Investasi dalam emas telah lama dianggap sebagai salah satu cara paling aman untuk melestarikan kekayaan. Dengan fluktuasi ekonomi, nilai tukar mata uang, dan pasar saham yang sering tidak dapat diprediksi, emas sering kali menjadi pilihan bagi investor yang mencari kestabilan. Dalam artikel ini, akan digali lebih dalam mengenai ‘return emas per tahun’, mengeksplorasi bagaimana logam mulia ini telah berkinerja dari tahun ke tahun, dan apa yang mungkin menyebabkan perubahan dalam nilai kembalinya.
Tahun 2010 menandai awal dari dekade yang menguntungkan bagi investor emas, dengan return yang mengesankan sebesar 30.60%. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh ketidakpastian ekonomi pasca-krisis keuangan global 2008, yang mendorong banyak investor untuk mencari keamanan dalam emas.
Kenaikan harga ini juga dipengaruhi oleh peningkatan permintaan emas fisik, terutama dari pasar-pasar seperti India dan China. Kinerja emas pada tahun ini menegaskan posisinya sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Baca juga: 10 Jenis-Jenis Emas dan Harganya di Pasaran
Meskipun tidak sebesar tahun sebelumnya, tahun 2011 masih menyaksikan kenaikan return emas yang solid sebesar 7.80%. Tahun ini, emas terus mendapat manfaat dari kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral di seluruh dunia, yang cenderung menekan nilai mata uang dan mendorong investor ke aset yang lebih aman.
Kenaikan ini juga didukung oleh krisis utang di zona euro, yang menambah ketidakpastian ekonomi dan meningkatkan daya tarik emas. Emas terus menjadi pilihan investasi yang disukai di tengah kondisi pasar yang bergejolak.
(This image is generated by AI)
Pada tahun 2012, emas kembali memberikan return positif sebesar 8.69%, meskipun dunia mulai pulih dari resesi. Faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah, dan kebijakan stimulus yang berkelanjutan dari Federal Reserve AS, membantu mempertahankan harga emas.
Selain itu, inflasi yang meningkat di beberapa negara juga membuat emas sebagai alat lindung nilai yang menarik. Kinerja ini menunjukkan bahwa emas tidak hanya bertahan dalam masa sulit, tetapi juga bisa berkembang.
Tahun 2013 adalah tahun yang menantang bagi emas, dengan return tahunan menunjukkan penurunan tajam sebesar -27.61%. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pemulihan ekonomi yang lebih kuat, yang mengurangi permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Selain itu, pengurangan stimulus oleh Federal Reserve AS (tapering) juga memberikan tekanan pada harga emas. Penurunan ini menandai pentingnya diversifikasi dalam portofolio investasi, karena emas tidak selalu berkinerja baik dalam kondisi pasar yang positif.
Pada tahun 2014, return emas hampir stabil dengan penurunan kecil sebesar -0.44%. Stabilitas ini mencerminkan kondisi pasar yang bercampur, dengan beberapa investor yang masih memandang emas sebagai aset penting di tengah ketidakpastian global, sementara yang lain mulai beralih ke aset dengan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi.
Harga emas dipengaruhi oleh penguatan dolar AS dan peningkatan suku bunga yang diantisipasi, yang umumnya negatif bagi emas. Namun, emas tetap menjadi bagian penting dari portofolio investasi yang seimbang.
Tahun 2015 melihat penurunan return emas sebesar -11.61%, terutama karena penguatan dolar AS dan ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.
Penurunan ini juga dipengaruhi oleh performa yang baik dari pasar saham, yang seringkali bergerak berlawanan dengan emas. Meskipun demikian, emas tidak kehilangan sepenuhnya kilauannya, karena masih ada permintaan yang signifikan dari sektor perhiasan dan teknologi.
Setelah tahun yang menantang, emas kembali dengan kenaikan return sebesar 8.62% pada tahun 2016. Peningkatan ini didorong oleh ketidakpastian politik global, termasuk Brexit dan pemilihan presiden AS, yang kembali menegaskan peran emas sebagai aset safe haven.
