Merespons rencana pengetatan moneter oleh The Fed, Bitcoin (BTC) terjun ke level terendah tiga bulan. Ethereum pun demikian masih menunjukan tren penurunan dan menjaga support di area rata-rata pergerakan MA 200. Untuk itu, BTC dan ETH masih belum ada terdapat kepastian apakah terus melanjutkan tren penurunan atau justru melakukan pembalikan dan memulai tren bullish-nya? Simak laporan lengkap di bawah ini.
Tim trader Pintu telah mengumpulkan informasi penting dan menganalisis keadaan ekonomi secara umum serta pergerakan pasar mata uang crypto selama satu minggu terakhir. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa semua informasi pada Analisis Pasar ini bertujuan sebagai edukasi, bukan saran finansial.
Indeks harga konsumen dan indeks harga inti, yang tidak mencakup makanan dan energi, menunjukkan penurunan dalam tingkat pertumbuhan tahunan mereka, menunjukkan penurunan inflasi sejak puncaknya tahun lalu.
Menurut data yang dirilis pada hari Selasa oleh Biro Statistik Tenaga Kerja, inflasi tahun-ke-tahun saat ini berada pada 4% (vs. konsensus 4,1% vs. sebelumnya 4,9%), mencapai level terendah sejak Maret 2021. Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan harga energi, termasuk bensin dan listrik. Namun, ada beberapa aspek dari anggaran rumah tangga yang belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir, yang bisa menjadi alasan untuk kekhawatiran.
Baik indeks harga konsumen maupun CPI inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, menunjukkan penurunan tingkat pertumbuhan tahunannya, menunjukkan penurunan inflasi sejak puncaknya tahun lalu. Menurut data yang dirilis pada hari Selasa oleh Biro Statistik Tenaga Kerja, inflasi tahun-ke-tahun saat ini berada di 4% (vs konsensus 4,1% vs 4,9% sebelumnya), menandai level terendah sejak Maret 2021. Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan harga energi, termasuk bensin dan listrik. Namun, ada aspek tertentu dari anggaran rumah tangga yang belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir, yang dapat menjadi perhatian.
Selain itu, inflasi juga mengalami penurunan yang diperkuat oleh data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja di Amerika Serikat (AS) yang mencatatkan inflasi year-over-year saat ini berada pada angka 4% dibandingkan (konsensus 4,1% vs sebelumnya 4,9%) yang merupakan level terendah sejak Maret 2021. Penurunan tersebut utamanya didorong oleh turunnya harga energi termasuk di dalamnya harga bensin dan listrik. Namun yang perlu dilihat lagi ada aspek-aspek tertentu dari anggaran rumah tangga yang belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Untuk itu perlu diwaspadai dan bisa menjadi perhatian.
Namun ukuran penting atau krusial dari sisi harga yang diawasi dengan ketat oleh The Fed justru terus meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Seperti CPI inti yang mampu mempertahankan kenaikan 0.4% di bulan ketiga secara berturut-turut, masih sesuai dengan ekspektasi. Di sisi lain, CPI keseluruhan mencatat adanya kenaikan yang lebih kecil yaitu 0,1% (vs konsensus 0,2% vs sebelumnya 0,4%) yang dibantu oleh harga bensin yang lebih rendah.
Untuk Producer Price Index (PPI) atau indeks harga produsen AS di bulan Mei tengah mengalami penurunan secara bulanan sebesar -0,3% atau berada di bawah kenaikan yang diharapkan sebesar -0,1%. Jika dirincikan, PPI untuk barang-barang turun ke angka -1,6% dalam basis bulanan. Berbanding terbalik dengan PPI untuk jasa yang justru naik 0,2%. Namun PPI secara keseluruhan dengan mengesampingkan makanan, energi, dan jasa perdagangan tetap tidak mengalami perubahan dibandingkan bulan sebelumnya.
Dalam basis tahun ke tahun, PPI justru melambat dari 3,1% menjadi 2,8% untuk periode 12 bulan yang berakhir di bulan Mei. Angka tersebut lebih rendah dari yang diharapkan yaitu 2,9%. Bahkan jika data PPI dengan mengesampingkan makanan, energi, dan jasa perdagangan juga mengalami perlambatan dari sebelumnya 3,3% menjadi 2,8% year-on-year.
Berpindah ke keputusan The Fed yang menghentikan kenaikan suku bunga pada Rabu pekan lalu setelah selama 15 bulan terus menaikkan suku bunga, The Fed memberikan sinyal akan melanjutkan kembali mengambil langkah-langkah pengetatan untuk mengatasi tekanan inflasi.
Akibat dari keputusan tersebut, suku bunga acuan federal funds tetap berada dalam kisaran target 5% sampai 5,25%. The Fed sendiri memperkirakan secara kuartalan terbaru biaya pinjaman bakalan naik menjadi 5,6% di akhir tahun dibandingkan proyeksi tahun lalu sebesar 5,1% kenaikan tersebut merujuk pada proyeksi median.
Mengenai keputusan yang diambil oleh The Fed, setelah melakukan pemungutan suara oleh Federal Open Market Committee (FOMC), keputusan yang diambil adalah dengan suara yang bulat. Dari 18 pembuat kebijakan, 12 di antaranya memperkirakan suku bunga di atas kisaran median 5,5% hingga 5,75% yang menunjukkan konsensus di antara sebagian besar pembuat kebijakan bahwa langkah-langkah pengetatan lebih lanjut tetap diperlukan untuk mengatasi tekanan inflasi. Bahkan diperkirakan, pejabat The Fed mengharapkan adanya peningkatan suku bunga sebanyak dua kali sebesar seperempat poin atau satu kali peningkatan sebesar setengah poin sebelum akhir tahun 2023.
Setelah pemungutan suara yang dilakukan oleh The Fed, indeks saham S&P 500 merespons dengan mengalami penurunan. Berbeda dengan penurunan dolar terhadap sekumpulan mata uang justru berkurang. Selain itu, imbal hasil dari Treasury dalam dua tahun mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai level tertinggi sejak Maret 2023.
Pejabat The Fed di tengah perlambatan ekonomi ini memberikan sinyal yang beragam. Dilansir dari sebuah survei, kepercayaan konsumen terhadap ekonomi menurun di bulan Mei, namun dari sisi belanja konsumen di bulan April terdapat peningkatan.
Peningkatan juga dialami sektor pasar tenaga kerja. Ketua Fed Jerome Powell menyebutkan, pemberi tenaga kerja menambahkan lowongan sebanyak 339.000 ke daftar gaji pada bulan Mei dan lowongan pekerjaan tetap pada level yang tinggi dan sangat kompetitif.
Peningkatan lainnya ditunjukkan oleh Indeks pengeluaran konsumsi pribadi yang merupakan indeks pilihan The Fed mengalami kenaikan sebesar 4,4% selama 12 bulan hingga April. Kenaikan positif ini di tengah tingkat inflasi yang menurun dari puncaknya di tahun lalu, namun masih relatif tinggi.
Pada bulan Mei, indeks harga konsumen Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pendinginan lebih lanjut, dan rincian data menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan dari perlambatan ekonomi tepat sebelum pertemuan pejabat Fed pada Selasa pagi.
Pada hari Kamis, dalam peristiwa yang mengejutkan, penjualan ritel di Amerika Serikat meningkat pada bulan Mei, menunjukkan adanya kekuatan permintaan konsumen yang bertahan lama meskipun hambatan ekonomi meningkat.
Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS yang dirilis Kamis (15/6) menunjukkan nilai pembelian ritel yang naik 0,3% setelah adanya peningkatan nilai sebesar 0,4% pada April (vs konsensus -0,1%), atau dari tahun ke tahun penjualan ritel mengalami peningkatan 1,6% di bulan Mei. Namun ketika mengesampingkan data penjualan mobil dan bensin, penjualan ritel masih menunjukkan pertumbuhan dengan naik sebesar 0,4%.
Di tengah kondisi-kondisi peningkatan di atas, disinyalir The Fed akan tetap mempertimbangkan untuk kembali menaikkan suku bunga bulan depan jika ada indikasi permintaan yang kuat. Tetapi keputusan tersebut akan sangat bergantung pada laporan ketenagakerjaan dan inflasi yang akan datang untuk bulan Juni.
Terkait inflasi ada kabar baik, dari laporan terpisah Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada hari Kamis mengungkapkan bahwa harga impor mengalami penurunan pada bulan Mei dan penurunan harga tahunan adalah yang terbesar dalam tiga tahun terakhir.
Melihat data jumlah klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara tetap tidak mengalami perubahan pada penyesuaian musiman sebesar 262,000 untuk pekan yang berakhir pada 10 Juni. Tingkat klaim ini konsisten dengan angka yang diamati pada Oktober 2021. Bahkan para ekonom telah memprediksi sebanyak 249,000 klaim untuk minggu ini menunjukkan sedikit perbedaan dari yang diperkirakan sebelumnya, di mana klaim awal tetap pada level tertinggi sejak Oktober 2021.
Sedangkan untuk rata-rata pergerakan empat minggu memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pola secara keseluruhan yang saat ini berada di 246,750 yang mengalami kenaikan sebesar 9,250 dari nilai minggu sebelumnya. Rata-rata pergerakan empat minggu saat ini adalah yang tertinggi sejak November 2021.
Berpindah ke analisis pasar crypto, pada 15 Juni kemarin, stablecoin USDT (Tether) mengalami depeg atau tidak lagi bernilai setara dengan dolar AS. Adanya depeg ini disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam Curve’s 3pool yang mengakibatkan harga USDT turun sebesar 0,3% dan menetap di kisaran harga US$0,997. Sementara itu, bobotnya dalam Curve 3pool melonjak hingga lebih dari 70% melampaui level tipikalnya yaitu 33,1%. Pada akhirnya diskon ini telah tutup di hari berikutnya.
Sentimen negatif juga mengarah pada Bitcoin yang turun ke level terendahnya dalam tiga bulan terakhir. Seiring peningkatan determinasi The Fed terhadap pengetatan moneter, pasar crypto merespons secara negatif. Pengetatan tersebut yang menyebabkan BTC jatuh di bawah level harga krusial pada Rabu pekan lalu. Penurunan BTC ini menjadi penanda pertama kalinya sejak pertengahan bulan Maret, BTC turun di bawah ambang batas. Meskipun Bank Sentral memutuskan untuk menunda kenaikan suku bunga setelah 14 bulan, namun sentimen pasar menyebabkan penurunan signifikan pada pasar crypto. Saat ini BTC diperdagangkan di sekitar harga US$26,000 selama beberapa minggu sebelum adanya kejadian pengetatan moneter.
Ketika RSI (Relative Strength Index) indikator yang berperan sebagai komponen pengukuran yang kerap digunakan analis untuk membandingkan momentum harga bullish dan bearish, di mana RSI BTC mencapai level support di angka 48, secara historis data menunjukkan pada tiga kesempatan sebelumnya menembus di bawah level 48 dan menghasilkan koreksi harga yang signifikan. Dalam kasus tersebut, BTC mengalami koreksi harga mulai dari 33% sampai 37%. Jika BTC mengalami koreksi harga sebesar 37% dari harga saat ini, maka nantinya harga BTC akan mencapai 16,000 yang bertepatan dengan profil volume institusional terbesar. Saat ini support BTC ada pada Moving Average (MA) 200 hari di harga US$23,700.
Sama dengan BTC, ETH telah menemui titik resistensinya pada MA 21 hari sekitar harga US$1,850 pada grafik harian yang menghasilkan penurunan berikutnya di bawah US$1,800. ETH masih menunjukan tren penurunan namun masih menemukan support di area rata-rata pergerakan MA 200 hari di harga US$1,600.
MA 200 hari sebagai indikator tren yang sangat signifikan pengaruhnya. Jika harga ETH jatuh di bawah level tersebut, pasar akan berjumpa dengan sentimen bearish yang berpotensi menurunnya harga ETH ke kisara US$1,300.
Bagikan