwon (kanan)
Pendiri Terraform Labs, Daniel Shin (kiri) dan Do Kwon (kanan). Sumber: Dailymail.

Masa depan LUNA Classic dan LUNA masih dipenuhi ketidakpastian, seiring dengan insentif yang kecil untuk membuat proyek di atas jaringan tersebut.

Sementara untuk jaringan Terra yang baru, masih menimbulkan pertanyaan sebarapa banyak protocol dan tim pengembang yang sudah berada di jaringan tersebut akan bertahan dan percaya untuk pengembangan ke depannya.

Pada akhirnya, aktivitas serta nilai guna pada jaringan Terra akan menjadi penentu nasib LUNA dan LUNC.

Bahkan, pengembangan jaringan Terra ke depan kini semakin diselimuti awan tebal. Melansir dari Bloomberg, pada 14 September, pengadilan di Seoul telah mengeluarkan surat penangkapan untuk Do Kwon dan lima orang lainnya. Sebelumnya, surat kabar lokal Korea Selatan melaporkan bahwa penangkapan tersebut berkaitan dengan pelanggaran pada aturan pasar modal.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara kepada Coinage pada bulan lalu, Do Kwon sempat menyatakan bahwa kejaksaan belum menghubungi dirinya dan belum ada tuntutan atas apapun – walaupun sebenernya penegak hukum sudah membatasi para pegawainya untuk tidak meninggalkan Korea Selatan.

“Sebenarnya agak sulit membuat keputusan tersebut karena kami belum pernah berhubungan dengan pemeriksa. Mereka tidak pernah menuntut kami dengan sesuatu,” kata Kwon dalam wawancara video.

💡 Aset kripto mempunyai volatilitas ekstrim, terlebih altcoin yang pergerakannya sangat dipengaruhi oleh sentimen dan berita. Oleh karena itu, pastikan untuk mengetahui segala risiko yang ada serta memiliki exit plan yang jelas sebelum mengambil keputusan investasi.

Referensi

Penulis:Hikma Dirgantara

Bagikan