Di tengah kompleksitas pasar dan dinamika ekonomi, terdapat sebuah fenomena menarik yang sering luput dari perhatian namun memiliki dampak signifikan terhadap kepuasan konsumen dan efisiensi pasar: surplus konsumen. Artikel ini akan membahas surplus konsumen, mengukur surplus konsumen, rumus menghitung, dan contoh surplus konsumen.
Surplus konsumen adalah keuntungan yang didapat oleh konsumen ketika mereka membeli suatu barang atau jasa dengan harga yang lebih rendah dari harga maksimum yang mereka bersedia bayar.
Konsep ini berakar pada teori utilitas marjinal, yang menjelaskan kepuasan tambahan yang didapat konsumen dari setiap unit tambahan barang atau jasa yang dikonsumsi. Lebih lanjut, surplus konsumen terjadi karena harga pasar seringkali lebih rendah dari harga maksimum yang bersedia dibayar oleh konsumen.
Baca juga: Mempelajari Insolvensi dalam Kepailitan
Mengukur surplus konsumen memungkinkan kita untuk memahami seberapa besar keuntungan yang diperoleh konsumen dari transaksi pembelian. Untuk mengukurnya, kita menggunakan kurva permintaan, yang menggambarkan hubungan antara harga suatu barang atau jasa dan jumlah yang diminta oleh konsumen.
Surplus konsumen diukur sebagai area di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga pasar pada grafik. Area ini secara visual menggambarkan selisih antara apa yang konsumen bersedia bayar (ditunjukkan oleh kurva permintaan) dan apa yang mereka sebenarnya bayar (harga pasar). Semakin besar area ini, semakin besar surplus konsumen.
Ketika harga suatu barang menurun, area di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga pasar menjadi lebih besar, yang berarti surplus konsumen meningkat. Sebaliknya, ketika harga naik, surplus konsumen berkurang.
Selain itu, surplus konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti preferensi konsumen, pendapatan, dan ketersediaan barang substitusi.
Baca juga: Mark Up vs Mark Down, Ini Contoh dan Cara Hitungnya!
Rumus untuk menghitung surplus konsumen adalah CS = ½ (base) x (height), di mana ‘base’ adalah jumlah barang yang dibeli dan ‘height’ adalah perbedaan antara harga maksimum yang bersedia dibayar dan harga pasar.
Misalnya, jika konsumen bersedia membayar Rp100.000 untuk sebuah barang, tapi harga pasarnya adalah Rp70.000, dan mereka membeli 10 barang, maka surplus konsumennya adalah ½ x 10 x (100.000 – 70.000) = Rp150.000.
Sebagai contoh, bayangkan kamu bersedia membayar Rp50.000 untuk sebuah buku, tapi menemukannya dijual dengan harga Rp30.000. Surplus konsumenmu dalam hal ini adalah Rp20.000. Ini adalah keuntungan psikologis yang kamu dapatkan karena merasa telah mendapatkan nilai lebih dari pembelian tersebut.
Itu dia sekilas informasi mengenai konsep ekonomi yang menarik untuk kamu pelajari. Bicara soal ekonomi, investasi merupakan salah satu cara penting untuk mengembangkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang.Â
Dengan berinvestasi, kamu dapat mengalokasikan dana secara cerdas ke instrumen keuangan yang berpotensi memberikan imbal hasil yang menguntungkan.
Dari sekian banyak pilihan investasi, investasi crypto merupakan salah satu jenis investasi yang bisa kamu coba pilih.Â
Untuk memulainya, kamu bisa download aplikasi Pintu dan mulai jelajahi dunia crypto dengan cara yang menyenangkan! Bagi kamu yang ingin memperoleh informasi menarik lainnya mengenai dunia ekonomi maupun crypto, pastikan untuk pantau selalu laman Pintu Blog dan Pintu News, ya!
Referensi: