Dalam berinvestasi crypto, investor sebaiknya tidak mengambil keputusan secara sembarangan atau sekadar ikut-ikutan tren yang sedang ramai. Diperlukan sebuah strategi guna menghasilkan cuan seperti yang diharapkan. Biasanya, strategi investasi crypto jangka panjang lebih mudah dipelajari dan diterapkan.
Mengatur dan menerapkan strategi investasi crypto merupakan hal yang penting karena akan membantu kamu mencapai tujuan investasi sekaligus menghindari risiko investasi crypto. Artikel ini akan memaparkan jenis-jenis strategi investasi crypto yang perlu kamu ketahui sebelum memilih crypto untuk investasi.
Ketika baru memulai investasi, biasanya kebanyakan orang akan merasa kebingungan untuk mengambil langkah pertama. Pertanyaan seperti, mulai dari mana? Aset apa yang harus dibeli? Berapa banyak dana yang perlu diinvestasikan? Kapan sebaiknya melakukan pembelian? Selalu timbul di benak ketika kita hendak memulai investasi. Jika tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup, bukan tidak mungkin keputusan yang diambil hanya ikut-ikutan atau sebatas mengikuti saran secara membabi buta.
Oleh karena itu, dengan menyiapkan strategi investasi crypto, kita sebagai investor akan mempunyai pakem dalam memilih aset dan menjalankan investasi. Dengan mempunyai strategi investasi crypto, investor bisa mengetahui aset crypto yang paling sesuai, kapan waktu pembelian yang tepat, hingga cara mengoptimalkan potensi imbal hasil yang didapat. Selain membantu mengoptimalkan potensi imbal hasil yang didapat, mempunyai strategi memilih crypto untuk investasi akan membantu kamu menjauhi risiko investasi crypto.
💡 Tapi perlu diingat, strategi investasi masing-masing individu bisa jadi akan berbeda. Ada strategi investasi crypto jangka panjang dan strategi investasi crypto jangka pendek. Jadi, sebaiknya pilih strategi yang dirasa sesuai dengan karakteristik dan tujuan investasi kamu.
Nah, berikut beberapa jenis-jenis strategi investasi crypto yang bisa kamu terapkan ketika memilih crypto untuk investasi:
Dollar Cost Averaging (DCA) adalah sebuah metode investasi dengan cara menginvestasikan sejumlah dana secara berkala terlepas dari pergerakan harga aset. Artinya, investor akan tetap melakukan aksi beli walaupun harga aset sedang naik maupun turun. Umumnya, DCA digunakan sebagai strategi investasi crypto jangka panjang. Metode DCA sendiri tidak hanya bisa diterapkan di aset crypto, melainkan aset lainnya seperti saham, obligasi, maupun emas.
Lewat DCA, investor bisa mengurangi risiko investasi crypto dari naik-turunnya harga aset seiring aksi pembelian dilakukan pada interval waktu yang berbeda. Alhasil, investasi yang dilakukan akan berlaku pada harga beli rata-rata, bukan secara lump sump atau membeli secara langsung pada satu harga.
Secara karakteristik, strategi investasi DCA sangat cocok bagi investor pemula maupun yang berinvestasi secara jangka panjang. Selain bisa mendapatkan harga rata-rata yang lebih rendah, melalui DCA umumnya investor juga akan lebih tenang ketika menghadapi pergerakan pasar crypto yang sangat fluktuatif. Di satu sisi, metode ini sekaligus bisa mengurangi risiko pembelian aset di saat yang tidak tepat.
Lebih lanjut, metode DCA juga bisa membantu kamu lebih disiplin dalam menjalankan investasi seiring lantaran waktu dan nominal pembelian sudah teratur. Terlebih, dengan pembelian secara teratur, risiko berinvestasi karena emosi juga akan terminimalisir.
Strategi investasi crypto berikutnya yang bisa digunakan adalah Buy The Dip (BTD). Sebenarnya, BTD merupakan ungkapan yang sering digunakan oleh investor crypto untuk melakukan pembelian ketika harga sedang turun dan berada dalam titik terendahnya.
Ketika harga aset crypto berada di titik terendahnya, maka momen ini dianggap sebagai harga yang sedang “diskon” karena diekspektasikan harganya akan kembali naik di masa depan. Dengan demikian, strategi BTD dianggap menguntungkan lantaran membuat investor bisa membeli atau menambah posisi di harga yang murah.
Terkadang, BTD juga bisa dipadupadankan dengan strategi DCA. Umumnya, investor yang berada di posisi merugi, akan menambah posisinya dengan cara BTD. Langkah ini dilakukan untuk membuat harga rata-rata pembelian asetnya jauh lebih rendah lagi.
Namun, BTD sendiri bukan tanpa risiko. Pasalnya, tidak ada seorang pun yang bisa memperkirakan pergerakan pasar. Alhasil, tidak ada yang tahu secara pasti di mana titik terendah untuk melakukan BTD. Belum lagi, tidak ada jaminan bahwa ketika mencapai titik terendahnya, harga aset bisa berbalik menguat. Bisa saja harga semakin turun dan tidak akan menguat dalam waktu dekat.
