7 Perbedaan Investasi Crypto dan Reksadana

Update 31 Jan 2023 • Waktu Baca 5 Menit
Gambar 7 Perbedaan Investasi Crypto dan Reksadana
Reading Time: 5 minutes

Popularitas aset crypto sebagai instrumen investasi digital semakin bersaing dengan instrumen investasi tradisional seperti reksadana. Namun, setiap instrumen investasi tentunya mempunyai keunggulannya masing-masing. Lantas apa saja perbedaan crypto dan reksadana? Cari tahu jawabannya melalui artikel berikut.

Ringkasan Artikel

  • 💰 Crypto dan reksadana merupakan dua aset investasi yang sangat berbeda. Crypto merupakan mata uang digital terdesentralisasi, sementara reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi.
  • 🔀 Selain dari asetnya, crypto dan reksadana juga memiliki perbedaan dari sisi volatilitas, risiko, profit, likuiditas, kemudahan, diversifikasi, dan biaya investasi,
  • 🚨 Baik crypto dan reksadana memiliki keunggulan masing-masing, pemilihan harus disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko setiap individu.

Perbedaan Crypto dan Reksadana

Crypto dan reksadana merupakan dua instrumen investasi yang mempunyai perbedaan signifikan. Reksadana merupakan kumpulan dana investor yang dikelola manajer investasi untuk diinvestasikan dalam berbagai aset keuangan. Underlying aset yang digunakan dalam reksadana dapat berupa deposito, surat utang, hingga saham.

Sementara crypto adalah mata uang digital terdesentralisasi yang dapat berfungsi untuk menyimpan nilai. Adapun, crypto secara umum tidak memiliki underlying aset, namun dinilai dari teknologi dan kasus penggunaanya.

Selain dari underlying asetnya, crypto dan reksadana juga mempunyai beberapa perbedaan lainnya. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara crypto dan reksadana:

1. Volatilitas

Perbedaan crypto dan reksadana terletak pada tingkat volatilitas

Perbedaan yang paling mencolok antara crypto dan reksadana adalah volatilitas pergerakan harganya. Seperti yang kita tahu, crypto memiliki pergerakan harga yang sangat fluktuatif. Dalam jangka pendek, sangat memungkinkan harga crypto untuk mengalami kenaikan maupun koreksi hingga double digit.

Sementara untuk reksadana, pergerakan harganya cenderung lebih stabil, terlebih untuk kelas aset berbasis deposito dan obligasi. Sementara untuk kelas saham, besar kemungkinan untuk mengalami pergerakan harga yang lebih fluktuatif. Sekalipun begitu, pergerakan harganya cenderung tidak akan setajam pergerakan harga aset crypto.

Melakukan diversifikasi bisa menjadi salah satu cara menghadapi volatilitas pasar crypto**.** Artikel berikut bisa membantu kamu melakukan diversifikasi.

2. Risiko

Berkaitan dengan volatilitas, semakin tinggi volatilitas harga, maka semakin tinggi juga risiko dari sebuah instrumen investasi. Adapun, untuk reksadana, risikonya dapat terbagai menjadi tiga. Pertama adalah produk dengan risiko rendah, yakni reksadana pasar uang. Kedua, produk dengan risiko menengah, yaitu reksadana pendapatan tetap. Ketiga, produk dengan risiko yang tinggi, yakni reksadana saham. Perbedaan risiko pada produk reksadana bergantung pada underlying aset yang ada di dalamnya. Itulah mengapa risiko reksadana saham jauh lebih tinggi dibanding reksadana pasar uang.

Sementara untuk aset crypto, risikonya jauh lebih tinggi dibanding seluruh produk reksadana. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, harga crypto sangat mungkin untuk mengalami koreksi besar dalam jangka pendek. Belum lagi, adanya kemungkinan rug pull atau scam dari sebuah token crypto menjadikan risikonya lebih besar dibanding reksadana.

3. Profit

Bicara soal keuntungan dari investasi, maka akan sangat tergantung dengan risikonya. Sesuai dengan prinsip investasi yakni, high risk high return. Mengingat risiko antara crypto dan reksadana berbeda, maka potensi keuntungannya juga berbeda.

Potensi keuntungan yang diperoleh dari reksadana bergantung pada jenisnya. Jika reksadana pasar uang, maka imbalannya akan cenderung kecil, hanya sekitar 3-4% per tahun. Sementara reksadana pendapatan tetap, sedikit lebih besar di kisaran 5-6% per tahun. Lalu, untuk reksadana campuran dan saham, keuntungannya bisa mencapai lebih dari 10% per tahun.

Sedangkan untuk keuntungan aset crypto, angka keuntungan reksadana saham dalam setahun, bisa dicapai hanya dalam hitungan hari, atau bahkan jam. Terlebih ketika pasar crypto tengah berada dalam fase bull run seperti 2020-2021 silam. Keuntungan yang diperoleh dari aset crypto sangat mungkin mencapai puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan persen.

Lewat artikel berikut, kamu bisa mengenal dan mempelajari lebih jauh soal berbagai strategi ketika berinvestasi crypto.

4. Likuiditas

Perbedaan selanjutnya antara crypto dan reksadana terletak pada likuiditasnya. Crypto merupakan aset yang jauh lebih likuid jika dibandingkan dengan reksadana. Investor crypto dapat melakukan penjualan aset yang dipegang secara mudah dan cepat karena pasar crypto yang beroperasi selama 24 jam non-stop setiap harinya.

