Peristiwa halving menjadi salah satu katalis yang ditunggu-tunggu karena diharapkan bisa membawa harga Bitcoin mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan dengan berkurangnya pasokan Bitcoin setelah halving, persepsi kelangkaan akan Bitcoin bisa menjadi katalis positif untuk harga Bitcoin. Lantas, apakah selama ini peristiwa halving berkorelasi dengan harga Bitcoin? Cari tahu jawabannya melalui artikel berikut.
Bitcoin halving adalah peristiwa saat imbalan (block reward) yang didapatkan oleh penambang Bitcoin dipotong setengahnya. Peristiwa halving terjadi setiap 210,000 blok atau kurang lebih empat tahun sekali. Ide di balik adanya halving adalah untuk membatasi pasokan dan memperlambat kecepatan Bitcoin baru masuk ke pasar (menghambat inflasi terhadap BTC). Dengan berkurangnya pasokan, namun permintaan tetap tinggi, diharapkan harga BTC bisa terus menguat secara jangka panjang.
Secara historis, pasca Bitcoin halving, harga BTC memang mengalami kenaikan. Membuktikan bahwa berkurangnya pasokan Bitcoin bisa memicu kenaikan harga. Sejauh ini, Bitcoin halving telah terjadi sebanyak tiga kali sejak Bitcoin pertama kali diluncurkan pada 2009. Halving terakhir terjadi pada 11 Mei 2020.
Halving Ke | Tanggal Halving | Lama Menuju Halving Berikutnya | Jumlah Block | Imbalan Penambang | Kenaikan Harga BTC* | Periode Uptrend |
#1 | 28 Nov 2012 | 1.318 Hari | 210.000 | 25 BTC Per Block | 9.594% | 369 Hari |
#2 | 9 Jul 2016 | 1.401 Hari | 420.000 | 12,5 BTC Per Block | 3.012% | 526 Hari |
#3 | 11 Mei 2020 | 1.427 Hari | 630.000 | 6,25 BTC Per Block | 652% | 538 Hari |
#4 | 6 Apr 2024 | ??? | 840.000 | 3,125 BTC Per Block | ??? | ??? |
Merujuk dari perkiraan terbaru, Bitcoin halving keempat akan terjadi pada 6 April 2024 mendatang. Nantinya, imbalan yang diperoleh penambang dari setiap penerbitan Bitcoin baru akan dipangkas menjadi 3,125 BTC.
Seperti yang sudah disebutkan di awal, peristiwa halving terjadi setiap 210.000 block. Data historis memperlihatkan terdapat tiga fase dalam satu siklus halving yang terjadi setiap 70.000 block. Nyatanya, siklus tersebut selalu terulang dalam tiga perisitiwa halving terakhir. Ketiga fase tersebut adalah parabolic uptrend (harga menguat), large drawdown (harga turun), dan consolidation (harga konsolidasi). Terjadinya siklus tersebut tidak terlepas dari persepsi orang yang melihat Bitcoin menjadi lebih langka seiring dengan berkurangnya pasokan BTC.
Setelah peristiwa halving, 70.000 block awal Bitcoin akan berada di fase parabolic uptrend. Pada fase ini, harga Bitcoin berada dalam tren penguatan. Penguatan tersebut dikaitkan dengan pasokan Bitcoin yang berkurang. Namun, faktor lainnya yang tak kalah penting adalah keberadaan penambang Bitcoin.
💡 Para penambang merupakan peserta pasar yang dianggap paling bullish. Hal ini dikarenakan mereka menyimpan Bitcoin hasil penambangan mereka sebanyak mungkin. Sementara Bitcoin yang dijual akan sesedikit mungkin, sebatas untuk menutup biaya operasi.
Lantas mengapa keberadaan penambang Bitcoin bisa memengaruhi harga BTC? Berkurangnya pasokan Bitcoin pasca halving akan menyulitkan para penambang yang kurang efisien. Dengan berkurangnya pendapatan sementara biaya operasional tetap tinggi, beberapa harus menutup operasinya. Seiring dengan berkurangnya jumlah penambang, hash rate juga akan turun. Hal ini membuat hanya penambang dengan tingkat efisiensi tinggi yang bisa menambang blok baru. Alhasil, mereka bisa mendapatkan market share dan keuntungan yang lebih besar. Di saat bersamaan, mereka juga tidak perlu menjual seluruh hasil penambangan, yang pada akhirnya mengurangi tekanan jual di pasar.
Bersamaan dengan kenaikan harga BTC pasca berkurangnya pasokan, akan semakin banyak investor yang melakukan aksi beli untuk memanfaatkan momentum. Di saat bersamaan, tekanan jual dari para penambang juga berkurang. Inilah yang terjadi pada periode 2012 dan 2016 di mana 70.000 block awal pasca halving berada pada fase parabolic uptrend dan bergerak menguat.
Seiring dengan kenaikan harga Bitcoin, keuntungan menjadi penambang Bitcoin juga meningkat. Imbasnya, industri penambangan Bitcoin menjadi sangat kompetitif karena banyak yang berminat menjadi penambang. Hal tersebut pada akhirnya ikut membuat hash rate kembali naik lagi. Namun, tingginya tingkat partisipasi tersebut tidak diiringi dengan ketersediaan peralatan mining.
Ketatnya persaingan penambang, hash rate yang kembali tinggi, serta jumlah imbalan yang mengecil membuat tingkat keuntungan yang diperoleh penambang juga mengecil. Hal ini meningkatkan tekanan jual karena penambang memerlukan dana untuk menutup biaya operasional. Di saat bersamaan, aksi beli bisa sewaktu-waktu berkurang karena harga BTC dianggap sudah terlalu tinggi.
