Perjalanan Adopsi Bitcoin oleh Negara dan Institusi

Update 15 Aug 2024 • Waktu Baca 7 Menit
Gambar Perjalanan Adopsi Bitcoin oleh Negara dan Institusi
Reading Time: 7 minutes

Bitcoin telah bertransformasi dari sebuah aset yang dianggap tidak memiliki nilai intrinsik menjadi aset investasi yang diakui. Bahkan, kini adopsi Bitcoin semakin luas. Tak hanya investor ritel, investor institusional dan negara telah mengakui Bitcoin. Kendati begitu, adopsi Bitcoin masih bisa naik satu tingkat lagi ketika ia digunakan sebagai aset pada strategic reserve sebuah negara. Yuk cari tahu perjalanan adopsi Bitcoin dan potensinya sebagai strategic reserve melaui artikel berikuti.

Ringkasan Artikel

  • ♻️ Adopsi bitcoin bisa terbagi menjadi ke dalam empat babak: menolak, skeptis, mempelajari, dan menerima.
  • 😏 Banyak negara yang semula menolak Bitcoin, kini menerimanya dengan membuat regulasi yang bertujuan melindungi investor.
  • 🤌 Institusi keuangan yang semula tidak mengakui Bitcoin, kini banyak yang memilikinya baik secara langsung maupun melalui ETF Bitcoin spot.
  • 🇺🇸 Adopsi bitcoin bisa semakin masif ketika ia dijadikan strategic reserve oleh sebuah negara. Wacana tersebut sedang dibawa oleh senator AS Cynthia Lummis dan Donald Trump jika ia terpilih lagi sebagai Presiden AS.

Perjalanan Panjang Adopsi Bitcoin

Bitcoin mempunyai proses panjang dan berkelok sebelum akhirnya diakui dan mulai diadopsi oleh berbagai institusi dan negara. Semula banyak tokoh keuangan besar yang sinis dan mengejek keberadaan Bitcoin.

CEO BlackRock Larry Fink dan CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon adalah contohnya. Mereka tak sungkan menyebut Bitcoin sebagai aset untuk indeks pencucian uang, spekulatif, ataupun tidak memiliki nilai intrinsik. Namun, kini keduanya justru mengakui kesalahannya dan mengakui Bitcoin sebagai kelas aset.

Sikap Larry Fink cocok untuk menggambarkan adopsi Bitcoin: skeptis & tidak mengakui hingga berubah mengakui & mengadopsi Bitcoin dalam produk investasinya. Sumber: Blockworks

Sementara itu, banyak juga negara yang menganggap Bitcoin sebagai instrumen yang berkaitan dengan kegiatan kriminal, terorisme, dan pencucian uang. Selain itu, Bitcoin juga ditentang karena sifatnya yang terdesentralisasi dan tidak bisa diregulasi.

Namun, perlahan negara-negara tadi mulai melunak. Mereka tidak lagi menentang sepenuhnya, namun mencoba membuat regulasi untuk mencegah Bitcoin disalahgunakan. Regulasi juga dibuat untuk melindungi para investor.

Bitcoin yang semula ditentang dan dianggap sebagai sebelah mata, kini mulai diadopsi oleh negara maupun institusi keuangan. Kendati begitu, adopsi Bitcoin belum mencapai tahap massif. Ada satu kemungkinan yang bisa mendorong tingkat adopsi Bitcoin mencapai level yang belum pernah dilihat sebelumnya, yakni digunakan sebagai aset untuk strategic reserve sebuah negara.

Kamu juga bisa mengetahui syarat lain untuk terjadinya adopsi massal crypto melalui artikel berikut.

Adopsi Bitcoin sebagai Aset Cadangan Negara

Adopsi use cases Bitcoin bisa semakin masif ketika Bitcoin akhirnya resmi dijadikan sebagai strategic reserve sebuah negara. Bahkan, salah satu senator Amerika Serikat, Cynthia Lummis telah mengajukan draft proposal agar AS membeli sebanyak 1 juta Bitcoin sebagai strategic reserve AS. Jika mengacu pada harga BTC saat ini, maka jumlah tersebut setara $58 miliar.

Adapun, strategic reserve adalah cadangan atau persediaan komoditas atau sumber daya tertentu yang disimpan sebagai “safety net” bagi sebuah negara, institusi, organisasi terhadap potensi kelangkaan atau kenaikan harga secara tidak terduga. Umumnya, komoditas yang digunakan berupa emas, minyak bumi, atau mata uang.

