Investasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan finansial yang harus dipahami oleh setiap orang termasuk kamu. Namun banyak istilah keuangan terasa sulit untuk dimengerti oleh kebanyakan orang, salah satunya adalah istilah diversifikasi investasi.
Diversifikasi investasi adalah upaya untuk mengurangi risiko investasi dengan menanamkan uang yang kita miliki dalam beberapa aset yang berbeda. Dengan begitu, apabila salah satu aset yang kita miliki mengalami penurunan harga, maka aset lain yang mengalami kenaikan harga dapat menutupi kerugian yang dialami.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan diversifikasi, misalkan dengan investasi pada kelas aset yang berbeda, pada regional yang berbeda, atau berinvestasi pada kelas aset yang sama namun pada beberapa perusahaan yang berbeda. Buat kamu yang penasaran bagaimana cara melakukan diversifikasi investasi yang tepat, yuk baca artikel Pintu tentang diversifikasi investasi di bawah ini!
Diversifikasi investasi adalah sebuah upaya untuk menyusun portofolio investasi dengan beberapa jenis aset yang memiliki tingkat risiko dan pengembalian investasi yang berbeda. Diversifikasi investasi dapat membantu investor untuk melindungi portofolio dari berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kinerja investasi.
Sebagai contoh, jika kita melihat perusahaan yang berada dalam sektor energi, kita akan melihat penurunan harga saat harga minyak jatuh. Namun jika kamu memiliki saham pada sektor industri lain, maka penurunan yang terjadi tidak akan nampak terlalu besar atau bahkan mengalami kenaikan.
Seperti halnya pada pandemi Covid-19 yang baru saja kita alami dimana kita mendapati penurunan kinerja pada sektor pariwisata dan penerbangan, namun kita melihat kenaikan pada sektor farmasi.
Diversifikasi investasi tidak menjamin kita untuk dapat terhindar sepenuhnya dari risiko kerugian namun dapat memitigasi risiko. Contoh risiko yang dapat diminimalisir dengan melakukan diversifikasi investasi adalah risiko inflasi, risiko fluktuasi suku bunga, risiko geopolitik, dan risiko lain yang dapat mempengaruhi kinerja ekonomi secara makro maupun mikro.
Diversifikasi investasi adalah hal telah lama dilakukan untuk menjaga kinerja portofolio terutama saat berada di bear market (trend kinerja market yang menurun). Manfaat diversifikasi investasi sangat terasa terutama dikala resesi, sebut saja pada krisis dot.com crash, Great Depression, property bubble, dan yang terakhir kita alami, Covid-19.
Kita mesti ingat bahwa strategi investasi adalah sebuah strategi yang membutuhkan kedisiplinan, bukan reaksi mendadak yang baru kita lakukan ketika resesi sudah di depan mata. Dapat dikatakan, ketika investor bereaksi terhadap pasar, 80 persen kerugian sudah kita rasakan dampaknya. Oleh sebab itu, diversifikasi adalah hal yang harus kita lakukan sejak hari pertama kita melakukan investasi.
Baca juga: 7 Jenis Investasi Online dan Cara Memulainya
Beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai langkah diversifikasi investasi diantaranya adalah:
Meskipun kamu memiliki beberapa aset yang berbeda dalam portofolio, jika aset tersebut bergerak naik dan turun secara bersamaan hal tersebut belum dapat dikatakan sebagai diversifikasi investasi. Kamu harus memastikan kamu tidak hanya berinvestasi pada sektor industri yang berbeda, namun juga pastikan adanya pergerakan naik-turun yang berbeda dari asetmu.
Itu sebabnya kamu harus memiliki aset yang memiliki korelasi terbalik satu sama lain, misalkan saja saham dan obligasi. Umumnya jika harga indeks saham naik, maka harga obligasi akan menurun.
