Bulan September menjadi periode yang kurang baik bagi kinerja pasar keuangan. S&P ditutup dengan kinerja bulanan terburuk sejak Maret 2020 silam. Pasar crypto yang kinerjanya berkorelasi dengan S&P juga mencatat kinerja yang kurang apik.
Bitcoin menutup bulan September dengan kinerja negatif, bahkan ini bisa berujung pada BTC kehilangan titik support di 19.700 yang telah bertahan selama tiga bulan terakhir. Namun, menyambut bulan Oktober, terdapat angin segar lantaran secara historis periode ini menjadi bulan yang baik bagi Bitcoin.
Tim trader Pintu telah mengumpulkan berbagai data penting tentang pergerakan pasar kripto selama sepekan terakhir yang terangkum dalam Analisa Pasar ini. Akan tetapi, perlu kamu perhatikan bahwa semua informasi pada Analisis Pasar ini bertujuan sebagai edukasi, bukan saran finansial.
Pada hari Jumat (30/9), S&P 500 ditutup dengan kinerja bulanan terburuk sejak Mei 2020. Sementara The Dow Jones Industrial dan Nasdaq Composite masing-masing turun 8.8% dan 10.5% secara bulanan. Secara historis, market crypto sangat berkorelasi dengan S&P, oleh karena itu kita perlu bersiap melihat tekanan lebih lanjut di pasar saham.
Lalu, apakah kita sudah masuk pada resesi? Mari lihat beberapa faktor berikut:
Inverted yield curve:
Ketika yield US Treasury jangka pendek, misalnya tenor 2 tahun, sampai lebih rendah dibandingkan yield US Treasury tenor 10 tahun, ini menghasilkan inverted yield curve. Situasi ini cukup aneh lantaran mengunci dana di jangka pendek justru menghasilkan yield yang lebih besar ketimbang yang jangka panjang. Secara umum, inverted yield curve menandakan investor mengantisipasi adanya perlambatan ekonomi. Resesi seringkali mendahului inverted yield curve. Saat ini, yield US Treasury tenor 10 tahun, jauh lebih rendah dari tenor 2 tahun.
Suku bunga acuan:
Dua indikator resesi ekonomi adalah perlambatan ekonomi dan tingginya angka perekrutan pekerja.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada pertemuan September, menjadikannya sebagai kenaikan 75 bps selama tiga kali berturut-turut. Hal ini mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi sejak 2008 silam. Sementara itu, dot plot (chart di bawah) memperlihatkan suku bunga masih akan naik mencapai 4,4% pada akhir Desember, jauh lebih tinggi dari proyeksi semula yang hanya 3,4%. Suku bunga diperkirakan juga naik 4,6% pada tahun depan.
Sementara itu, perkiraan pertumbuhan GDP pada tahun ini juga direvisi menjadi 0,2%, padahal bulan Juni lalu GDP mencapai 1,7%. Sementara pada tahun depan angkanya diperkirakan 1,2%. Lalu, inflasi yang diukur oleh Personal Consumption Expenditure (PCE) juga diperkirakan mencapai 5,4% pada tahun ini (proyeksi semula 5,2%) dan 2,8% pada tahun depan (proyeksi semula 2,6%).
Tingkat Pengangguran:
Resesi umumnya juga diiringi dengan tingginya (naiknya) tingkat pengangguran. The Fed saat ini masih mempercayai bahwa ekonomi belum resesi (walau secara teknis sudah resesi), karena masih kuatnya data pekerja. Salah satu yang menarik adalah resesi berakhir jelang puncak tertingginya angka pengangguran, sebelum kemudian keadaan mulai berbalik.
Berbagai analis selalu mengawasi angka orang-orang yang mendaftarkan tunjangan pengangguran setiap minggunya, karena ini menunjukkan apakah PHK menjadi lebih buruk atau tidak. Angka mingguan pendaftaran tunjangan pengangguran di Amerika Serikat berada di titik terendah dalam lima bulan terakhir. Angka tingkat pengangguran AS saat ini naik ke 3.7% pada Agustus 2022, yang tertinggi sejak Februari, dan di atas ekspektasi pasar sebesar 3.5%.
