Istilah inflasi dan deflasi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kamu. Namun, apakah kamu sudah benar-benar tau arti dan perbedaan dari kedua istilah ini? Simak pengertian inflasi dan deflasi, lengkap dengan penyebab dan jenis-jenisnya melalui artikel berikut ini!
Dikutip dari Investopedia, inflasi adalah kecepatan penurunan nilai mata uang, yang ikut berdampak pada peningkatan harga barang dan jasa secara umum. Inflasi bisa berdampak positif maupun negatif tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Sebagai contohnya, investor yang memiliki aset properti bisa jadi menganggap inflasi sebagai hal yang positif karena menyebabkan nilai aset mereka ikut meningkat.
Baca juga: 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Ada Indonesia?
Seperti dikutip dari Scripbox, terdapat tiga penyebab inflasi, yaitu:
Kebijakan moneter mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Suplai uang tunai yang berlebihan dapat memicu terjadinya inflasi, yang kemudian menyebabkan turunnya nilai mata uang itu sendiri.
Kebijakan fiskal dipengaruhi oleh utang dan pengeluaran negara. Semakin banyak utang sebuah negara, maka semakin tinggi pula tarif pajaknya. Kondisi ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mencetak lebih banyak uang agar bisa membayar utang-utang tersebut, yang dapat berakibat pada ikut menurunnya nilai mata uang.
Pasar internasional menggunakan nilai dolar AS sebagai tolak ukurnya. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa mempengaruhi rasio inflasi di dalam RI.
Ahli ekonomi terkenal asal Inggris, John Maynard Keynes mengungkapkan bahwa secara umum terdapat dua jenis inflasi, yaitu Demand-Pull dan Cost-Push.
Inflasi jenis ini terjadi ketika permintaan barang atau jasa lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas produksinya. Perbedaan antara tingginya permintaan dan rendahnya persediaan barang atau penawaran menyebabkan terjadinya apresiasi harga.
Inflasi yang terjadi ketika biaya produksi mengalami peningkatan. Peningkatan dari faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan bahan baku, menyebabkan kenaikan harga barang.
Rumus inflasi sendiri tidaklah terlalu sulit.
Rasio Inflasi = (CPI awal – CPI akhir / CPI awal)*100
CPI (Consumer Price Index) atau indeks harga konsumen adalah indeks yang digunakan untuk menghitung rata-rata harga barang dan jasa yang dibeli konsumen. CPI merupakan salah satu variabel utama dalam mengukur tingkat inflasi.
Menurut The Balance, deflasi adalah sebuah kondisi di mana nilai mata uang meningkat, sementara harga barang dan jasa terus menurun dari waktu ke waktu. Deflasi merupakan lawan dari inflasi.
Sekilas, deflasi terlihat sebagai hal yang positif, namun sebenarnya deflasi yang terjadi terus-menerus mengindikasikan buruknya kondisi ekonomi suatu negara.
Saat masyarakat melihat harga barang yang terus menurun, mereka akan menunda pembelian dengan harapan harganya akan lebih murah lagi di masa mendatang. Hal itu menyebabkan penurunan pendapatan bagi para produsen dan kurangnya aktivitas ekonomi di daerah tersebut, yang tentunya akan berakibat buruk pula pada perekonomian suatu negara secara keseluruhan.
Dua penyebab utama terjadinya deflasi seperti dikutip dari Scripbox adalah sebagai berikut.
Kebijakan moneter dari bank sentral yang menyebabkan peningkatan nilai suku bunga. Oleh karena itu, masyarakat lebih suka menabung dan menyimpan uang mereka daripada membelanjakannya. Selain itu, naiknya suku bunga juga berdampak pada meningkatnya biaya pinjaman dan kredit, sehingga masyarakat semakin enggan untuk membeli barang-barang, terutama kebutuhan sekunder dan tersier.
Kepercayaan masyarakat terhadap kondisi keuangan di masa depan bisa menjadi penyebab terjadinya deflasi. Jika masyarakat semakin pesimis terhadap masa depan, mereka akan lebih suka menabung dan menyimpan uang, serta mengurangi pengeluaran.
Nah, itu dia pengertian dan contoh inflasi dan deflasi. Sekarang, kamu sudah benar-benar paham mengenai kedua istilah tersebut, bukan?
Inflasi merupakan kondisi yang pasti terjadi di tiap periode tertentu. Data dari Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa tingkat inflasi di Indonesia pada Mei 2021 mencapai sebesar 0,32%. Salah satu cara meminimalisir efek inflasi pada aset adalah dengan berinvestasi.
Investasi crypto sendiri sedang menarik minat masyarakat Indonesia beberapa bulan belakangan ini. Per Mei 2021, jumlah investor crypto di Indonesia bahkan telah mencapai 6,5 juta orang dan melampaui investor pasar modal pada periode yang sama.
Untuk kamu yang tertarik berinvestasi dan trading crypto, download Pintu sekarang! Jual beli crypto bisa mulai dari Rp11.000 saja, lho!
Baca juga: Apa itu Cryptocurrency?
Referensi:
Badan Pusat Statistik, Inflasi. Diakses pada 23-09-2021.
Corporate Finance Institute, Deflation. Diakses pada 23-09-2021.
Jason Fernando, Consumer Price Index (CPI). Diakses pada 23-09-2021.
Jason Fernando, Inflation. Diakses pada 23-09-2021.
Jason Fernando, Understand the Different Types of Inflation. Diakses pada 23-09-2021.
Kate Ashford, What Is Deflation? Diakses pada 23-09-2021.
Kimberly Amadeo, Deflation, Its Causes and Why It’s Bad. Diakses pada 23-09-2021.
Scripbox, Inflation: Definition, Types, Causes and Formula. Diakses pada 23-09-2021.
The Investopedia Team, Deflation. Diakses pada 23-09-2021.