Mengenal lebih jauh strategi buy the dip dalam berinvestasi crypto
Sama halnya dengan investasi pada umumnya, pepatah ‘jangan taruh telur dalam satu keranjang’ juga berlaku ketika berinvestasi aset crypto. Jika ingin menerapkan strategi investasi crypto jangka panjang, diversifikasi aset merupakan hal yang sebaiknya kamu lakukan. Tujuan utama dari melakukan diversifikasi aset adalah untuk mengurangi risiko kerugian investasi ketika asetnya memiliki kinerja yang buruk.
Jika kamu tidak melakukan diversifikasi dan justru menempatkan seluruh modal pada satu aset, ketika aset tersebut harganya turun dalam, maka kerugian yang dialami akan besar. Dengan menyebar modal tersebut ke beberapa aset crypto, ketika satu aset berkinerja buruk, maka akan ada aset lainnya yang menjaga agar kerugian tidak terlalu besar. Bahkan, jika seluruh aset yang dimiliki memiliki kinerja yang positif, maka keuntungan yang kamu peroleh bisa lebih besar dibandingkan dengan memiliki satu aset saja.
Walau begitu, jangan sampai kamu justru terjebak dengan terlalu banyak melakukan diversifikasi. Hal tersebut dapat berujung pada investor jadi memegang terlalu banyak aset, yang artinya bisa mendorong semakin banyak aset yang berpotensi underperformed dan akhirnya berujung pada kerugian yang lebih besar.
Adapun, untuk jumlah aset crypto yang dimiliki dan besaran pembagian porsi masing-masing aset harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor. Misalnya, jika berprofil agresif dan bisa menoleransi risiko yang besar, maka bisa memperbesar porsi aset crypto yang lebih risky. Namun, jika konservatif dan tidak bisa menoleransi risiko yang besar, maka porsi aset crypto yang pergerakannya relatif tidak sevolatile aset crypto lainnya, misalnya Bitcoin, bisa diperbanyak.
Strategi lain yang bisa digunakan untuk mendulang cuan di aset crypto adalah memanfaatkan staking. Adapun, staking aset crypto merupakan sebuah proses di mana investor menyimpan asetnya ke dompet digital untuk mendukung proses validasi traksaksi sebuah jaringan proof-of-stake (PoS). Dalam proses staking ini, kamu tidak memerlukan alat ekstra seperti ketika melakukan mining.
Secara sederhana, konsep staking mirip dengan deposito, yakni aset yang dimiliki investor akan dikunci pada periode waktu tertentu. Tapi, beberapa layanan staking memungkinkan pengguna untuk menarik dananya sewaktu-waktu. Nantinya, investor akan mendapat imbal hasil berupa bunga dari aset yang dikunci tadi setiap harinya. Sementara untuk besaran imbal hasilnya, tergantung dari masing-masing aset.
Jika kamu tertarik untuk melakukan staking, perlu diingat bahwa aset yang menawarkan layanan ini hanyalah blockchain yang menggunakan mekanisme konsensus berbasis PoS, contohnya Solana, Cardano, atau Cosmos. Ketika hendak mencoba melakukan staking, jangan lupa untuk tetap melakukan riset tentang fundamental token tersebut.
Walau terdengar mudah dan menguntungkan, bukan berarti staking bebas dari risiko.Seiring harga crypto sangat fluktuatif, maka selalu ada kemungkinan harganya akan turun drastis. Jika hal tersebut terjadi, tidak menutup kemungkinan imbalan yang diperoleh tidak menutup kerugian tersebut. Belum lagi, koin akan terkunci selama periode tertentu sehingga kamu tidak bisa akan melakukan apapun dalam rentang waktu tersebut.
💡 Jika kamu tertarik menjajal layanan staking, Pintu menghadirkan fitur Staking PTU yang memungkinkan pengguna untuk memperoleh berbagai imbalan dengan mengunci aset di PTU di Pintu. Semakin besar jumlah PTU yang di-stake, maka semakin besar juga imbalan yang bisa didapat. Sebagai contoh, jika melakukan staking sebanyak 100 token PTU, maka kamu akan mendapatkan APR sebesar 7% yang akan kamu terima setiap harinya.
Berikutnya, strategi investasi crypto lainnya adalah dengan memiliki aset crypto blue chip. Sebenarnya istilah blue chip sudah lebih dahulu populer di pasar saham. Istilah ini di mengacu pada saham yang bernilai tinggi lantaran berasal dari perusahaan yang besar, stabil secara finansial, dan sudah teruji kualitasnya dari waktu ke waktu. Alhasil saham ini menjadi pilihan banyak investor ritel maupun institusi.