Dalam proposal tersebut, pembelian BTC akan dilakukan dalam kurun waktu lima tahun. Lummis menyebut alasan di balik menjadikan BTC sebagai strategic reserve adalah untuk menghadapi efek dari penurunan nilai dari dolar AS akibat inflasi.

“BTC adalah aset yang bagus dalam menyimpan nilai. Dalam empat tahun terakhir, BTC bisa naik sekitar 55% setiap tahunnya. Pada periode yang sama, nilai dolar AS justru turun dan kita melihat inflasi yang terus naik,” jelas Lummis dalam wawancaranya dengan The Block.

Lummis merupakan pendukung Bitcoin sejak lama, bahkan ia dirumorkan membeli BTC pertamanya pada 2013. Sejak itu, ia selalu berada di garis terdepan untuk meloloskan legislasi yang berkaitan dengan industri crypto.

Menurutnya, menjadikan BTC sebagai strategic reserve untuk mengurangi permasalahan utang atau melawan inflasi merupakan ide yang masuk akal. Apalagi AS juga sudah menjadikan minyak dan emas sebagai strategic reserve mereka. Namun, ia tidak menampik bahwa langkah tersebut merupakan gebrakan yang besar.

Lummis menyangsikan ide BTC sebagai strategic reserve akan dianggap serius dalam waktu dekat. Ia menilai ide tersebut baru bisa dipertimbangkan ketika proses pemilu rampung dan tampuk kepemimpinan telah berganti.

Rencana Besar Donald Trump terhadap Adopsi Bitcoin

Langkah besar untuk adopsi Bitcoin bisa jadi akan berada di tangan kandidat Presiden AS Donald Trump. Secara terbuka Trump telah menunjukkan dukungannya terhadap Bitcoin dan industri crypto.

Bahkan, pada Bitcoin Conference di Nashville, ia berjanji akan memilih regulator yang lebih ramah terhadap industri crypto jika sampai terpilih. Janji lain dari Trump adalah idenya untuk menjadikan Bitcoin sebagai aset dalam strategic reserve AS.

“Jika saya terpilih, AS akan tetap memegang seluruh 100% Bitcoin yang saat ini atau nantinya dimiliki Pemerintah AS. Nantinya, kepemilikan Bitcoin tersebut akan digunakan sebagai aset pada strategic reserve AS,” kata Trump.

Jika terpilih, Trump berjanji menjadikan BTC sebagai strategic reserve di Bitcoin Conference. Sumber: Coin Desk

Berdasarkan informasi dari Founder Satoshi Action Fund Dennis Porter, diketahui bahwa setidaknya terdapat 2.200 surat yang dikirimkan ke senator berisikan dukungan untuk menjadikan Bitcoin sebagai strategic reserve. Sebanyak 1.333 surat dikirimkan ke Partai Demokrat, 850 surat ke Partai Republikan, dan sisanya ke partai independen.

Jika melihat pernyataan Trump, Lummis, serta 2.200 surat dukungan ke senator memperlihatkan tingginya minat untuk menjadikan Bitcoin sebagai aset pada strategic reserves AS. Terlepas dari antusiasme tersebut, tetap masih terdapat keraguan serta pertnyaan besar terkait eksekusi dan implementasi rencana tersebut.

Kamu bisa membaca catatan tingkat adopsi DeFi di tahun 2023 di sini.

Mengapa Bitcoin sebagai Strategic Reserve AS menjadi Penting untuk Adopsi Bitcoin?

Kepala Riset Galaxy Digital Alex Thorn menjelaskan dengan sangat baik terkait efek domino jika Bitcoin menjadi strategic reserve AS. Menurutnya, langkah Trump tersebut akan melegitimasi Bitcoin sebagai komoditas langka, layaknya minyak atau emas. Apalagi, pasokan Bitcoin memang terbatas, artinya akan ada kelangkaan.

Secara historis, sebuah negara seringkali akan bersaing secara ketat untuk memiliki porsi terbesar terhadap komoditas langka. Semakin banyak kepemilikannya, maka akan semakin diuntungkan negara tersebut.

“Konsep game theory-nya adalah adopsi dari satu negara diperlukan agar negara lain mempertimbangkan hal yang sama. Tak peduli negara itu musuh atau teman,” jelas Thorn.

Menurutnya, game theory tersebut akan mengalami pertumbuhan signikan ketika AS— negara terkaya dan rumah ekonomi global— jadi yang pertama mulai mengakumulasi Bitcoin sebagai aset untuk strategic reserve. Jika AS melakukannya, negara lain akan berbondong-bondong mengikuti langkah mereka.

Jika AS dan negara lainnya menjadikan Bitcoin sebagai strategic reserve, maka akan mendorong percepatan adopsi dan penerimaan Bitcoin sebagai instrumen simpanan jangka panjang layaknya emas digital.

Dengan skenario tersebut, Thorn meyakini akan tercipta simbiosis mutualisme. Bitcoin sebagai kelas aset akan diadopsi secara masif dan nilainya akan terus naik seiring tidak seimbangnya pasokan dan permintaan. Sementara AS akan yang jadi yang paling diuntungkan sebagai first-mover.

Adopsi Bitcoin oleh Investor Institusional dan Negara

Sebenarnya, adopsi Bitcoin secara luas sudah diterapkan oleh negara lain maupun investor institusional. Berikut ini adalah beberapa contohnya:

Negara (El Savador)

Sebelum wacana AS, El Savador telah terlebih dahulu menjadikan BTC sebagai strategic reserves mereka. Presiden El Savador Nayib Bukelele pertama kali mengumumkan keputusan tersebut pada 2021. Tercatat, El Savador memiliki sebanyak 5.750 BTC dengan harga rata-rata pembelian di kisaran $42.700. Dengan harga BTC saat ini, maka El Savador sedang mencatatkan keuntungan yang belum direalisasikan sebesar 34,66%.

Terlepas dari keuntungan yang didapat, Bukele memastikan negaranya akan memegang Bitcoin secara jangka panjang. Ia pernah berujar bahwa El Savador tidak akan menjual Bitcoin milik mereka, karena pada akhirnya 1 BTC = 1 BTC.

Investor Institusional

MicroStrategy adalah salah investor institusional yang memercayai prospek Bitcoin dan menjadikannya sebagai reserve asset, dalam hal ini untuk treasury-nya. Tercatat, MicroStrategy pertama kali mengumumkan melakukan pembelian Bitcoin sebanyak 21.454 BTC pada 2020. Sejak pengumuman tersebut, mereka rutin melakukan pembelian Bitcoin.

Alhasil, MicroStrategy berhasil menjadi korporasi dengan kepemilikan BTC terbesar di dunia, yakni 226.000. Jika dikonversikan dengan harga BTC saat ini yang sebesar $57.500, maka jumlah tersebut setara dengan $12,99 miliar. Jumlah kepmilikan tersebut bahkan melebihi kepemilikan AS ataupun negara lainnya.

BlackRock adalah investor institusional lainnya yang memberikan dukungan terhadap adopsi Bitcoin dan crypto. Bukti dukungan tersebut meliputi ETF Bitcoin dan Ethereum spot, serta pembentukan BUIDL, program tokenisasi. Simak sepak terjang mereka di industri crypto melalui artikel berikut.

Perbankan

Investor institusional lainnya yang telah mendorong adopsi Bitcoin dan crypto adalah perbankan. Kelompok perbankan tersebut dikenal sebagai bank crypto-friendly. Beberapa contohnya adalah Revolut, Wirex, SEBA Bank, Ally Bank, Monzo, dan masih banyak lagi.

Bank crypto-friendly adalah institusi finansial yang merima kehadiran crypto dan menciptakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah yang antusias dengan crypto. Mereka berupaya menjadi jembatan yang menghubungkan investor ritel atau instutusi yang ingin mengintegrasikan DeFi ke strategi finansial mereka.

Beberapa layanan yang mereka tawarkan adalah memfasilitasi jual, beli, dan penyimapanan aset crypto. Bahkan, beberapa di antaranya secara spesifik menawarkan integrasi dengan web3 wallet ataupun mempunyai web3 walletnya sendiri. Bank crypto-friendly ini juga bekerjasama dengan exchange terpercaya seperti Binance, Coinbase, Kraken, dan sebagainya.

Beberapa perbankan besar konvensional seperti JPMorgan, Citi, U.S Bank, dan Wells Fargo dikabarkan juga tertarik untuk memaanfaatkan teknologi blockchain yang terinspirasi dari Bitcoin.

Kesimpulan

Bitcoin telah menjalani perjalanan panjang sebelum mendapatkan pengakuan dan adopsi dari berbagai institusi keuangan dan negara. Awalnya, Bitcoin banyak dikecam oleh tokoh-tokoh penting di dunia keuangan karena dianggap aset spekulatif dan tanpa nilai intrinsik. Namun, kondisinya berubah seiring dengan semakin banyak negara dan institusi yang mengakui, bahkan mengadopsi Bitcoin. Kini Bitcoin telah menjadi instrumen investasi yang diakui oleh investor institusional dan punya regulasi yang mengaturnya.

Beli Aset Crypto di Pintu

Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Penulis:Hikma Dirgantara

Bagikan