Aset kripto ini kerap disandingkan dengan USD (United States Dollar). Bahkan ada yang menyebutkan bahwa nilai USD tether atau USDT berpedoman pada nilai dolar Amerika Serikat. Penasaran tentang apa sebenarnya USDT itu? Mari kita simak ulasan lengkapnya.
USDT merupakan stablecoin yang mengacu pada harga dolar AS. Mata uang ini diciptakan oleh Ludovicius van der Velde yang merupakan CEO dari Bitfinex dan Tether Limited. Melalui platform khusus, USDT bisa ditukar menjadi USD dengan kisaran harga yang sudah ditetapkan per 1 dolarnya.
Pada awalnya, USDT merupakan token digital yang dibuat menggunakan teknologi blokchain untuk mewakili mata uang asli USD. Inilah mengapa banyak yang menganggap jumlah USDT yang beredar saat ini diperkirakan sama jumlahnya dengan USD yang beredar di masyarakat.
USDT sendiri memang digunakan untuk memudahkan transfer uang lintas negara dengan biaya rendah. Dengan bantuan OMNI Layer yang berbasis Bitcoin, USDT bisa dikirimkan ke mana saja dengan biaya yang bervariasi tergantung chain yang digunakan. Bagi para pelaku ekonomi, nilai ini jelas sangat menguntungkan.
Berdasarkan data dari coinmarketcap.com, saat ini USDT adalah stablecoin yang sering digunakan pada pasar cryptocurrency dan menduduki peringkat ke-5 dengan kapitalisasi mencapai USD4 miliar dan volume perdagangan 24 jam mencapai USD52 miliar.
Popularitas USDT tentu bukan tanpa alasan. Mata uang kripto ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
USDT merupakan pairing yang paling sering digunakan di berbagai exchange sehingga USDT memiliki banyak kegunaan. Biasanya USDT dipakai untuk membeli token atau koin lainnya.
Memanfaatkan teknologi blockchain, setiap USDT yang beredar dipastikan keamanannya. Ke mana dan kapan setiap keping USD berada, pergerakannya bisa dipantau untuk memastikan bahwa nilainya tidak melebihi jumlah USD yang beredar di pasar ekonomi dalam ataupun luar negeri.
Untuk beredar, USDT membutuhkan protokol OMNI. Protokol ini merupakan bagian dari sistem blockchain yang bersifat memandu agar setiap nilai yang ditransfer tetap stabil. Protokol OMNI merupakan rancangan J.R Willet dan diluncurkan secara resmi pada Juli 2013 dalam proyek Matercoin.
Pada perkembangannya, USDT tidak hanya memanfaatkan blockchain Bitcoin tetapi juga EOS, TRON, dan Ethereum. Blockchain sendiri merupakan sistem yang dibuat khusus untuk peredaran uang elektronik berskala global dan bebas dari berbagai sistem pembayaran yang digunakan oleh negara ataupun bank.
Keistimewaan ini diperoleh blockchain sebab di mana pun ada akses internet, pengiriman dana bisa dilakukan ke berbagai negara dengan biaya lebih murah. Misalnya, kamu ingin mengirimkan USD dari rekening bank di Surabaya ke bank di New York.
Agar uang diterima secara utuh tanpa potongan, kamu harus mengeluarkan biaya sekitar Rp2,1 juta dengan waktu transfer sekitar 2-4 hari. Beberapa dekade lalu, cara ini termasuk paling efektif. Tapi seiring berkembangnya teknologi, biaya transfer ke luar negeri cukup mahal dan sama sekali tidak menguntungkan.
Hal ini tidak akan terjadi ketika kita menggunakan USDT untuk mengirimkan uang. Dengan biaya sekitar 2-5 USDT yang setara dengan 2-5 USD saja, dana yang dikirimkan bisa sampai ke penerima sekitar 30-60 menit kemudian tergantung kebijakan platform masing-masing. USDT yang dikirim tentu saja bisa ditukar menjadi USD dengan nilai utuh tanpa dikurangi sedikit pun.
Lalu, bagaimana cara mendapatkan tether (USDT)? Kamu bisa membelinya di exchange terpercaya. Salah satu platform yang bisa digunakan adalah aplikasi Pintu. Melalui aplikasi ini, selain mengirim uang crypto ke luar negeri kita juga dapat berinvestasi dalam bentuk Bitcoin atau crypto lainnya. Tertarik? Yuk, download aplikasi Pintu sekarang juga. Semoga bermanfaat!