Sementara untuk reksadana, proses penjualannya tidak seinstan crypto. Kebanyakan produk reksadana setidaknya memerlukan waktu penjualan selama 2-3 hari kerja, dan tidak bisa melakukan transaksi di hari libur. Saat ini, baru terdapat beberapa produk reksadana pasar uang yang menawarkan fitur instan redemption, alias bisa dijual secara instan.

5. Kemudahan

Perbedaan lain reksadana dan crypto adalah terkait kemudahan. Pada reksadana, terdapat peran manajer investasi yang membantu dalam pengelolaan portofolio. Tugas dari manajer investasi adalah meracik portofolio produk reksadana dengan melakukan pembelian dan penjualan aset agar bisa mendapatkan imbal hasil yang paling optimal. Jadi, dengan berinvestasi pada reksadana, investor bisa duduk manis, lalu membiarkan manajer investasi bekerja.

Sementara ketika berinvestasi pada aset crypto, investor harus melakukan semuanya sendirian. Kinerja portofolio akan ditentukan oleh kepiawaian investor dalam mengatur dan menerapkan strategi investasi. Investor crypto harus aktif dalam mengambil keputusan investasi, seperti kapan waktunya merealisasikan keuntungan, melakukan cut loss, menambah posisi, hingga melakukan penggantian aset.

Bingung mau pilih aset crypto yang mana untuk dibeli? Artikel berikut bisa membantu kamu dalam memilih aset crypto.

6. Diversifikasi

Diverifikasi merupakan salah satu faktor perbedaan crypto dan reksadana

Diversifikasi menjadi faktor lain yang membedakan crypto dan reksadana. Reksadana secara karakteristik merupakan kumpulan dari berbagai aset. Misalnya, di dalam produk reksadana saham akan terdapat berbagai macam saham perusahaan. Dengan demikian, investor sudah melakukan diversifikasi secara otomatis ketika membeli sebuah reksadana.

Sementara untuk crypto, setiap pembelian hanya berlaku untuk satu aset crypto saja. Misalkan, investor membeli BTC, maka aset yang diperoleh hanya BTC. Jadi, jika ingin melakukan diversifikasi pada aset crypto, investor harus melakukan secara manual dengan banyak melakukan pembelian aset secara terpisah.

7. Biaya Investasi

Perbedaan antara crypto dan reksadana juga terletak pada biaya investasinya. Ketika hendak membeli produk reksadana, setiap manajer investasi masing-masing mempunyai batas minimal pembelian. Ada produk yang dapat dibeli dengan nominal minimal Rp 10.000, Rp 50.000, hingga Rp 100.000. Sementara untuk aset crypto, nominal pembeliannya jauh lebih murah, beberapa platform mematok minimal nominal pembelian hanya Rp 10.000 untuk seluruh jenis aset crypto.

Selain itu, terdapat biaya tambahan yang harus dibayarkan ketika melakukan pembelian reksadana. Ada biaya untuk manajer investasi, bank kustodian. Sementara untuk crypto, biaya tambahan hanya sebatas biaya transaksi saja.

Pilih Crypto atau Reksadana?

Sebenarnya, crypto dan reksadana merupakan instrumen investasi yang berdeda sehingga tidak bisa dibandingkan mana yang lebih baik. Pasalnya, hal tersebut akan tergantung pada kebutuhan dan profil risiko masing-masing investor.

Keuntungan berinvestasi reksadana adalah pilihan risiko yang bermacam-macam. Jadi, investor bisa memilih berbagai produk yang dirasa sesuai dengan profil risiko, apakah itu konservatif, moderat, atau agresif. Selain itu, keuntungan berinvestasi reksadana adalah adanya manajer investasi yang bisa membantu pengelolaan portofolio reksadana.

Sementara bagi investor yang mempunyai profil risiko sangat agresif dan siap mengahadapi fluktuasi harga yang tajam, maka crypto bisa menjadi pilihan investasi. Pasalnya, keuntungan berinvestasi crypto adalah potensi profit yang bisa jauh mengungguli kinerja produk reksadana. Crypto juga mempunyai lebih banyak pilihan aset jika dibandingkan reksadana.

Pelajari lebih lanjut soal crypto dan ekosistem pendukungnya melalui artikel berikut.

Investasi Crypto di Pintu

Setelah mengetahui perbedaan antara crypto dan reksadana, mungkin kamu tertarik untuk mencoba membeli aset crypto. Di Pintu, kamu bisa melakukan pembelian aset crypto seperti BTC, BNB, ETH, dan yang lainnya secara aman dan mudah. Aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu.

Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Adam Hayes, Mutual Funds: Different Types and How They Are Priced, Investopedia, diakses pada 27 Januari 2023.

Matt Hussey, What is Crypto?, Decrypt, diakses pada 27 Januari 2023

Penulis:Hikma Dirgantara

Beri nilai untuk artikel ini

Penilaian kamu akan membantu kami.

Apa yang kamu tidak suka?

Apakah ada saran untuk artikel ini?

Terima kasih untuk masukanmu!Tutup
Masukan gagal terkirim. Silakan coba lagi.Tutup

Bagikan