Mungkin kita sering mendengar istilah printing money sebagai solusi terhadap masalah ekonomi. Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan printing money dalam konteks kebijakan moneter? Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa itu kebijakan printing money, bagaimana cara kerjanya, dan apa dampaknya terhadap ekonomi suatu negara.
Kebijakan printing money, atau dalam istilah ekonomi disebut ‘quantitative easing’, adalah sebuah strategi kebijakan moneter di mana bank sentral suatu negara menciptakan uang baru untuk membeli aset keuangan, seperti surat utang pemerintah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar dan merangsang pertumbuhan ekonomi (Mishkin, 2012).
Bank sentral tidak benar-benar printing money fisik dalam jumlah besar. Sebaliknya, mereka menambah jumlah uang dalam bentuk elektronik dan menggunakannya untuk membeli surat utang pemerintah atau aset lain dari bank komersial dan institusi keuangan lainnya. Dengan demikian, uang baru ditambahkan ke dalam sistem ekonomi dan bisa dipinjam dan digunakan oleh perusahaan dan individu (Krugman, 2012).
Baca juga: Kredit Aktif: Pengertian, Ciri dan Jenisnya
Kebijakan printing money bisa memiliki dua dampak utama: merangsang pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Pada sisi positif, printing money bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga dan memudahkan akses kredit. Namun, di sisi lain, jika terlalu banyak uang dicetak dan beredar di ekonomi, ini bisa menimbulkan inflasi, yaitu kenaikan harga barang dan jasa secara umum (Mankiw, 2014).
Baca juga: Kredit Pasif: Pengertian, Ciri dan Jenisnya
Salah satu contoh penggunaan kebijakan printing money adalah selama krisis ekonomi 2008-2009. Bank sentral di banyak negara, termasuk Federal Reserve di Amerika Serikat dan Bank of England, printing money sebagai cara untuk merangsang ekonomi yang sedang melambat. Walaupun ada kekhawatiran tentang risiko inflasi, tetapi di banyak kasus, inflasi tetap relatif rendah (Joyce, et al., 2012).
Kebijakan printing money adalah sebuah alat yang bisa digunakan bank sentral untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun, alat ini harus digunakan dengan bijak, karena jika terlalu banyak uang dicetak dan beredar di ekonomi, ini bisa menimbulkan inflasi. Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ekonomi makro dan manajemen kebijakan moneter untuk menjalankan kebijakan ini.
Printing money digunakan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, bagitu juga dengan berinvestasi. Instrumen investasi yang banyak diminati selain saham adalah crypto. Cryptocurrency adalah bentuk mata uang digital yang menggunakan teknologi blockchain untuk memastikan keamanan dan transparansi transaksi. Beberapa contoh populer dari cryptocurrency termasuk Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin.
Melalui Pintu, Anda bisa melakukan transaksi jual beli ataupun berinvestasi jangka panjang di berbagai jenis cryptocurrency dengan mudah dan aman. Dengan user interface yang ramah pengguna dan layanan pelanggan yang responsif, Pintu berusaha untuk membuat pengalaman berinvestasi cryptocurrency menjadi lebih nyaman dan efisien.
Mau investasi crypto secara mudah mulai dari Rp 11.000 saja? Download aplikasi crypto Pintu dan mulai investasi crypto sekarang!
Dapatkan juga informasi terbaru seputar berita crypto di Pintu News dan perdalam wawasan kamu melalui Pintu Academy untuk mendapatkan materi belajar crypto untuk level pemula hingga level mahir.
Jangan tunda lagi dan segera install aplikasi Pintu melalui App Store atau Play Store.
Mishkin, F. S. (2012). The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Pearson.
Krugman, P. (2012). End This Depression Now!. W. W. Norton & Company.
Mankiw, N. G. (2014). Principles of Economics. Cengage Learning.
Joyce, M., Miles, D., Scott, A., & Vayanos, D. (2012). Quantitative Easing and Unconventional Monetary Policy – An Introduction. The Economic Journal.