Dalam dunia akuntansi, istilah “impairment asset” mungkin tidak sering terdengar di kalangan umum, tetapi pemahaman tentang konsep ini sangat penting, terutama bagi kamu yang mengelola aset atau terlibat dalam keuangan perusahaan.
Lebih lanjut, pemahaman yang tepat mengenai impairment asset dapat membantu kamu mengambil keputusan finansial yang lebih bijak dan menghindari potensi kerugian.
Oleh karenanya, artikel ini akan membahas tentang apa itu impaitment asset, contoh, hingga cara menghitungnya.
Impairment asset adalah kondisi di mana nilai tercatat suatu aset dalam laporan keuangan perusahaan lebih tinggi daripada nilai pasarnya.
Baca juga: Tanda Terima Barang: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya
Ketika aset mengalami penurunan nilai secara signifikan dan tidak bisa dipulihkan lagi, aset tersebut dianggap sebagai impairment. Hal ini biasanya terjadi karena perubahan kondisi ekonomi, penurunan permintaan, atau kerusakan fisik pada aset.
Impairment biasanya dilakukan melalui evaluasi tahunan, di mana perusahaan harus memeriksa aset-asetnya untuk mengetahui apakah ada penurunan nilai yang signifikan.
Jika ditemukan bahwa nilai tercatat aset lebih tinggi daripada nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount), maka perusahaan harus menyesuaikan laporan keuangannya untuk mencerminkan penurunan tersebut.
Proses ini sangat penting untuk menjaga transparansi dan akurasi dalam pelaporan keuangan.
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah iya. Impairment asset dapat menimbulkan beban bagi perusahaan, karena penurunan nilai ini harus diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi.
Ketika aset mengalami impairment, nilai tercatatnya harus diturunkan, dan penurunan tersebut diakui sebagai beban pada periode akuntansi yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa kamu sebagai manajer keuangan atau pemilik bisnis perlu siap menghadapi dampak negatif pada laba bersih perusahaan.
Dampak dari impairment asset bisa sangat signifikan, terutama jika nilai aset yang mengalami penurunan cukup besar.
Misalnya, jika perusahaan memiliki properti atau mesin yang mengalami penurunan nilai secara drastis, maka hal ini dapat mengurangi nilai total aset dan mempengaruhi rasio keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk terus memantau kondisi aset dan melakukan evaluasi secara rutin.
Baca juga: 5 Manfaat Menabung & Strategi DCA untuk Uang, Emas, dan Crypto
Meskipun sekilas mirip, impairment dan depresiasi adalah dua konsep yang berbeda dalam akuntansi.
Depresiasi adalah proses pengalokasian biaya aset selama masa manfaatnya, di mana nilai aset berkurang secara bertahap setiap tahun. Depresiasi adalah bagian dari perencanaan yang sudah diprediksi dan dijadwalkan sejak awal pembelian aset.
Sebaliknya, impairment terjadi ketika ada penurunan nilai yang tidak terduga pada suatu aset, dan penurunan tersebut biasanya bersifat permanen. Dalam hal ini, nilai aset harus diturunkan segera, dan beban impairment diakui dalam laporan laba rugi.
Jadi, jika kamu melihat penurunan nilai yang signifikan pada aset, itu mungkin bukan hanya depresiasi biasa, tetapi bisa jadi merupakan impairment.
Contoh umum dari impairment asset termasuk properti, mesin, atau investasi yang nilainya telah menurun secara signifikan.
Misalnya, sebuah pabrik yang mengalami kebakaran dan mengalami kerusakan parah mungkin harus dinilai ulang, dan jika nilai tercatatnya lebih tinggi daripada nilai pasarnya setelah kejadian tersebut, maka itu adalah impairment.
Contoh lainnya adalah perusahaan teknologi yang memiliki paten atau hak cipta, tetapi nilai komersial dari aset tersebut menurun karena munculnya teknologi baru yang lebih canggih.
Dalam situasi ini, nilai tercatat paten tersebut harus disesuaikan dengan nilai pasar yang lebih rendah, dan penyesuaian ini dianggap sebagai impairment.
Baca juga: Panduan Lengkap tentang Rekening Bersama (Rekber)
Menghitung impairment asset melibatkan beberapa langkah penting. Pertama, kamu harus menentukan nilai tercatat aset, yaitu nilai di mana aset tersebut dicatat dalam laporan keuangan.
Kedua, tentukan nilai yang dapat diperoleh kembali, yang bisa berupa nilai pasar aset atau nilai pakai (value in use) dari aset tersebut.
Jika nilai yang dapat diperoleh kembali lebih rendah daripada nilai tercatat, maka selisih antara kedua nilai tersebut adalah jumlah impairment yang harus diakui sebagai beban.
Misalnya, jika nilai tercatat aset adalah $100.000, tetapi nilai yang dapat diperoleh kembali hanya $80.000, maka impairment sebesar $20.000 harus diakui dalam laporan laba rugi perusahaan.
Sebagai kesimpulan, memahami impairment asset sangat penting dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Dengan mengenali tanda-tanda penurunan nilai aset dan menghitung impairment dengan benar, kamu dapat menjaga stabilitas keuangan perusahaan dan menghindari kejutan yang tidak diinginkan dalam laporan keuangan.
Pemahaman ini akan membantumu dalam mengambil keputusan yang lebih baik dan menjaga transparansi dalam pelaporan keuangan.
Itu dia sekilas informasi mengenai konsep ekonomi yang menarik untuk kamu pelajari. Bicara soal ekonomi, investasi merupakan salah satu cara penting untuk mengembangkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang.Â
Dengan berinvestasi, kamu dapat mengalokasikan dana secara cerdas ke instrumen keuangan yang berpotensi memberikan imbal hasil yang menguntungkan.
Dari sekian banyak pilihan investasi, investasi crypto merupakan salah satu jenis investasi yang bisa kamu coba pilih.Â
Untuk memulainya, kamu bisa download aplikasi Pintu dan mulai jelajahi dunia crypto dengan cara yang menyenangkan! Bagi kamu yang ingin memperoleh informasi menarik lainnya mengenai dunia ekonomi maupun crypto, pastikan untuk pantau selalu laman Pintu Blog dan Pintu News, ya!
Referensi: