Pasar crypto belum menemukan tanda-tanda bullish. Bitcoin dan Ethereum kompak mengalami penurunan signifikan yaitu 6% untuk BTC dan 3,5% untuk ETH pada minggu lalu, setelah sempat merespon positif data CPI. Simak ulasan lengkap analisis pasar di bawah ini.
Tim trader Pintu telah mengumpulkan informasi penting dan menganalisis keadaan ekonomi secara umum serta pergerakan pasar mata uang crypto selama satu minggu terakhir. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa semua informasi pada Analisis Pasar ini bertujuan sebagai edukasi, bukan saran finansial.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet L. Yellen pada tanggal 1 Mei memberi peringatan keras pada Kongres AS bahwa jika gagal meningkatkan atau menunda batas utang, Amerika Serikat diprediksi dapat kehabisan dana untuk bisa menutupi biaya-biaya tagihan pemerintah pada 1 Juni. Kondisi ini meningkatkan urgensi Presiden AS Joe Biden dan anggota parlemen untuk segera mencapai kata sepakat agar AS tidak mengalami kegagalan dalam membayar utang.
Menkeu AS bahkan menyurati langsung Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat Kevin McCarthy. Dalam suratnya Menteri Keuangan mengatakan, “Setelah meninjau penerimaan pajak federal terbaru, diperkirakan bahwa kami tidak akan dapat memenuhi semua kewajiban pemerintah per awal Juni, dan mungkin hingga 1 Juni, jika Kongres tidak meningkatkan atau menunda batas utang sebelum waktu itu,”
Di balik bayang-bayang kegagalan AS untuk membayar utang, terdapat berita baik terkait tingkat inflasi tahunan di AS yang turun menjadi 4,9% pada April 2023. Angka ini lebih rendah dari prediksi sebelummya yang sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa, tingkat kenaikan ini adalah laju tahunan terendah sejak bulan April 2021, dan hasil yang telah dicapai masih sejalan dengan konsensus.
Sementara itu, secara month-on-month, CPI naik 0.4% pada April, setelah sebelumnya naik 0.1% per Maret. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga tempat tinggal, kendaraan bekas dan juga harga gas.
Berita tersebut memicu respon positif dari pasar, dengan futures bergerak ke wilayah positif dan imbal hasil Treasury alami penurunan.
Meskipun the Fed telah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju kenaikan harga, inflasi tetap bertahan. Upaya tersebut sudah dimulai sejak Maret 2022, di mana Bank Sentral AS ini telah menerapkan sepuluh kenaikan suku bunga berturut-turut dan menghasilkan peningkatan kumulatif sebesar 5 poin persentase. Namun peningkatan tersebut juga memengaruhi suku bunga pinjaman acuan yang telah mencapai level tertinggi dalam hampir 16 tahun.
Upaya the Fed cukup signifikan juga dalam mendinginkan Consumer Price Index (CPI) yang sejak bulan Juni 2022 telah mencapai puncaknya di kisaran 9%. Meskipun begitu, inflasi masih tetap jauh di atas target tahunan the Fed sebesar 2%.
Data-data tersebut memberikan gambaran yang beragam tentang keadaan inflasi, dan menawarkan aspek positif negatif bagi pejabat the Fed untuk bisa mempertimbangkan saat menentukan langkah yang tepat selanjutnya terkait suku bunga.
Jika dilihat, presentase probabilitas untuk kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni telah naik menjadi 15,5% dari 8,5% pada sepekan sebelumnya.
Pembacaan CPI diumumkan tidak lama setelah Biro Statistik Tenaga Kerja AS juga merilis data terkait adanya peningkatan pada gaji di sektor non-pertanian sebanyak 253.000 untuk bulan April. Peningkatan tersebut telah melampaui ekspektasi dan memberi sinyal bahwa pasar tenaga kerja tengah kuat meski ada upaya the Fed untuk meredam permintaan.
Pada pengumuman kenaikan suku bunga terbaru, the Fed tidak lagi menyatakan peningkatan suku bunga di masa depan tetap perlu dilakukan. Namun, bank sentral AS ini mengindikasikan bahwa keputusan akan diambil berdasarkan data yang ada.
Pada tanggal 6 Mei, jumlah permohonan pertama untuk tunjangan pengangguran negara meningkat sebanyak 22,000 menjadi 264.000 dibandingkan bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan yang tertinggi tercatat sejak Oktober 2021. Sebelumnya, Reuters telah melakukan survey kepada beberapa ekonom yang mayoritas memprediksi klaim tunjungan sebanyak 245.000 untuk minggu yang sama.
Di dalam pasar tenaga kerja terdapat sebuah indikator yaitu, rata-rata bergerak selama empat minggu. Indikator ini dianggap dapat diandalkan karena dapat memperhalus fluktuasi mingguan yang meningkat sebesar 6.000 menjadi 245.250. Ini menandai level tertinggi yang diamati sejak November 2021.
Masih di sektor ketenagakerjaan, merujuk laporan klaim, jumlah individu yang masih menerima manfaat bantuan setelah minggu pertama, yang berfungsi sebagai indikator aktivitas perekrutan, naik sebanyak 12,000 menjadi 1.813 juta pada 29 April. Klaim berkelanjutan ini relatif rendah dibandingkan dengan catatan sebelumnya, menunjukkan bahwa individu yang sebelumnya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan cepat mendapatkan peluang pekerjaan baru.
Pada Kamis, Departemen Tenaga Kerja merilis laporan lain mengenai Indeks Harga Produsen (PPI) yang menunjukkan permintaan akhir mengalami pemulihan sebesar 0.2% pada April, setelah sempat alami penurunan sebesar 0.4% pada Maret.
Pada April 2023, Indeks Harga Produsen (PPI) tahunan, yang memperhitungkan fluktuasi bulanan, naik sebesar 2,3%. Ini menandai adanya peningkatan tahunan terkecil sejak Januari 2021, setelah terjadi kenaikan 2,7% pada Maret. Meskipun inflasi tetap lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tingkat pertumbuhannya melambat dan telah menurun secara signifikan dari puncaknya 11,7% pada Maret 2022. Dengan tidak termasuk poin-poin dari pertengahan 2022 dalam perhitungan tahunan, diharapkan inflasi akan terus stabil.
Salah satu faktor kestabilan inflasi adalah mengukur sentimen konsumen seperti yang dilakukan oleh University of Michigan tentang data pembacaan awal sentimen konsumen bulan Mei yang turun menjadi 57,7 dari pembacaan April sebesar 63,5. Penurunan tersebut mewakili level terendah yang tercatat sejak November di tahun sebelumnya. Bahkan dari survei yang dilakukan oleh Wall Street Journal terkait pembacaan sentimen konsumen di bulan Mei, beberapa ekonom sepakat di angka 63, namun justru jatuh di bawah ekspektasi.
Berbicara seputar inflasi, pada bulan Mei terdapat persepsi bahwa warga AS terhadap inflasi dalam jangka pendek sedikit mereda. Masyarakat AS saat ini justru mengantisipasi tingkat inflasi rata-rata sekitar 4,5% di tahun-tahun mendatang. Jika menengok kembali data pada bulan April, harapan terhadap inflasi telah meningkat sangat tajam dari 3,6% pada Maret, menjadi 4,6%. Dalam lima tahun ke depan inflasi diharapkan dapat meningkat menjadi 3,2% dari sebelumnya 3% pada bulan April. Hal ini menandai pembacaan tertinggi tentang inflasi sejak tahun 2011.
BTC turun di bawah dukungan Exponential Moving Average (EMA) 100 minggu, turun tajam hingga 6% dalam seminggu sebelum memantul dari resistensi yang penting secara historis dari EMA 200 minggu, yang saat ini berada pada level US$26,000. Level tersebut adalah dukungan yang sangat penting untuk diperhatikan, karena jika BTC jatuh di bawah level tersebut, mungkin akan ada lagi penurunan lebih lanjut dan menuju ke rata-rata pergerakan 200 hari, di level US$22,000. Perlu diperhatikan bahwa saat ini masih ada support pada level Relative Strength Index (RSI) 50. Namun saat BTC mendekati batas tersebut, harus bersiap untuk menemui volatilitas yang lebih besar.
Di sisi lain, sama dengan BTC, ETH mengalami penurunan sebesar 3,5% dalam sepekan. Penurunan yang dialami ETH bisa dibilang sedikit lebih baik dibandingkan dengan BTC untuk minggu kedua berturut-turut. Perlu dicatat bahwa ETH tampaknya akan turun dari dukungan EMA 100 minggu dan masih memiliki support yang kuat di 1518 dolar AS, Moving Average (MA) 200 minggu.
Sedangkan BTC Dominance mengalami penurunan dua minggu berturut-turut, dan sekarang berada di atas level resistansi historisnya di 48% dan kemungkinan akan ada penurunan lebih lanjut dari resistansinya jika berhasil tutup di bawah level 48%.
Bagikan