Setelah fase parabolic uptrend di mana Bitcoin selalu menembus all time high baru, harga BTC kemudian terkoreksi. Dua siklus sebelumnya telah memperlihatkan fase large drawdown ketika permintaan terhadap BTC mulai hilang, sementara pasokan BTC bertambah imbas aksi jual dari penambang dan investor yang take profit.
Dinamika tersebut dapat dilihat melalui indikator Puell Multiple yang dihitung berdasarkan nilai penerbitan Bitcoin harian dalam dolar AS dibagi dengan MA 365-hari dari nilai penerbitan harian. Jika indikator tersebut memperlihatkan permintaan meningkat pesat, diiringi kenaikan harga yang terlalu tinggi dan cepat, maka harga tersebut justru tidak akan bertahan lama. Terlihat pada grafik di atas ketika Puell Multiple mengalami kenaikan signifikan, harga BTC tak bertahan lama dan kemudian langsung turun. Titik puncak puell multiple bisa menjadi penanda fase large drawdown.
Jika dilihat dari data historis, setelah halving pertama, BTC berada di fase large drawdown dari 2 Desember 2013 (level ATH siklus halving pertama) hingga 18 Januari 2015 (level bottom siklus halving kedua), atau selama 412 hari. Lalu, pada periode halving kedua, fase large drawdown terjadi selama 375 hari, yakni dari 17 Desember 2017 (level ATH siklus halving kedua) hingga 27 Desember 2018 (level bottom siklus halving kedua).
Setelah mengalami penurunan, pada 70.000 block terakhir sebelum halving berikutnya, Bitcoin akan mencari titik equilibrium yang baru. Selama fase consolidation tersebut, harga BTC akan bergerak di atas bottom dari periode bearish, namun di bawah level all time high dari periode bullish. Pada fase ini, harga BTC akan bergerak sideways sampai akhirnya memasuki fase bullish pada halving berikutnya. Pada dua siklus sebelumnya, Bitcoin melanjutkan pergerakan sideways selama 200 hari (2015) dan 100 hari (2019).
Analis on-chain dan siklus Bitcoin @therationalroot melakukan analisis dan menemukan bahwa pada 6 April 2023, proses menuju halving keempat telah mencapai 73%. Salah satu implikasi penting dari analisis tersebut adalah harga BTC telah melewati titik macro bottom dari masing-masing siklus halving. Pada tahun 2015, level bottom BTC saat itu adalah US$ 164, dan empat tahun berikutnya titik bottom ada di level US$ 3.184. Jika siklus serupa tidak berubah, maka pada fase kali ini, level US$ 15.945 pada 21 November 2022 akan menjadi titik bottom BTC.
Jika melihat grafik di atas, pasca mencapai titik bottom, harga BTC kemudian mengalami penguatan. Tak lama kemudian BTC mengalami koreksi seperti yang terlihat pada lingkaran hijau. Secara pola, lingkaran hijau merupakan periode koreksi sebelum terjadinya halving sehingga memberikan kesempatan beli yang menjanjikan. Namun, semua ini hanya berupa data historis yang tidak bisa mencerminkan pergerakan harga ke depan.
Kembali ke 2023, pada tanggal 1 April, BTC mencetak sejarah dengan ditutup di atas macro downtrend untuk ketiga kalinya. Macro downtrend adalah resistensi diagonal yang menjaga harga turun selama beberapa bulan dari all-time high (ATH) sebelumnya ke bottom bear market. Secara historis, penutupan bulanan berada di atas garis downtrend ini akan diikuti oleh macro uptrend jangka menengah hingga panjang.
Pada tahun 2019, BTC mengalami pertumbuhan berkelanjutan selama tiga bulan setelah penutupan bulanan hingga mencapai local top di US$ 13.900 pada Juni 2019. Menariknya, downside wick pada Maret 2020 menguji ulang titik harga yang sama, yang akan diuji ulang oleh BTC sebagai support jika BTC langsung turun setelah breakout.
Pada tahun 2015, pengujian ulang jangka pendek diperlukan bagi BTC untuk membalikkan macro downtrend dari resistensi lama ke support baru. Dalam kedua kasus tersebut, breakout diikuti oleh pertumbuhan jangka panjang. Perlu diingat juga bahwa semua ini bukan berarti harga BTC hanya akan terus bergerak menguat ke depannya. Pasalnya, ada kemungkinan harga BTC kembali bergerak sideways layaknya pada 2015 dan 2019.
Semua data yang ada di atas merupakan data historis yang tidak dapat merefleksikan pergerakan harga ke depan. Tak ada jaminan hal serupa akan terulang di masa depan. Kendati begitu, tak ada salahnya mempelajari data-data tersebut, karena selalu terdapat kemungkinan pola yang sama akan berulang. Jika benar demikian, mempelajari pergerakan harga BTC sebelum dan sesudah halving bisa membantumu dalam menyiapkan strategi investasi yang lebih baik
Jika kamu tertarik membeli Bitcoin, kamu bisa mulai membelinya di aplikasi Pintu. Berikut cara membeli BTC pada aplikasi Pintu:
Selain BTC, kamu juga bisa berinvestasi pada berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Dyan Leclair, Why the Bitcoin Price Will Continue Going Parabolic? Bitcoin Magazine, diakses pada 11 April 2023.
Jakub Dziadkowiec, Bitcoin Halving Is 65% Completed. Is This Signal of BTC Cycle Bottom? Bein Crypto, diakses pada 11 April 2023.
Samuel Wan, Bitcoin halving pattern suggests price will cross above higher, realized value. Crypto Slate, diakses pada 11 April 2023.
Bagikan