Pada dasarnya, candlestick memiliki empat komponen utama, yaitu:
- Pembukaan (open) yang menunjukkan harga aset ketika perdagangan dimulai pada periode waktu tertentu.
- Penutupan (close) yang menunjukkan harga ketika perdagangan ditutup pada periode waktu tertentu.
- Komponen tinggi (high) dan rendah (low) yang mewakili harga tertinggi dan terendah yang dicapai aset selama periode waktu tertentu.
Tipe Candlestick Bullish dan Bearish
Secara umum, terdapat 2 jenis candlestick seperti yang ditunjukan pada gambar sebelumnya, yaitu bullish (hijau) dan bearish (merah).
Candlestick bullish akan muncul ketika harga penutupan lebih tinggi dari harga pembukaan aset di periode waktu tertentu. Pada pasar crypto, candlestick ini berwarna hijau.
Candlestick bearish terjadi ketika harga penutupan lebih rendah dari harga pembukaan aset. Pada pasar crypto, candlestick ini berwarna merah.
Sebagai contoh, apabila harga pembukaan (open) aset bitcoin berada di angka Rp696 juta dan penutupan (close) di angka Rp700 juta, maka candlestick yang muncul akan berwarna hijau dan disebut bullish candle.
Sebaliknya, apabila harga pembukaan (open) aset bitcoin berada di angka Rp696 juta, dan penutupan (close) di angka Rp690 juta, maka candlestick yang muncul akan berwarna merah dan disebut bearish candle.
Trading Crypto Berdasarkan Pola-Pola Candlestick
Ada berbagai macam pola candlestick pada pasar crypto. Agar dapat membuat keputusan yang baik, trader harus memahami setiap polanya dengan baik. Lalu, bagaimana cara menganalisa candlestick bitcoin dan cryptocurrency secara mudah?
Sam Quimet dari CoinDesk mengungkapkan bahwa terdapat tiga candlestick utama yang dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan perubahan tren pasar, yaitu Doji, Hammer dan Shooting Star.
Doji menunjukan kondisi keraguan investor terhadap kondisi pasar dan disimbolkan sumbu panjang dengan pembagian bagian atas dan bawah yang berukuran sama dengan sebuah body tipis di bagian tengahnya.
Sementara itu, candlestick Hammer disimbolkan dengan candle berbentuk palu, yaitu sumbu panjang ke bawah dan body kecil di ujungnya. Pola ini menunjukkan harga aset yang sempat turun, namun kemudian naik lagi sebelum penutupan harga.
Sedangkan Shooting Star menunjukkan kondisi sebaliknya, dimana harga aset sempat naik tetapi turun drastis sebelum penutupan harga.
Baca juga: Apa itu Cryptocurrency?
Kapan Harus Open Posisi dengan Candlestick
Connor Blenkinsop dari Cointelegraph mengungkapkan bahwa candlestick bisa membantu trader untuk melihat fluktuasi harga aset crypto secara mendetail dalam rentang waktu tertentu.
Tiap pola candlestick dapat digunakan untuk memprediksi apakah tren harga aset crypto akan naik atau turun.
Namun secara umum, sangatlah penting bagi trader untuk mempertimbangkan kondisi jangka pendek dan jangka panjang, serta berjaga-jaga terhadap kemungkinan volatilitas ketika hendak melakukan open posisi dengan candlestick.
Nah, itu dia cara membaca grafik crypto secara mudah dan sederhana. Penjelasan lengkap mengenai arti dari tiap pola candlestick akan dibahas secara lebih mendalam pada artikel berikutnya.
Untuk kamu yang ingin melakukan jual beli aset crypto secara mudah, download aplikasi Pintu sekarang! Jual beli bitcoin dan aset crypto lainnya mulai dari Rp11.000 saja, lho!
Referensi:
Coindesk, Crypto Trading 101: A Beginner’s Guide to Candlesticks. Diakses tanggal: 24-08-21.
Coinmarketcap, Candlesticks. Diakses tanggal: 24-08-21.
Connor Blenkinsop, How to Predict Crypto Price Trends, Explained. Diakses tanggal: 24-08-21.
Investopedia, Candlestick. Diakses tanggal: 24-08-21.
Investopedia, Candlestick Charting. Diakses tanggal: 24-08-21.