
Di tahun 2025, teknologi Decentralized Finance telah berkembang pesat dan mulai diadopsi oleh berbagai sektor bisnis secara global. Tak lagi terbatas pada komunitas kripto, DeFi kini digunakan oleh berbagai perusahaan sebagai solusi finansial yang lebih cepat, transparan, dan bebas perantara. Dengan memanfaatkan blockchain dan smart contract, DeFi memungkinkan otomatisasi transaksi yang efisien dan akses keuangan yang lebih inklusif.
Berikut ini adalah 5 sektor bisnis yang paling cepat mengadopsi DeFi di tahun 2025, lengkap dengan contoh, data statistik, dan tren teknologi terbaru.
🏦 Financial Services – Tokenisasi Aset Nyata Kian Masif
Layanan keuangan menjadi sektor pelopor DeFi lewat integrasi tokenisasi aset nyata (RWA) seperti obligasi pemerintah. Protokol seperti MakerDAO telah men-tokenisasi hingga US$1 miliar (~Rp16,6 triliun) dalam bentuk surat utang AS, dengan eksposur RWA menyentuh US$948 juta (~Rp15,7 triliun) atau 14% dari total cadangan mereka.
💼 Investment Management – Institusi Tradisional Masuk ke DeFi
Raksasa investasi seperti BlackRock dan Grayscale memperluas eksposurnya ke aset kripto. Portofolio crypto BlackRock menembus US$100 miliar (~Rp1.658 triliun), sementara produk iShares Bitcoin Trust (IBIT) kelola AUM US$93 miliar (~Rp1.544 triliun). Grayscale melalui GBTC mengelola US$18,47 miliar (~Rp306 triliun) dan indeks “Crypto Sectors” senilai US$3 triliun.
💸 Payments – Stablecoin Diserbu untuk Transaksi Global
Transaksi lintas negara dengan stablecoin melonjak. Volume global tahunan capai US$15,6 triliun (~Rp274,7 kuadriliun), dengan Nigeria mencatat US$22 miliar dalam setahun. Di Argentina, 61,8% transaksi crypto gunakan stablecoin untuk lindung nilai inflasi. Di Afrika Sub-Sahara, kontribusinya mencapai 43% volume transaksi crypto.
🖥️ Technology Providers – DePIN & EigenCloud Catat Kapitalisasi Rp829 Triliun
Proyek DePIN seperti EigenCloud mencatat kapitalisasi US$417 juta (~Rp6,9 triliun) dan volume harian US$114 juta (~Rp1,8 triliun). Investor seperti a16z suntikkan US$70 juta untuk ekspansi. Total kapitalisasi pasar DePIN tembus US$50 miliar (~Rp829 triliun) dan diprediksi mencapai US$3,5 triliun (~Rp58.000 triliun) pada 2028.
🎮 GameFi & Metaverse – Ekonomi Game Digital Meledak 32%
Ekosistem play-to-earn melalui NFT dan DeFi tumbuh pesat. Volume transaksi GameFi mencapai US$4,7 miliar (~Rp77,9 triliun) di Q3 2025, naik 32% dari kuartal sebelumnya. Proyek seperti Axie Infinity, The Sandbox, dan Illuvium memungkinkan pemain menghasilkan crypto dari aktivitas game.
Sektor keuangan menjadi yang terdepan dalam adopsi DeFi, dengan platform seperti Aave, Compound, dan MakerDAO menyediakan layanan pinjam‑meminjam, simpanan, dan stablecoin secara terdesentralisasi. Data dari DeFiLlama menunjukkan bahwa Total Value Locked (TVL) dalam seluruh protokol DeFi – meskipun belum diverifikasi ke seluruh detail – mencatat angka signifikan yang mencerminkan adopsi yang meningkat dalam ekosistem finansial baru.
Lebih spesifik lagi, tokenisasi aset nyata (RWA) menjadi jembatan konkret antara keuangan tradisional dan DeFi. MakerDAO sendiri mengumumkan program untuk men‑tokenisasi hingga US$1 miliar (~Rp16,6 triliun) dalam surat utang AS sebagai bagian dari strategi cadangannya, menurut laporan dari CoinDesk. Dalam laporan lain, tercatat bahwa MakerDAO memiliki eksposur RWA sekitar US$948 juta (~Rp15,7 triliun), yang mencakup sekitar 14 % dari total aset cadangannya per Juni 2025.
Dengan langkah‑langkah tersebut, sektor keuangan menunjukkan bahwa DeFi bukan sekadar hype, melainkan model operasional yang mulai dijalankan di skala institusional. Tokenisasi obligasi, surat utang, even komersial maupun pemerintah, memungkinkan aset tradisional untuk masuk ke jaringan crypto secara aman dan lebih terjangkau bagi berbagai pihak.
Integrasi ini juga membuka ruang bagi lembaga keuangan dan investor yang dulunya enggan masuk ke dunia kripto, kini mulai mempertimbangkan model DeFi berkolaborasi dengan regulasi dan aset berjangka nyata sebagai salah satu pilar diversifikasi portofolio. Sektor layanan keuangan, melalui kolaborasi dengan protokol DeFi dan tokenisasi RWA, menjadi pintu gerbang perubahan besar dalam cara kita memandang aset dan keuangan digital.
Di tahun 2025, sektor manajemen investasi tradisional menunjukkan perubahan signifikan dengan mulai mengadopsi teknologi decentralized finance (DeFi) secara aktif. Tak hanya startup atau proyek kripto murni, kini institusi raksasa seperti BlackRock dan Grayscale turut terjun ke dalam ekosistem aset digital. Perpaduan antara pengelolaan dana konvensional dan teknologi blockchain ini menjadi salah satu motor penggerak utama transformasi finansial global.
Menurut laporan The Economic Times, pada kuartal ketiga 2025, BlackRock dilaporkan memiliki portofolio kripto senilai lebih dari US$22,46 miliar atau sekitar Rp372 triliun dalam waktu hanya tiga bulan. Total eksposur mereka ke aset kripto telah menembus angka US$100 miliar (sekitar Rp1.658 triliun) per pertengahan 2025. Produk unggulan mereka, iShares Bitcoin Trust (IBIT), bahkan mengelola dana hingga US$93 miliar (sekitar Rp1.544 triliun) per Oktober 2025 menurut data resmi dari BlackRock.
Sementara itu, Grayscale Investments juga terus memperkuat posisinya sebagai pemain besar di pasar investasi aset digital. Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) tercatat mengelola dana sebesar US$18,47 miliar (~Rp306 triliun) hingga 17 Oktober 2025 menurut data YCharts. Selain itu, Grayscale merilis kerangka kerja indeks “Crypto Sectors” yang mencakup lebih dari 260 token dengan total kapitalisasi pasar kolektif mencapai sekitar US$3 triliun, menurut riset internal Grayscale Research.
Data ini menunjukkan bahwa para pemain institusional tidak lagi berada di pinggir ekosistem kripto, tetapi sudah menjadi bagian inti dari arus utama adopsi. Dengan masuknya dana besar ke dalam produk ETF, fund tokenisasi, dan trust yang terhubung ke cryptocurrency, institusi seperti BlackRock dan Grayscale memperluas jangkauan crypto ke investor kelas atas secara global. Fenomena ini mengindikasikan semakin kaburnya batas antara keuangan tradisional dan sistem terdesentralisasi

Sektor pembayaran menjadi salah satu yang paling cepat merasakan dampak transformasional dari adopsi DeFi. Sistem pembayaran kini tidak lagi harus melewati perantara seperti bank atau lembaga pengiriman uang. Berkat DeFi, transaksi lintas negara bisa dilakukan langsung wallet-to-wallet, dengan biaya nyaris nol dan penyelesaian instan.
Proyek seperti Celo, xMoney (sebelumnya Utrust), dan Ramp Network menghadirkan solusi pembayaran global berbasis blockchain yang semakin populer di kalangan pelaku bisnis dan individu di negara berkembang. Mereka menawarkan gateway pembayaran berbasis kripto yang memotong biaya remittance dan mempercepat proses settlement hingga hitungan detik.
Menurut laporan terbaru dari Yellow Card, adopsi stablecoin sebagai alat pembayaran meningkat drastis secara global:
Tren ini mengindikasikan bahwa pembayaran berbasis DeFi—khususnya dengan stablecoin—tidak hanya lebih efisien, tetapi juga menjadi solusi nyata bagi kawasan dengan sistem keuangan yang belum optimal.

Pada kuartal pertama 2025, sektor DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) mencatat pertumbuhan signifikan dengan kapitalisasi pasar melampaui US$50 miliar atau sekitar Rp829 triliun, menurut laporan Messari. Proyeksi jangka panjang menyebutkan bahwa sektor ini dapat mencapai nilai hingga US$3,5 triliun (Rp58.047 triliun) pada tahun 2028. Adopsinya terus meluas dengan lebih dari 13 juta perangkat aktif mendukung jaringan DePIN setiap hari.
Proyek seperti EigenCloud menjadi sorotan utama berkat layanan seperti EigenDA, EigenCompute, dan EigenVerify yang mendukung skalabilitas Web3, AI, dan data availability. Token EIGEN sendiri telah mencatat kapitalisasi pasar sekitar US$417 juta (Rp6,9 triliun) dengan volume perdagangan harian mencapai US$114 juta (Rp1,8 triliun). Pendanaan investor pun kian deras, dengan a16z menyuntikkan US$70 juta untuk mendorong ekspansi EigenCloud.
Dari sisi pendapatan, proyek DePIN mengalami dinamika beragam. Render mengalami penurunan pendapatan hingga 80% dalam tiga bulan, sementara XNET dan Nosana justru menunjukkan pertumbuhan jumlah kontributor aktif. Tren ini menunjukkan bahwa meski masih berada di fase awal, eksperimen dan iterasi model bisnis terus berlangsung di sektor ini.
Potensi pasar cloud publik global yang diperkirakan akan mencapai US$1 triliun pada 2026 menjadi peluang besar bagi DePIN untuk mengambil porsi pasar dari raksasa seperti AWS atau Google Cloud. Saat ini, DePIN masih mencakup
Bagikan
Table of contents
Lihat Aset di Artikel Ini
Harga DEFI (24 Jam)
Kapitalisasi Pasar
-
Volume Global (24 Jam)
-
Suplai yang Beredar
-