Sementara untuk aset crypto, definisi blue chip tersebut sebenarnya masih mempunyai makna yang sama. Umumnya, token dengan kapitalisasi yang masuk lima besar bisa disebut sebagai crypto bluechip. Hal ini membuat aset crypto seperti Bitcoin dan Ethereum dipandang sebagai blue chip di antara aset crypto lainnya.
Keduanya disebut sebagai blue chip lantaran dianggap mempunyai rekam jejak yang panjang, reputasi besar dari para pendirinya, mempunyai fundamental yang solid seperti pengembangan projek yang jelas, hingga likuiditas dan kapitalisasi pasar yang besar. Di sisi lain, masuknya investor institusional seperti MicroStrategy, Galaxy Digital Holdings, Voyager Digital Ltd, Tesla, Block, dsb, ke aset-aset tadi semakin menasbihkannya sebagai crypto blue chip.
Dengan berinvestasi di aset crypto bluechip, salah satu yang bisa diharapkan adalah pergerakannya cenderung tidak terlalu fluktuatif. Hal ini membuat berinvestasi di crypto blue chip dari sisi risiko jauh lebih terukur. Ditambah lagi, dengan likuiditas yang besar, membuatnya mudah untuk dijual sewaktu-waktu. Selain itu, dengan nama besar dan rekam jejak yang sudah terbukti dari crypto blue chip, kemungkinan adanya rug pull atau scam juga jauh lebih kecil.
Setelah mengetahui berbagai strategi yang bisa digunakan dalam memilih crypto untuk investa, sebaiknya kamu juga mengetahui risiko investasi crypto. Risiko utama investasi crypto adalah harganya yang sangat volatile. Jadi, dalam satu hari, kamu bisa saja meraih keuntungan puluhan persen, tapi pada hari lainnya, kerugiannya juga bisa mencapai puluhan persen.
Jadi, dengan mengimplementasikan jenis-jenis strategi investasi crypto yang telah disebutkan, harapannya risiko bisa jauh lebih terukur. Akan tetapi, terdapat juga hal-hal lain yang sebaiknya kamu hindari ketika berinvestasi di aset crypto. Jika berhasil meminimalisir risiko lewat kombinasi strategi investasi crypto sekaligus menghindari hal-hal ini, niscaya kinerja portofolio investasi kamu bisa jauh lebih optimal.
Perasaan FOMO atau fear of missing out adalah salah satu risiko investasi crypto karena menjadi penyebab berantakannya kinerja portofolio investasi. FOMO sendiri merupakan istilah yang mengacu rasa ketakutan ketinggalan tren. Jika sampai terkena FOMO, keputusan investasi bisa jadi hanya sebatas ikut-ikutan agar tidak ketinggalan tren. Keputusan investasi yang tidak melalui riset mendalam, ketelitian, dan kehati-hatian sangat berisiko berujung kerugian.
Sementara FUD atau (fear, uncertainty, and doubt) adalah istilah tiga taktik misinformasi yang kerap digunakan di pasar crypto yang bertujuan membuat investor tidak membeli aset. Jika sampai terkena FUD, bisa saja kamu jadi merasa ketakutan dan bingung lantaran adanya informasi negatif tentang sebuah aset. Padahal, informasi yang beredar tersebut sejatinya tidak benar dan bisa membuat kamu kehilangan kesempatan.
FOMO dan FUD sangat mudah untuk dihindari, trik paling mudah yang bisa dilakukan adalah dengan rajin membaca dan melakukan riset dari berbagai narasumber. Semakin banyak informasi yang kamu dapat, bisa membuat pengambilan keputusan jadi jauh lebih netral dan objektif.
Mengenal lebih jauh soal FOMO serta psikologi dalam berinvestasi pada aset crypto
Selain menghindari FOMO dan FUD, dalam berinvestasi di aset crypto, sebaiknya kamu juga menghindari terlambat mengambil keuntungan. Prinsip ini sangat berguna bagi investor jangka pendek atau menengah. Maklum, pasar crypto memiliki pergerakan yang sangat fluktuatif.
Oleh karena itu, sebisa mungkin kamu memanfatkan momentum pasar crypto yang sedang berada dalam tren kenaikan. Jadi, ketika kinerja aset sudah menguat, jangan lupa untuk mengambil keuntungan investasimu. Jangan sampai, kamu justru kehilangan seluruh keuntungan hanya karena menunggu harga untuk naik lebih tinggi lagi.
Tentukan berapa persentase yang akan kamu ambil dari total keuntunganmu atau ambil semua modal awal yang sudah kamu investasikan.
Setelah memahami jenis-jenis strategi investasi crypto, berikutnya kamu bisa belajar investasi crypto sekaligus memilih crypto untuk investasi seperti BTC, ETH, dan yang lainnya melalui aplikasi Pintu. Melalui Pintu, kamu dapat berinvestasi beragam aset crypto sekaligus melakukan transaksi dengan cara yang aman dan mudah.
Selain itu, aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Bagikan