Dilansir dari Cointelegraph (9/2/23), baru-baru ini CoinKickOff, sebuah situs web data crypto melakukan penelitian untuk mencari tahu negara mana yang mencitai dan yang membenci kehadiran teknologi Metaverse. Kira-kira Indonesia masuk kategori mana ya? Simak selengkapnya di bawah!
Analisis terbaru terhadap lebih dari satu juta tweet menunjukkan daftar negara yang menyukai dan membenci teknologi Metaverse. Berdasarkan data yang dianalisis, Vietnam hadir sebagai negara yang memiliki kecintaan paling besar terhadap konsep Metaverse.
Menurut Cointelegraph, situs web data crypto, CoinKickoff, telah menganalisis 1,6 juta tweet dari berbagai belahan dunia untuk menentukan negara mana yang mendukung konsep Metaverse dan negara mana yang menentangnya. Hasilnya menunjukkan bahwa Vietnam menduduki posisi teratas dalam daftar negara yang mendukung Metaverse, dengan total 56,8% tweet positif terhadap Metaverse.
Secara khusus, negara-negara Asia Timur telah menunjukkan sikap positif terhadap konsep Metaverse ini. Selain Vietnam, Filipina, Ukraina, Nigeria, dan Indonesia juga masuk dalam daftar negara yang mendukung teknologi Metaverse.
Sementara itu, Irlandia berada di urutan teratas dalam daftar negara dengan tweet negatif paling banyak terhadap Metaverse. Lebih lanjut, data ini menunjukkan bahwa 14,4% dari tweet terhadap konsep Metaverse dari negara Eropa bersikap negatif.
Berbeda dengan Asia Timur, negara-negara Barat adalah negara yang paling banyak menentang Metaverse. Selain Irlandia, Denmark, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Kanada memiliki tweet paling banyak yang menyuarakan sentimen negatif terhadap Metaverse.
Terlepas dari cinta dan benci, nampaknya penggunaan Metaverse terus berkembang seiring berjalannya waktu. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Jennifer Roberts, seorang mitra di Woodstock Ventures, mengatakan bagaimana festival musik Woodstock menggunakan Metaverse untuk menemukan kembali masa depannya, serta melestarikan warisannya. Roberts menggambarkan Metaverse sebagai “pengalaman demokratisasi” dan tempat di mana orang-orang merayakan hal-hal yang mereka yakini.
Tak hanya itu, Nokia, merek yang dikenal banyak orang karena perangkat selulernya, juga telah terjun ke dalam Metaverse untuk menghubungkan pabrik bir jarak jauh dan teknisi pesawat terbang. Kepala petugas teknis Nokia Oceania, Robert Joyce, baru-baru ini mengatakan bahwa Nokia telah melakukan eksperimen bersama untuk memanfaatkan Metaverse dengan berbagai cara. Baca selengkapnya di Dalam Rangka Membantu Pekerja di Wilayah Terpencil, Nokia Kembangkan Teknologi Metaverse Ini!
Menurut laporan CSQ (9/2/23), hanya dalam satu tahun terakhir, jumlah pasar Metaverse global tumbuh dari $38,85 miliar menjadi $47,48 miliar. Prediksi menjadi lebih cerah lagi ketika banyak orang mulai memperhitungkan gambaran lengkap industri ini akan tumbuh pada akhir dekade ini. Dalam waktu tujuh tahun, Metaverse diprediksi dapat berkembang menjadi industri senilai $678 miliar.
Masih mengutip dari CSQ, raksasa Web 2.0 seperti Amazon, Apple, Microsoft, dan Google semuanya terlihat tertarik untuk berinvestasi di Metaverse. Dengan menciptakan dunia virtual yang menarik dengan menyajikan pengalaman yang imersif, para bisnis besar ini seperti sedang bertaruh pada masa depan perusahaan mereka dan memastikan bahwa konsumen tidak akan mencari ke tempat lain.
Tak hanya itu, menggunakan blockchain tanpa izin untuk mendukung NFT atau kembaran digital di platform Metaverse bahkan memungkinkan pelanggan mereka mendapatkan versi alternatif dari produk yang mereka beli di dunia nyata, yang mana memungkinkan bisnis ini mendapatkan bentuk, kreasi bersama, pengujian, dan interaksi menyenangkan atau edukatif dengan para pelanggan. Bukan hanya pelanggan mendapatkan pengalaman menarik, para pelaku bisnis juga dapat menciptakan aliran pendapatan, brand awareness, dan loyalitas pelanggan baru.
Baca juga: Gaet DJ Terkenal di Dunia, The Sandbox dan Warner Music Group Adakan Party di Metaverse
Menurut Survei Metaverse Amerika Setikat tahun 2022 dari PwC terhadap lebih dari 5.000 konsumen AS dan 1.000 pemimpin bisnis AS, 82% eksekutif “mengharapkan rencana Metaverse menjadi bagian dari aktivitas bisnis mereka dalam waktu tiga tahun”, sementara 65% lainnya telah “secara aktif terlibat” di dalam Metaverse dengan “membangun bukti konsep, menguji kasus penggunaan, dan bahkan menghasilkan pendapatan dari lingkungan Metaverse”.
Referensi: