Industri crypto kembali dihebohkan oleh sepak terjang SEC yang baru saja menyatakan 68 aset crypto termasuk sebagai securities. Imbasnya, dua exchange besar digugat karena dianggap melanggar aturan hukum soal securities. Sebenarnya apa peran SEC dan mengapa belakangan ini SEC kerap bersinggungan dengan industri crypto? Cari tahu jawaban lengkapnya melalui artikel berikut.
SEC atau US Securites and Exchange Commission adalah lembaga pemerintah federal Amerika Serikat yang memiliki tugas untuk mengatur dan mengawasi pasar sekuritas seperti saham dan obligasi. SEC didirikan sebagai respon atas terjadinya kejadian kejatuhan pasar saham AS pada tahun 1929 yang menjadi awal kejadian The Great Depression. Tujuan utama dari SEC adalah untuk melindungi investor, menjaga keadilan dan efisiensi pasar, serta memfasilitasi pembentukan modal.
Namun, dalam satu dekade terakhir, SEC juga mulai ikut secara aktif mengawasi industri crypto. Tujuan utamanya adalah memberikan perlindungan yang sama bagi investor crypto layaknya mereka melindungi investor saham ataupun obligasi.
Seperti yang sudah disinggung, belakangan ini SEC semakin pro-aktif dalam mengawasi perkembangan industri crypto. Salah satu buah tangan SEC dalam industri crypto adalah pedoman terkait Initial Coin Offering (ICO). Alasan SEC mengeluarkan pedoman terkait ICO adalah anggapan bahwa penawaran token baru tersebut bisa tergolong ke dalam penawaran securities. Tak pelak, ini membuat SEC merasa punya wewenang yuridiksi untuk mengawasi dan menerapkan aturan terkait securities pada kegiatan ICO. Bahkan, kini SEC juga menganggap mayoritas aset crypto tergolong sebagai securities.
Di satu sisi, perusahaan ataupun komunitas crypto menganggap bahwa aset crypto tidak termasuk ke dalam kategori securities. Mereka berpendapat bahwa aset crypto lebih cocok disebut sebagai komoditas. Dalam hal ini, SEC tidak punya wewenang untuk melakukan pengawasan. Adapun, untuk pengawasan komoditas di Amerika Serikat merupakan wewenang dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC).
Perbedaan pandangan inilah yang kemudian seringkali menjadi penyebab perselisihan antara SEC dan pelaku industri crypto. Terbaru, lewat gugatan hukum ke Binance dan Coinbase, SEC telah menganggap sebanyak 68 aset crypto sebagai securities. Beberapa aset crypto yang disebut sebagai securities di antaranya memiliki kapitalisasi yang besar, sebut saja BNB, SOL, ADA, MATIC, ATOM, SAND, MANA, AXS, BUSD, dan masih banyak lagi. Mengingat gugatan SEC tersebut menyeret dua bursa pertukaran crypto besar, Binance dan Coinbase, tak pelak menyebabkan kegaduhan di industri crypto.
Selain SEC, kebijakan The Fed juga bisa berdampak terhadap industri crypto. Simak penjelasannya lengkapnya di sini
Ketua SEC Gary Gensler ketika diwawancara NY Magazine pada Februari lalu secara blak-blakan menyebut bahwa selain Bitcoin, seluruh aset crypto lainnya adalah securities. Pernyataan Gary sebenarnya tidak mempunyai kekuatan hukum, karena hanya juri di persidangan yang berhak menentukan. Namun, preseden tersebut memperlihatkan sikap Gary dan SEC yang seolah tidak mau mengakomodir kehadiran industri crypto. Gugatan terhadap Binance dan Coinbase terlihat semakin menasbihkan asumsi tersebut.
Bagi SEC sendiri, setidaknya sebanyak 68 aset crypto tergolong sebagai securities. Dalam menentukan sebuah aset termasuk ke dalam securities atau tidak, SEC menggunakan metode “Tes Howey”. Dalam Tes Howey terdapat empat kriteria, yakni (1) investasi dalam bentuk uang, (2) entitas umum, (3) ada ekspektasi keuntungan, dan (4) keuntungan didapat dari pihak lain yang dapat diidentifikasi. Jika empat kriteria tersebut dipenuhi, maka SEC akan mengategorikan aset tersebut sebagai securities.
Sebagai contoh, berikut ini adalah beberapa alasan SEC menganggap token Solana (SOL) sebagai securities. Pertama, token SOL telah dijual melalui beberapa kesempatan ICO. Kedua, Solana Labs mendapatkan jatah token SOL pada proses IPO. Ketiga, Solana Labs telah memberikan beragam pernyataan yang mengarahkan adanya peluang keuntungan bagi siapapun yang berinvestasi pada token SOL. Keempat, token SOL dapat distaking dan setiap biaya transaksi dari keuntungan tersebut akan di-burn. Kelima, mekanisme burn tersebut membuat token SOL bersifat deflationary sehingga dianggap sebagai adanya ekspektasi keuntungan.
Pelajari lebih lanjut soal Solana dan teknologinya melalui artikel Pintu Academy berikut.
Terkait dengan klaim SEC tersebut, Solana Foundation menegaskan bahwa SOL bukanlah securities. Bahkan mereka menyambut baik keterlibatan lebih lanjut dari SEC untuk mencapai kejelasan hukum dalam ruang aset digital.
“Solana Foundation sangat yakin bahwa SOL bukanlah securities. SOL adalah token asli dari blockchain Solana, sebuah proyek perangkat lunak berbasis komunitas yang kuat, open*-source*, yang bergantung pada keterlibatan pengguna dan pengembang yang terdesentralisasi untuk berkembang,” ujar Solana Fondation dalam cuitannya pada 11 Juni 2023.
Senada, Input Output Global (IOG) yang merupakan salah satu tim di balik lahirnya Cardano, menegaskan bahwa laporan SEC tersebut berisikan berbagai ketidakakuratan fakta. Mereka menyebut, dalam situasi apa pun ADA bukanlah sekuritas menurut undang-undang sekuritas AS. IOG justru membuka pintu agar pihak terkait mau berkolaborasi agar tetap menjaga kemungkinan inovasi blockchain ke depan, sembari tetap melindungi konsumen.
“Laporan SEC ini memperlihatkan kita masih mempunyai jalan yang panjang. Regulasi melalui aksi tindakan penegakan hukum tidak memberikan kejelasan atau kepastian yang menjadi hak industri blockchain dan konsumen,” ujar IOG dalam keterangan resminya.
Komunitas Crypto juga mempertanyakan keputusan dan alasan SEC menjadikan beberapa aset crypto sebagai securities. Menurut mereka, kriteria keempat pada Tes Howey tidak dapat diberlakukan pada aset crypto karena sifat aset crypto yang terdesentralisasi sehingga sulit untuk mengidentifikasi pihak ketiga yang memungkinkan terjadinya keuntungan. Selain itu, mereka juga menilai sikap dan regulasi SEC mengenai aset digital terkesan tidak jelas dan tidak konsisten. Hal ini diyakini tidak membantu pelaku industri crypto dan menyulitkan mereka dalam mencari panduan.
Lantas bagaimana nasib industri crypto ke depan dengan sikap agresif dari SEC seperti ini? Dalam jangka pendek, lanskap industri crypto Amerika Serikat adalah yang paling terkena dampaknya. Tidak menutup kemungkinan akan terjadinya delisting token-token yang dianggap sebagai securities oleh SEC tersebut. Langkah ini telah diambil oleh Robinhood yang men-delisting token SOL, ADA, dan MATIC. Sementara itu, crypto.com memutuskan untuk menutup layanan institusional mereka di AS.
Mengingat industri crypto merupakan industri global, langkah SEC ini tidak akan memengaruhi lanskap industri crypto di berbagai belahan dunia lainnya. Bahkan, Hong Kong belakangan ini terus memperlihatkan dukungannya terhadap perkembangan industri crypto. Teranyar, salah satu legislator Hong Kong justru mempersilakan Coinbase untuk membuka layanan mereka di negaranya di tengah permasalahan yang terjadi dengan SEC.
Sebenarnya, gugatan serupa juga pernah diajukan oleh SEC sebelumnya. Pada 2020, SEC sempat menuntut Ripple Labs Inc yang dianggap melakukan penjualan token XRP tanpa mendaftarkannya sebagai securities. SEC menganggap Ripple Labs mencari pendanaan dengan menjual XRP ke investor dengan iming-iming harganya akan naik. Hingga tulisan ini dibuat, kasus tersebut masih terus berlanjut di meja hijau. Artinya, gugatan teranyar yang dilakukan SEC berpotensi akan berlarut-larut juga tanpa kunjung ada kejelasan.
Sementara jika dilihat secara jangka panjang, terlepas dari hasil persidangan, setidaknya akan ada aturan yang lebih jelas terkait industri crypto. Oleh karena itu, diharapkan, perselisahan yang terjadi saat ini akan bersifat konstruktif untuk perkembangan industri crypto ke depannya. Pada akhirnya, dengan adanya transparansi dan aturan yang lebih jelas dapat membuat investor lebih percaya terhadap industri crypto.
Pintu Academy telah membuat artikel mengenai masa depan crypto di Indonesia.
Jika melihat arah kebijakan SEC di bawah kepemimpinan Gary Gensler, langkah agresif seperti gugatan hukum kemungkinan besar masih akan terus berlanjut. Pelaku industri crypto di Amerika Serikat tentu akan merasakan dampak paling nyata. Mengingat besarnya pangsa crypto di Amerika Serikat, tentu industri crypto global juga akan ikut merasakan dampaknya. Namun, jika perselisahan ini memang diperlukan untuk terciptanya lanskap industri crypto yang lebih baik ke depannya, maka kita hanya dapat berharap agar perselisahan SEC dan pelaku industri crypto AS segera menemui titik terangnya.
Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Jody Godoy, What Makes a Crypto Asset a Security in The U.S.? Reuters, diakses pada 12 Juni 2023.
Lydia Beyoud, Why the Crypto World Flinches When the SEC Calls Coins Securities, The Washington Post, diakses pada 12 Juni 2023.
Rakesh Sharma, How SEC Regs Will Change Cryptocurrency Markets, Investopedia, diakses pada 12 Juni 2023.
Katherine Ross, The SEC Allegations Against Binance: How Bad Is It? Blockworks, diakses pada 12 Juni 2023.
Jesse Coghlan, SEC Lawsuits: 68 Cryptocurrencies are Now Seen as Securities by The SEC, diakses pada 12 Juni 2023.
Andre Beganski, Solana, Cardano, Polygon Push Back Against SEC ‘Security’ Label, Decrypt, diakses pada 13 Juni 2023.
Bagikan