KELAS ACADEMY
Masih Baru dalam Crypto?
Kami siap membantu! Pahami crypto secara bertahap dengan Kelas.
KELAS ACADEMY
Masih Baru dalam Crypto?
Kami siap membantu! Pahami crypto secara bertahap dengan Kelas.
Jakarta, Pintu News – Fat-finger error atau kesalahan ‘salah ketik’ menjadi pengingat bahwa dunia crypto, meskipun canggih dan futuristik, tetap rentan terhadap kesalahan manusia. Kesalahan ini sering kali terjadi ketika seseorang memasukkan data yang salah saat mengirim, menjual, atau menerima cryptocurrency. Implikasi dari kesalahan ini bisa mengakibatkan kerugian yang besar dan tak terduga. Fenomena ini tidak hanya terjadi di dunia crypto, tetapi juga di sektor keuangan lainnya.
Pada bulan Mei 2021, sebuah kesalahan oleh Crypto.com membuat pasangan asal Australia, Thevamanogari Manivel dan Jatinder Singh, menerima transfer sebesar AUD 10,47 juta atau setara Rp107,6 miliar, bukannya refund sebesar AUD 100 (Rp1,5 juta). Kesalahan ini terjadi karena seorang karyawan salah memasukkan nomor akun dalam spreadsheet. Alih-alih melaporkan kesalahan tersebut, pasangan ini segera menggunakan uang tersebut untuk membeli properti dan memberikan hadiah kepada teman senilai AUD 1 juta (Rp15,5 miliar).
Namun, impian menjadi miliarder dengan cepat sirna ketika pihak Crypto.com menemukan kesalahan tersebut dan mengambil tindakan hukum. Singh dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, sementara Manivel hanya mendapat hukuman percobaan. Hakim Martine Marich mengakui bahwa Singh memiliki tantangan kognitif yang membuatnya sulit memahami sepenuhnya konsekuensi hukum dari tindakannya.
Baca Juga: Prediksi Analis: Ethereum Siap Meledak 75%, Solana Mengulangi Lonjakan Besar 2021
Pada bulan September 2021, platform DeFi DeversiFi, yang sekarang dikenal sebagai Rhino.fi, melakukan kesalahan dengan membayar biaya transaksi gas sebesar USD 23,7 juta (Rp369 miliar) akibat masalah teknis. Untungnya, miner yang menerima biaya gas tersebut mengembalikan hampir seluruh jumlahnya, kecuali 50 ETH (sekitar Rp2,96 miliar) yang diberikan sebagai hadiah.
Kesalahan ini terjadi karena perubahan yang disebabkan oleh peningkatan EIP-1559 pada jaringan Ethereum, yang berimbas pada perhitungan biaya gas. Transparansi blockchain Ethereum memungkinkan tim DeversiFi melacak miner dan menghubunginya melalui Binance, sehingga dana yang salah transfer dapat dikembalikan.
Kesalahan fatal lainnya terjadi pada Compound Finance, sebuah protokol DeFi yang memungkinkan pengguna untuk meminjamkan crypto mereka. Pada Oktober 2021, sebuah bug dalam pembaruan protokol menyebabkan distribusi token COMP senilai USD 90 juta (Rp1,4 triliun) kepada pengguna.
Meskipun tim Compound memohon agar token-token tersebut dikembalikan, beberapa pengguna justru menjual aset tersebut. Pendiri Compound, Robert Leshner, bahkan mengancam akan melaporkan mereka ke otoritas pajak AS, namun dia tidak dapat menghentikan distribusi tersebut karena tidak ada kontrol admin yang dapat membatalkan kesalahan itu.
Pada Mei 2021, BlockFi, sebuah platform pinjaman aset digital, membuat kesalahan dengan mengirim 700 BTC (senilai Rp10,9 miliar) kepada beberapa pengguna sebagai bagian dari promo stablecoin Gemini Dollar (GUSD). Kesalahan ini membuat beberapa pengguna tiba-tiba menerima Bitcoin dalam jumlah besar.
Walaupun sebagian besar transaksi dibatalkan, sekitar 100 pengguna berhasil menjual Bitcoin yang mereka terima secara tidak sengaja. Namun, BlockFi menghadapi reputasi yang rusak akibat kesalahan ini dan akhirnya bangkrut pada November 2022.
Beberapa kesalahan fat-finger tampak disengaja dan digunakan sebagai taktik pencucian uang. Pada Agustus 2023, seorang pengguna Ethereum membayar biaya gas sebesar USD 90.000 (Rp1,4 miliar) untuk transfer senilai USD 2.200 (Rp34 juta). Kesalahan ini diduga dilakukan dengan bantuan validator untuk menyembunyikan dana hasil pencucian.
Sebuah laporan dari Northstake pada Oktober 2023 menemukan bahwa aktivitas berisiko tinggi pada protokol staking Ethereum berkisar antara 0,46% hingga 1,56%, cukup tinggi untuk menarik perhatian lembaga keuangan yang ingin terlibat dalam staking.
Meskipun kesalahan fat-finger yang melibatkan jumlah besar sering kali menjadi sorotan media, kesalahan kecil juga terjadi secara rutin dalam dunia crypto. Seorang kolektor NFT, PrincePablos, pernah membeli NFT yang seharusnya bernilai 0,021 BTC (Rp327 juta), namun tanpa sengaja membayar 0,21 BTC (Rp3,27 miliar). Kisahnya kini menjadi peringatan bagi komunitas crypto untuk lebih berhati-hati.
Baca Juga: 5 Cryptocurrency Teratas untuk Dipegang di Portofolio Kamu di Tahun 2025, Siap Untung?
Itu dia informasi terkini seputar berita crypto hari ini. Dapatkan berbagai informasi lengkap lainnya seputar akademi crypto dari level pemula hingga ahli hanya di Pintu Academy dan perkaya pengetahuanmu mengenai dunia crypto dan blockchain.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi crypto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
Terdaftar dan diawasi oleh BAPPEBTI dan Kominfo
© 2024 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
Perdagangan aset crypto adalah aktivitas berisiko tinggi. Pintu tidak memberikan rekomendasi investasi ataupun produk. Pengguna wajib mempelajari aset crypto sebelum membuat keputusan. Semua keputusan perdagangan crypto merupakan keputusan mandiri pengguna.