
Strategi Bitcoin treasury adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kepemilikan Bitcoin dalam jumlah besar yang disimpan oleh perusahaan, institusi, bahkan negara sebagai bagian dari kas, cadangan, atau strategi investasi jangka panjang.
Strategi ini mulai populer sejak tahun 2020, ketika MicroStrategy mengambil langkah berani menjadikan Bitcoin (BTC) sebagai aset utama dalam kas perusahaan. Keputusan tersebut kemudian menginspirasi sejumlah perusahaan besar lain, seperti Tesla, Block (Square), hingga Gamestop, untuk ikut memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio treasury mereka.
Menariknya, tren ini tidak hanya terbatas pada perusahaan publik. Beberapa pemerintahan juga mulai melihat Bitcoin sebagai aset strategis. El Salvador bahkan menjadi negara pertama yang secara resmi mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran sah (legal tender) sekaligus menyimpannya dalam kas negara.

Menurut data terbaru dari CoinMarketCap, total Bitcoin yang dimiliki oleh perusahaan saat ini mencapai 979.333 BTC. Jumlah tersebut setara dengan 4,66% dari total suplai maksimal Bitcoin yaitu 21 juta BTC.
Berikut adalah top 10 list perusahaan dengan kepemilikan Bitcoin terbesar:
| Nama Perusahaan | Total Kepemilikan Bitcoin/Bitcoin Holdings |
|---|---|
| Strategy | 629.376 |
| MARA Holdings, Inc. | 50.639 |
| XXI | 43.514 |
| Bitcoin Standard Treasury Company | 30.021 |
| Bullish | 24.000 |
| Riot Platforms, Inc. | 19.287 |
| Metaplanet | 18.888 |
| Trump Media & Technology Group Corp. | 15.000 |
| CleanSpark, Inc. | 12.703 |
| Coinbase Global, Inc. | 11,776 |
Strategi Bitcoin corporate treasury makin diminati karena bisa mendukung tujuan keuangan dan operasional perusahaan secara lebih fleksibel. Beberapa alasan utamanya meliputi:
Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang menyimpan Bitcoin sebagai bagian dari diversifikasi aset, penting untuk melihat potensi risikonya secara objektif, yakni:
Adopsi Bitcoin sebagai cadangan aset kini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan publik, tetapi juga oleh negara. Berdasarkan hasil studi terbaru dari Coingecko per April 2025, sekitar 463.000 BTC atau 2,3% dari total suplai Bitcoin dikuasai oleh pemerintah di berbagai negara pada 2025.

Berikut adalah list 6 negara yang mengadopsi Bitcoin dengan nilai kepemilikan terbesar:
| Negara | Estimasi Kepemilikan | Asal Kepemilikan BTC | Keterangan Utama |
|---|---|---|---|
| Amerika Serikat | ±200.000 BTC | Penyitaan (Silk Road, ransomware, dll.) | Dibentuk Strategic Bitcoin Reserve sejak Maret 2025 |
| China | ±190.000 BTC | Penyitaan kasus PlusToken (2019) | Disimpan di cold storage meski crypto dilarang |
| Bhutan | ±12.500 BTC | Penambangan dengan energi terbarukan (PLTA) | 30–40% PDB, dikelola Druk Holding & Investments |
| Inggris | ±61.000 BTC | Penyitaan kasus pencucian uang (2021) | Dikelola Metropolitan Police & CPS, dipertimbangkan jadi cadangan |
| El Salvador | ±6.000 BTC | Pembelian langsung oleh pemerintah | Program “1 BTC per hari”, meski status legal tender dicabut |
| Iran | Ribuan BTC (estimasi) | Penambangan resmi, dijual ke Bank Sentral | Diduga kuasai 4–7% hash rate global di puncaknya |
Dalam melihat peran aset cadangan suatu negara, emas dan minyak selama ini menjadi pilar utama yang menopang stabilitas moneter serta keamanan energi. Namun, hadirnya Bitcoin (BTC) sebagai aset digital dengan suplai terbatas dan sifat desentralisasi mulai menantang paradigma lama.
Setiap aset—emas, minyak, maupun Bitcoin—memiliki karakteristik unik terkait nilai, likuiditas, volatilitas, biaya penyimpanan, hingga peran strategis dalam perekonomian global. Berikut ini adalah perbandingan Bitcoin dengan aset tradisional yang selama ini digunakan sebagai cadangan nasional.
| Aspek | Emas | Minyak | Bitcoin (BTC) |
|---|---|---|---|
| Nilai Cadangan AS | 8.133 ton (Rp12.842 triliun) | 372 juta barel (Rp455 triliun) | 200.000 BTC (Rp258 triliun) |
| Likuiditas | Sangat tinggi, volume > Rp3.200 T/hari | Terkait industri & geopolitik, fluktuatif | Tinggi, volume Rp487–Rp812 T/hari |
| Volatilitas | Rendah–sedang | Tinggi, dipengaruhi OPEC & geopolitik | Sangat tinggi, dipengaruhi spekulasi |
| Biaya Penyimpanan | Mahal (vault, asuransi, transportasi) | Sangat mahal (infrastruktur SPR) | Relatif murah (custody digital) |
| Tantangan Keamanan | Pencurian fisik, keaslian emas | Depresiasi, kontaminasi, biaya besar | Risiko siber, private key hilang |
| Peran Strategis | Hedge inflasi & cadangan moneter | Stabilitas energi & geopolitik | Hedge inflasi, alternatif desentralisasi |
| Ketersediaan | Terbatas tapi masih bisa ditambang | Terbatas & dipengaruhi geopolitik | Tetap 21 juta BTC, tidak bisa ditambah |
Emas dan minyak tetap menjadi tulang punggung cadangan AS karena nilai strategisnya terhadap moneter dan energi. Namun, Bitcoin mulai dipandang sebagai kandidat cadangan baru karena sifatnya yang desentralisasi, terbatas, dan mudah diakses. Meski volatilitasnya tinggi, meningkatnya adopsi institusi membuat Bitcoin kian relevan dalam diskusi cadangan nasional masa depan.
Adopsi Bitcoin (BTC) terus meningkat di tahun 2025, didorong oleh masuknya investor institusi, pengesahan ETF Bitcoin, dan mulai diliriknya Bitcoin sebagai bagian dari cadangan strategis pemerintah.

Sumber: Reuters
Lonjakan minat ini langsung tercermin pada harga, di mana Bitcoin sempat mencapai $123.153 yang setara dengan Rp2 miliar (kurs $1 = Rp16.227) pada 14 Juli 2025. Ini merupakan angka harga tertinggi BTC.

MicroStrategy saat ini menjadi perusahaan dengan kepemilikan Bitcoin terbesar, yaitu sebanyak 629.376 BTC. Di bawah kepemimpinan CEO Michael Saylor, mereka mulai membeli Bitcoin sejak Agustus 2020 dan terus menambah jumlahnya secara berkala.
Seiring dengan kenaikan harga Bitcoin (BTC), nilai kepemilikan Bitcoin Microstrategy juga meningkat ke rekor tertinggi senilai $77,2 miliar. Angka ini melonjak $35,4 miliar dibandingkan rekor sebelumnya di 2024 yang hanya $41,8 miliar.

Di sisi lain, langkah berani El Salvador dalam menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan nasional terus membuahkan hasil. Presiden Nayib Bukele mengumumkan bahwa negara tersebut kini mengantongi keuntungan belum terealisasi sebesar $468,3 juta dari kepemilikan BTC.
Dengan modal investasi awal sekitar $300,5 juta, nilai total cadangan Bitcoin El Salvador kini melonjak menjadi $768,8 juta. Kantor Bitcoin El Salvador merayakan pencapaian ini dengan menyebut strategi negara “berbuah besar” setelah nilai asetnya tembus lebih dari $770 juta.
Perkembangan regulasi aset digital di berbagai negara memberi kepercayaan lebih bagi investor dan korporasi dalam menjadikan Bitcoin (BTC) sebagai bagian dari treasury. Regulasi yang lebih ramah crypto, seperti kerangka hukum Markets in Crypto Assets (MiCA) di Uni Eropa dan persetujuan ETF Bitcoin spot oleh SEC Amerika Serikat pada Januari 2024, menghadirkan kepastian hukum serta transparansi yang sebelumnya belum tersedia.
Selain itu, pada Desember 2023 Financial Accounting Standards Board (FASB) mengubah aturan akuntansi untuk perusahaan yang menyimpan Bitcoin. Perubahan ini memungkinkan penggunaan metode fair value accounting, di mana aset digital dapat dicatat sesuai harga pasar saat ini.
Sebelumnya, perusahaan hanya bisa mencatat penurunan nilai, tanpa boleh mencatat kenaikan harga pasar. Aturan baru ini memberi gambaran yang lebih akurat terhadap nilai sebenarnya dari Bitcoin dalam neraca perusahaan, sekaligus mencerminkan kesehatan keuangan yang lebih transparan.
Pada Q1 2025, jumlah investor crypto di Indonesia mencapai 14,16 juta, menempatkan Indonesia di peringkat ke-3 tertinggi secara global dalam adopsi aset digital. Pertumbuhan ini menunjukkan kenaikan sebesar 3,28% dibandingkan poin sebelumnya (13,71 juta), serta transaksi crypto yang menembus Rp 35,61 triliun hanya dalam sebulan.
Tingkat adopsi pengguna juga meningkat: pada 2025, diperkirakan mencapai 16,56% dari total populasi, dan diprediksi bertambah menjadi 16,98% pada 2026.
Selain itu, sektor korporasi di Indonesia mulai aktif masuk ke pasar Bitcoin. Pada 2025, ternyata akumulasi Bitcoin oleh sektor perusahaan melebihi arus masuk dari investor ritel dan produk ETF, menjadikan korporasi sebagai pendorong utama adopsi Bitcoin.
Pemerintah Indonesia sedang mengeksplorasi kemungkinan menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan nasional. Informasi ini disampaikan oleh komunitas Bitcoin Indonesia setelah bertemu dengan pejabat di kantor Wakil Presiden untuk membahas potensi pemanfaatan Bitcoin dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bitcoin Indonesia mengungkapkan melalui platform X bahwa mereka diundang untuk memaparkan bagaimana Bitcoin dapat memberi manfaat bagi perekonomian nasional.
Salah satu ide yang disampaikan adalah penggunaan penambangan Bitcoin sebagai strategi cadangan nasional. Pembahasan juga mencakup peluang penambangan, inisiatif edukasi cryptocurrency, serta pemanfaatan teknologi blockchain.
Dalam presentasi tersebut, Bitcoin Indonesia menekankan potensi pemanfaatan sumber daya alam seperti tenaga air (hydroelectric) dan panas bumi (geothermal) untuk mendukung penambangan Bitcoin.
Strategi ini dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja baru, sebagaimana telah terjadi di negara lain yang mengadopsi Bitcoin secara nasional.
Laporan Chainalysis pada Oktober 2024 menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam adopsi crypto di berbagai wilayah. Faktor utama yang memengaruhi adalah kondisi ekonomi, regulasi, dan ketersediaan infrastruktur digital. Dikutip dari Forbes, banyak ahli sepakat bahwa regulasi yang jelas akan menjadi kunci utama untuk membawa adopsi crypto ke tahap berikutnya.

Dalam sebuah thread di X, Paul Grewal, Chief Legal Officer Coinbase, optimistis aturan komprehensif aset digital segera terwujud lewat kerja sama Kongres dan Gedung Putih. Hal serupa disampaikan Summer Mersinger, CEO Blockchain Association sekaligus mantan komisaris CFTC, yang menekankan pentingnya regulasi aset digital yang konsisten dan matang di Amerika Serikat.

Namun, ada juga pandangan bahwa potensi Bitcoin (BTC) tidak hanya terbatas pada pasar keuangan tradisional. Alex Gladstein dari Human Rights Foundation menekankan sifat Bitcoin yang kolaboratif dan terdesentralisasi, sejalan dengan semangat gerakan hak asasi manusia. Menurutnya, teknologi ini bisa membuka akses keuangan yang lebih luas, memperkuat ketahanan ekonomi, dan mendukung kebebasan individu di berbagai belahan dunia.
Adopsi Bitcoin sebagai cadangan aset kini berkembang pesat, tidak hanya di kalangan perusahaan publik seperti MicroStrategy dan Tesla, tetapi juga oleh negara-negara seperti El Salvador, Amerika Serikat, hingga China.
Dengan karakteristik suplai terbatas, likuiditas global, dan potensi sebagai lindung nilai inflasi, Bitcoin mulai dipandang sebagai alternatif strategis bagi emas dan minyak.
Meski risikonya tinggi karena volatilitas harga dan tantangan regulasi, tren 2025 menunjukkan bahwa Bitcoin semakin relevan dalam ekosistem keuangan global dan berpotensi menjadi bagian penting dari strategi keuangan jangka panjang perusahaan maupun negara.
💡 Disclaimer: Semua artikel dari Pintu Academy ditujukan untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan nasihat keuangan.
Referensi:
Bagikan
Table of contents
Lihat Aset di Artikel Ini
0.6%
Harga BTC (24 Jam)
Kapitalisasi Pasar
-
Volume Global (24 Jam)
-
Suplai yang Beredar
-