Free cash flow adalah istilah bahasa Inggris untuk penyebutan arus kas bebas. Lalu, apa itu free cash flow? Bagaimana rumus dan contoh cara menghitungnya? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut ini!
FCF adalah free cash flow yang dalam bahasa Indonesia berarti arus kas bebas. Arus kas bebas adalah arus kas yang ditujukan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.
Lebih detailnya lagi, Brigham dan Houston (2004) mengungkapkan bahwa free cash flow adalah arus kas yang dihasilkan sebuah perusahaan di setiap akhir periodenya, setelah dipakai untuk membayar semua biaya operasi perusahaan termasuk kewajiban-kewajiban serta belanja modal.
Dalam hal ini, arus kas bebas merupakan arus kas yang benar-benar tersedia guna didistribusikan kepada seluruh investor, seperti pemegang saham dan kreditur setelah perusahaan menempatkan seluruh investasi pada aktiva tetap, produk baru, serta modal kerja untuk mempertahankan kelangsungan operasi perusahaan.
Arus kas bebas sangat penting bagi investor untuk mengukur kekuatan keuangan sebuah perusahaan guna menunjang pertumbuhannya. Biasanya, investor akan tertarik berinvestasi di sebuah perusahaan apabila perusahaan tersebut memiliki FCF yang tinggi.
Pada dasarnya, terdapat tiga komponen utama yang menentukan nilai arus kas bebas, yaitu:
Secara sederhana, rumus free cash flow adalah sebagai berikut.
Free Cash Flow (FCF) = Arus Kas Operasi – Investasi Bruto pada Modal Operasi
Apabila dilihat lebih detail lagi, rumus FCF adalah di bawah ini:
Free Cash Flow (FCF) = Laba Bersih + Beban Non Kas Depresiasi dan Amortisasi – Belanja Modal
Free cash flow adalah salah satu metrik yang penting bagi investor. Sebagai investor, setidaknya kamu harus tahu bagaimana cara menghitung FCF. Agar kamu lebih paham, simak contoh cara menghitung free cash flow berikut ini!
Diketahui data-data keuangan perusahaan PT A adalah sebagai berikut.
Laba Bersih | Rp20.000.000 |
Depresiasi | Rp6.000.000 |
Amortisasi | Rp3.000.000 |
Belanja Modal | Rp5.000.000 |
Dengan menggunakan rumus sebelumnya, maka dapat ditentukan nilai FCF dari perusahaan tersebut.
Free Cash Flow (FCF) = Laba Bersih + Beban Non Kas Depresiasi dan Amortisasi – Belanja Modal
Free Cash Flow (FCF)
= Rp20.000.000 + (Rp6.000.000 + Rp3.000.000) – Rp5.000.000
= Rp24.000.000
Dari contoh tersebut, nilai FCF yang didapatkan 20% lebih besar dibandingkan nilai laba bersih. Jika pada satu periode tertentu, FCF secara konsisten lebih tinggi dibandingkan laba bersihnya, maka nilai FCF tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan nilai suatu perusahaan sebagai aset investasi.
Baca juga: Perbedaan Aktiva dan Pasiva dalam Akuntansi
Contoh kedua diambil dari data keuangan milik Allied Food Product (Brigham and Houston, 2004).
Diketahui perusahaan Allied Food Product memiliki nilai NOPAT (Net Operating Profit After Tax) sebesar $170,3 juta dengan nilai depresiasi dan amortisasi sebesar $100. Selain itu, diketahui data aktiva perusahaan tersebut adalah $1.520 juta di tahun 2012 dan meningkat menjadi $1.800 juta di tahun 2013.
Dengan menggunakan rumus Free Cash Flow (FCF) = Arus Kas Operasi – Investasi Bruto pada Modal Operasi, pertama-tama perlu diketahui terlebih dahulu besar arus kas operasi dan investasi bruto modal operasi.
Arus Kas Operasi = NOPAT + Depresiasi dan Amortisasi
Arus Kas Operasi = $170,3 juta + $100
Arus Kas Operasi = $270,3 juta
Investasi Bersih pada Modal Operasi = Nilai aktiva perusahaan pada periode t – Nilai aktiva perusahaan pada periode t-1
Investasi Bersih pada Modal Operasi = $1.800 juta – $1.520 juta
Investasi Bersih pada Modal Operasi = $280 juta
Investasi Bruto pada Modal Operasi = Investasi Bersih pada Modal Operasi +Â Depresiasi dan Amortisasi
Investasi Bruto pada Modal Operasi = $280 juta + $100 juta
Investasi Bruto pada Modal Operasi = $380 juta
Free Cash Flow (FCF) = Arus Kas Operasi – Investasi Bruto pada Modal Operasi
Free Cash Flow (FCF) = $270,3 juta – $380 juta
Free Cash Flow (FCF) = -$109,7 juta
Berbeda dengan contoh pertama, didapatkan hasil yang negatif pada contoh kasus kedua. Pertanyaannya, apakah perusahaan kedua buruk untuk dijadikan aset investasi? Jawabannya, tidak selalu.
Sumiati dan Indrawati (2019) menyebutkan bahwa FCF negatif dan nilai NOPAT negatif bisa menjadi indikasi kinerja perusahaan yang buruk. Namun, FCF negatif dan nilai NOPAT positif mungkin disebabkan karena perusahaan yang masih berada dalam fase pertumbuhan.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai apa itu free cash flow (FCF), rumus, dan contoh cara menghitungnya. Free cash flow adalah salah satu metrik penting yang harus dipertimbangkan investor sebelum menanamkan investasinya. Dengan informasi ini, semoga kamu sebagai investor bisa lebih siap untuk memilih aset investasi yang lebih tepat.
Halo, kami adalah Pintu, platform crypto yang telah terdaftar resmi di Bappebti, di mana kamu bisa melakukan jual beli berbagai aset crypto mulai dari Rp11.000 saja. Belakangan ini aset crypto memang sedang menarik minat banyak masyarakat Indonesia.
Jumlah investor crypto di Indonesia per Mei 2021 lalu bahkan telah melampaui investor pasar modal dengan total sebanyak 6,5 juta orang. Untuk kamu yang tertarik melakukan investasi crypto secara mudah, download Pintu sekarang!
Belum terlalu mengenal tentang crypto? Simak selengkapnya di artikel berikut mengenai Apa itu Cryptocurrency?
Referensi:
Greenbladtt Joel, Stock Market Genius. Diakses tanggal: 6-12-21.
Sumiati dan Indrawati, Manajemen Keuangan Perusahaan. Diakses tanggal: 6-12-21.
Wahyudiono B, Mudah Membaca Laporan Keuangan. Diakses tanggal: 6-12-21.