Kelas aset dibagi menjadi dua, ekuitas seperti saham, dan pendapatan tetap seperti obligasi. Portofolio yang kamu miliki harus memiliki dua kelas aset tersebut agar dapat menunjukkan kinerja diversifikasi yang baik. Kamu juga bisa menambahkan aset fisik seperti properti tergantung dari profil risiko yang kamu miliki.
Beberapa investor dunia seperti Warren Buffet melakukan diversifikasi dalam satu aset yakni pada saham perusahaan Amerika Serikat saja. Hal ini dikarenakan kepercayaan yang ia miliki pada perusahaan Amerika dan prinsipnya untuk menjauhi semua instrumen investasi yang tidak ia miliki.
Diversifikasi lintas kelas aset bukanlah satu-satunya cara untuk melindungi aset dari fluktuasi harga. Kamu juga bisa membeli aset atau saham dari negara lain sehingga apabila saham di Indonesia mengalami penurunan, maka kenaikan harga saham negara lain dapat menutupi kerugian yang diderita. Kamu bisa saja investasi lintas regional dengan memanfaatkan cryptocurrency, karena pada dasarnya cryptocurrency bersifat lebih global karena tidak dimiliki oleh negara manapun.
Kamu bisa jelajahi potensi investasi pada aset lain seperti tanah, saham, reksadana, deposito, dan lainnya. Jika kamu mencari alternatif investasi yang memberikan keuntungan lebih besar, kamu bisa pertimbangkan cryptocurrency. Namun kamu harus tahu, cryptocurrency adalah instrumen dengan risiko tinggi sehingga kamu tetap harus seimbangkan portofolio investasi dengan aset yang lebih stabil.
Selain itu pilih cryptocurency yang memiliki fundamental yang bagus seperti Cardano, Polkadot, Ethereum, dan Bitcoin. Pastikan juga kamu memilih platform investasi yang user friendly, dan terdaftar di Bappebti sehingga dana yang kamu investasikan aman, yakni platform Pintu yang aplikasinya bisa di download melalui  App Store atau Play Store.
Baca juga: Masa Depan Terjamin: 6 Jenis Investasi Jangka Panjang
Terkadang kinerja aset satu dan yang lainnya menunjukkan progres yang berbeda. Sebagai contoh jika portofolio yang kamu miliki terdiri dari saham dan obligasi. Umumnya dalam kurun waktu lebih dari lima tahun, saham akan menunjukkan kinerja yang lebih tinggi daripada obligasi. Hal ini akan membuat proporsi saham pada portofolio yang kamu miliki menjadi lebih banyak.
Jumlah proporsi saham yang terlalu banyak membuat kamu terpapar risiko lebih dari yang kamu bisa antisipasi sehingga kamu merasa tidak nyaman. Kamu bisa menjual sebagian saham dan membeli obligasi lebih banyak sehingga proporsi saham dan obligasi kembali pada proporsi yang ideal.
Profil risiko adalah tingkat toleransi yang kamu miliki dalam menghadapi fluktuasi harga aset. Semakin tinggi risiko yang bisa kamu ambil, semakin agresif strategi investasi yang bisa kamu eksekusi.
Investor agresif memiliki struktur portofolio yang terdiri dari 90 persen saham dan 10 persen obligasi. Investor agresif mengharapkan lebih banyak keuntungan dan dapat mengantisipasi risiko yang lebih tinggi.
Investor moderat memiliki struktur portofolio yang terdiri dari 70 persen saham dan 30 persen obligasi. Investor moderat mengharapkan keuntungan dan risiko yang lebih wajar.
Sedangkan investor konservatif memiliki struktur portofolio yang terdiri dari 50/50 persen dari saham dan obligasi. Investor konservatif lebih mengutamakan keamanan daripada keuntungan.
Referensi:
USBank.com, 7 diversification strategies for your investment portfolio, diakses tanggal 3 November 2022
Barclay Palmer, 5 Tips for Diversifying Your Portfolio, diakses tanggal 3 November 2022
Fidelity.com, Why diversification matters, diakses tanggal 3 November 2022