Selain itu, penurunan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga yang agresif juga membantu mendukung harga emas. Tahun ini menunjukkan bahwa emas masih relevan dalam iklim investasi yang berubah-ubah.
Baca juga: 10 Cara Membedakan Emas Asli dan Kuningan Secara Mudah
(This image is generated by AI)
Tahun 2017 melanjutkan tren positif dengan return emas sebesar 9.54%. Peningkatan ini sebagian didorong oleh penurunan nilai dolar AS dan ketidakpastian politik yang berlanjut, yang meningkatkan permintaan terhadap emas. Selain itu, peningkatan ketegangan geopolitik, terutama antara AS dan Korea Utara, juga berkontribusi pada kenaikan harga emas. Tahun ini menegaskan bahwa emas tetap menjadi komponen penting dalam diversifikasi aset.
Pada tahun 2018, emas mengalami sedikit penurunan dengan return sebesar -1.06%. Kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS dan penguatan ekonomi global menekan harga emas. Namun, ketidakpastian perdagangan global dan volatilitas pasar saham pada akhir tahun membantu membatasi
Tahun 2019 menyaksikan kenaikan signifikan dalam return emas, yang tercatat sebesar 18.28%. Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, termasuk perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.
Penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dan bank sentral lainnya juga berkontribusi pada daya tarik emas. Tahun ini menegaskan kembali peran emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian pasar.
Dalam tahun yang diwarnai oleh pandemi COVID-19, emas mencatat salah satu kenaikan terbesarnya, dengan return tahunan sebesar 25.75%. Ketidakpastian yang ekstrem dan kebijakan moneter yang sangat akomodatif dari bank sentral di seluruh dunia mendorong investor ke emas.
Inflasi yang meningkat dan penurunan nilai mata uang karena stimulus fiskal yang besar juga meningkatkan permintaan emas. Tahun ini menunjukkan bahwa dalam krisis, emas tidak hanya bertindak sebagai aset safe haven tetapi juga sebagai aset spekulatif.
Tahun 2021 melihat penurunan return emas sebesar -3.73%, seiring dengan optimisme pasar yang meningkat dan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi. Vaksinasi COVID-19 yang meluas dan pembukaan kembali ekonomi menyebabkan investor beralih dari emas ke aset berisiko seperti saham. Meskipun demikian, emas tetap menjadi bagian dari portofolio banyak investor, yang menggunakannya sebagai asuransi terhadap inflasi dan ketidakpastian politik.
Pada tahun 2022, emas kembali ke teritori positif dengan return sebesar 2.08%. Meskipun menghadapi persaingan dari aset digital dan pasar saham yang kuat, emas berhasil mempertahankan nilainya di tengah inflasi global yang meningkat dan ketidakpastian geopolitik. Kenaikan ini menunjukkan ketahanan emas sebagai aset investasi, terutama sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Beberapa dekade terakhir, ‘return emas per tahun’ telah menunjukkan bahwa emas tetap menjadi aset yang penting dalam portofolio investasi. Dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai aset safe haven selama masa ketidakpastian, serta sebagai lindung nilai terhadap inflasi, emas terus menarik bagi berbagai jenis investor.
Meskipun return tahunan emas dapat bervariasi secara signifikan, sejarah telah menunjukkan bahwa emas sering kali memberikan nilai yang stabil dalam jangka panjang. Investor yang memahami dan menghargai peran emas dalam diversifikasi portofolio akan terus mengandalkan logam mulia ini untuk melindungi kekayaan mereka di masa depan.
Selain emas, salah satu investasi yang tidak kalah menariknya di mata investor adalah Bitcoin yang sering dikenal sebagai “Emas Digital”. Buat kamu yang tertarik untuk berinvestasi di aset ini, download Pintu sekarang!
Di Pintu, kamu bisa berinvestasi secara mudah mulai dari Rp11.000 saja, lho!