Download Pintu App
Jakarta, Pintu News – Bitcoin (BTC) kembali jadi sorotan setelah akhir pekan lalu jatuh ke level $93.029 atau sekitar Rp1,56 miliar, memicu gelombang kepanikan dan volatilitas ekstrem di pasar crypto. Fenomena ini disebut memunculkan sinyal teknikal “Death Cross” yang dikenal luas sebagai indikasi potensi tren turun lanjutan. Berikut penjelasan lengkap berdasarkan analisis dari Decrypt dan sejumlah pakar industri.
Menurut data CoinGecko, Bitcoin sempat turun drastis hingga ke level $93.029 (sekitar Rp1,56 miliar) sebelum pulih kembali ke kisaran $95.453 (Rp1,6 miliar) pada hari Senin. Aksi jual masif menyebabkan likuidasi posisi berjangka senilai $579 juta atau sekitar Rp9,7 triliun.
Pakar dari CEX.IO, Yaroslav Patsira, menyebut ketidakpastian makroekonomi sebagai penyebab utama tekanan pasar. Tidak adanya data ekonomi penting dari AS membuat pelaku pasar kesulitan membaca arah kebijakan The Fed pada Desember mendatang.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Tetap Optimis, Berencana Beli Lebih Banyak Bitcoin!

Formasi teknikal yang disebut “Death Cross” muncul ketika rata-rata pergerakan 50 hari melintasi ke bawah dari rata-rata pergerakan 200 hari. Dalam komunitas teknikal, ini sering dianggap sebagai pertanda peralihan tren dari bullish ke bearish.
Berdasarkan data mingguan, penurunan Bitcoin sebesar 10% dari puncaknya di $106.562 (Rp1,78 miliar) memperkuat sentimen negatif. Crypto Fear & Greed Index pun turun ke zona “Extreme Fear,” menandakan pasar dalam kondisi psikologis yang sangat defensif.
Rachel Lin, CEO Synfutures, menyatakan bahwa ekstremnya rasa takut di pasar crypto lebih mencerminkan sinyal perilaku dibandingkan kondisi fundamental. Menurutnya, investor cenderung mengambil sikap “risk-off”, menyebabkan likuiditas menyusut dan volatilitas jangka pendek meningkat.
Lin menambahkan bahwa indikator on-chain menunjukkan penurunan minat terhadap ETF kripto, meningkatnya aksi jual nyata, serta likuidasi cepat posisi leverage. Data dari Myriad memperlihatkan bahwa probabilitas BTC menyentuh $85.000 kini meningkat menjadi 55%, naik dari 43%.
Patsira memprediksi bahwa Bitcoin kemungkinan besar akan berkonsolidasi antara $90.000–$110.000 (Rp1,5–1,84 miliar) dalam waktu dekat. Pemulihan harga bergantung pada rilis data ekonomi AS dan arus dana ke ETF.
Sementara itu, Ryan Lee dari Bitget mengingatkan bahwa tekanan sistemik tetap ada, dan sentimen pasar belum sepenuhnya pulih. Situasi ini menciptakan kondisi “wait and see” di kalangan investor institusional maupun ritel.

Sesuai laporan Decrypt, BlackRock mencatat penarikan dana sebesar $463 juta (Rp7,7 triliun) dari ETF Bitcoin miliknya dalam satu hari, mencerminkan eksodus investor institusional. ETF Ethereum juga mengalami arus keluar hingga $260 juta (Rp4,3 triliun), memperparah tekanan di pasar crypto secara keseluruhan.
Analis menyebut bahwa tren ini akan terus dipantau sebagai metrik penting karena menunjukkan perubahan kepercayaan investor besar terhadap aset kripto utama.
Baca Juga: 10 Meme Coin Terpopuler November 2025: Ramai Diperbincangkan!
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga Bitcoin hari ini, harga Solana hari ini, Pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Penurunan disebabkan oleh ketidakpastian makroekonomi global, minimnya data ekonomi utama, dan aksi jual besar-besaran yang memicu likuidasi lebih dari Rp9 triliun.
Death Cross terjadi ketika rata-rata pergerakan jangka pendek (50 hari) turun melintasi rata-rata jangka panjang (200 hari), sering diartikan sebagai sinyal bearish.
Sentimen ekstrem seperti “Extreme Fear” memperkuat volatilitas karena investor cenderung menarik dana dan menghindari risiko, meskipun fundamental belum banyak berubah.
Pemulihan harga masih bergantung pada data ekonomi mendatang dan arus dana ke ETF crypto. Analis memperkirakan konsolidasi dalam rentang Rp1,5–1,84 miliar.
Penarikan dana besar dari ETF seperti milik BlackRock dan Ethereum memperkuat sinyal tekanan pasar, menandakan menurunnya kepercayaan investor institusional.
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
Kegiatan perdagangan aset crypto dilakukan oleh PT Pintu Kemana Saja, suatu perusahaan Pedagang Aset Keuangan Digital yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan serta merupakan anggota PT Central Finansial X (CFX) dan PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). Kegiatan perdagangan kontrak berjangka atas aset crypto dilakukan oleh PT Porto Komoditi Berjangka, suatu perusahaan Pialang Berjangka yang berizin dan diawasi oleh BAPPEBTI serta merupakan anggota CFX dan KKI. Kegiatan perdagangan aset crypto adalah kegiatan berisiko tinggi. PT Pintu Kemana Saja dan PT Porto Komoditi Berjangka tidak memberikan rekomendasi apa pun mengenai investasi dan/atau produk aset crypto. Pengguna wajib mempelajari secara hati-hati setiap hal yang berkaitan dengan perdagangan aset crypto (termasuk risiko terkait) dan penggunaan aplikasi. Semua keputusan perdagangan aset crypto dan/atau kontrak berjangka atas aset crypto merupakan keputusan mandiri pengguna.