Bitcoin mengakhiri bulan September dengan imbal hasil negatif. Ini sekaligus menandai keenam kalinya secara berturut-turut Bitcoin mengakhiri bulan September dengan kinerja negatif. Namun yang menarik, Bitcoin lebih sering berada di zona hijau pada bulan Oktober, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Secara historis, periode kuartal-IV selalu jadi periode terbaik bagi Bitcoin dibanding kuartal lainnya.
BTC masih menjadikan MA 20 hari (garis merah) sebagai level resistance sejak pertengahan September. Dalam 2 minggu terakhir, BTC masih bergerak di bawah level tersebut dan belum memperlihatkan adanya momentum kuat untuk melewatinya. Kita akan melihat pergerakan harga BTC yang sideways-bearish sampai akhirnya bisa menembus level resistance tersebut.
Sementara dari candle BTC bulanan, kita bisa melihat bahwa BTC kemungkinan akan kehilangan level support kuat di 19.700. Garis tersebut berbalik menjadi level resistance yang bisa mendorong harga BTC berlanjut turun. Posisi seperti ini juga menunjukkan BTC tengah menposisikan untuk mengalami technical breakdown dari kisaran 20.000 – 23.500, yang telah menjadi area konsolidasi Bitcoin selama empat bulan terakhir.
Menariknya, kita juga melihat hasil yang sama dari candle kuartalan. Kita bisa melihat bahwa pada kuartal II-2022, BTC mampu bertahan di level support tersebut. Namun, pada kuartal sebelumnya, titik tersebut justru berbalik menjadi titik resistance baru. Seperti sudah disebutkan pada analisis mingguan sebelumnya, level support ada di 17.500. Jika terjadi penurunan melewati level tersebut, bisa mengakibatkan penurunan signifikan menuju level support berikutnya di 14.000.
ETH saat ini diperdagangkan secara sideways. Pada grafik mingguan, kita bisa melihat ETH masih menjadikan MA 200 minggu sebagai titik support. Jika sampai titik support ini terlwati, level support berikutnya akan berada di 1.150. Indikator RSI juga telah berada di level 39 selama 2 minggu terakhir.
Pada 30 September, kita mengalami terjadinya high net outflow of exchanges. Sebelumnya, ketika mengalami hal serupa, kita bisa melihat hal tersebut menghasilkan momentum positif untuk pergerakan harga. Cadangan bursa pertukaran kini sudah turun lebih dari 60.000 BTC dalam tiga hari terakhir. Ini menjadi tanda positif. Setelah mengalami penurunan harga, kini mulai terlihat pulihnya permintaan. Ketika exchange outflow masih positif, pasokan di exchange yang masih rendah juga bisa menandakan tekanan jual yang lebih rendah oleh pasar.
📊 Bursa Pertukaran: Seiring dengan cadangan devisa bursa pertukaran yang terus terun, ini mengindikasikan tekanan jual yang rendah. Net deposit di bursa lebih tinggi dibandingkan rata-rata tujuh hari terakhir. Tingginya deposit bisa diartikan sebagai tingginya tekanan jual.
💻 Penambang: Para penambang melakukan aksi jual yang cenderung moderat dibandingkan rata-rata satu tahun. Pendapatan penambang juga berada di rentang moderat, dibandingkan rata-rata satu tahun.
🔗 On-Chain: Lebih banyak investor yang melakukan aksi jual di posisi merugi. Di tengah kondisi pasar yang tengah bearish, ini bisa menandakan market bottom. Sementara pergerakan para holders jangka panjang dalam tujuh hari terakhir juga lebih rendah dari rata-rata. Mereka memiliki motif untuk terus memegang token mereka. Investor berada di fase kapitulasi di mana mereka tengah menghadapi kerugian yang belum direalisasikan. Ini mengindikasikan turunnya motif untuk merealisasikan kerugian yang berujung pada turunnya tekanan jual.
🏦 Pasar Derivatif: Trader jangka panjang jauh lebih dominan dan mau membayar kepada para trader jangka pendek. Sentimen beli lebih dominan di pasar derivatif. Lebih banyak buy orders yang diisi oleh para takers. Seiring dengan open interest (OI) meningkat, ini menanandakan lebih banyak likuiditas, volatilitas, dan perhatian yang tertuju ke pasar derivatif. Naiknya trend OI juga dapat mendukung tren harga saat ini.
Bagikan